Ponsel Bobby berdering dan sejenak menghentikan percakapan itu.Bobby berbicara di telepon dengan wajahnya tampak senang. Setelah memutuskan sambungan telepon, Bobby bergegas melapor pada Kyle."Mr. Kyle, Bu Mery sudah bisa di bebaskan besok pagi," ucap Bobby senang.Pandangan Kyle berpindah dari Bobby ke Mery, lalu menatap sebentar ke arah Sylvi lalu kemudian membuang pandangannya ke arah Dhani."Malam ini kami selesaikan urusan surat izin dan besok pagi Bu Mery akan di bawa pulang," ucapnya pada Dhani.Dhani mengangguk mantap. Dia merasa senang karena Bu Mery sudah mendapatkan keadilan, tapi bagaimana dengan..."Tidak, saya tidak mau pulang. Saya tidak mau meninggalkan Sylvi sendirian di sini," ucap Mery tegas.Dhani tercekat mendengar suara ketulusan dari bibir Mery. Meski begitu, tidak ada yang bisa dia perbuat untuk membantu Sylvi keluar dari tahanan "Bu Mery tenang saja. Saya akan menjaga mba Sylvi di sin
"Seperti yang pernah saya sampaikan, William Neil, pengacara Sylvi Anugrah, awalnya memang sungguh-sungguh akan membantu memenangkan kasus Sylvi. Tapi entah kenapa, di tengah jalan William seperti tidak ingin lagi meneruskan kasus itu," ucap Bobby pada Kyle keesokan paginya. "Karena dia menerima suap dari James Singgih?" Tanya Kyle."Ya. Benar sekali," jawab Bobby serius."Pasal pembunuhan yang awalnya di tujukan pada Sylvi berubah menjadi pasal pembunuhan tidak terencana karena kelalaian, setelah william mengajukan beberapa bukti seperti rekaman CCTV dan saksi mata di tempat kejadian, yaitu petugas keamanan Cluster rumah gadis itu."Bobby menghela nafas sejenak, dan kembali melanjutkan. "Di persidangan berikutnya, sikap William mulai berubah acuh tak acuh. Dia seperti tidak tertarik lagi untuk menjadi pengacara Sylvi Anugrah. Pengacara itu tidak nampak lagi di rumah tahanan tempat Sylvi ditahan untuk berkunjung membahas kelanjutan sidang seperti biasanya, malah William diketahui me
Kyle dan Bobby datang ke rumah tahanan untuk menjemput Mery. Namun seperti yang dikatakan Mery kemarin, dia tidak mau pergi kemana pun tanpa Sylvi."Maafkan saya Tuan Muda, saya akan tetap disini sampai Sylvi keluar dari penjara," ujarnya tegas.Kyle dan Bobby menghela nafas kasar. Ternyata Mery keras kepala juga. Sejak kemarin, pendiriannya tidak berubah sedikitpun."Dimana gadis itu?" Tanya Kyle sambil menghempaskan tubuhnya di atas sofa."Dia, dia sedang berolahraga," sahut Mery sedikit cemas.Baru kemarin Sylvi kembali ke sel mereka dengan beberapa luka di tubuhnya, tapi gadis itu tetap pergi berolahraga sore ini.Sementara itu di ruang olahraga..."Ngapain lagi kalian datang kesini? Mau ngajak berantem lagi," ucap Sylvi kesal.Setelah kejadian kemarin, dia tidak menyangka para wanita begundal itu kembali menemuinya di ruang olahraga."Kami...kami cuma..." sahut Jamilap gugup.Di belakangnya tampak si Gimbal menggunakan tongkat untuk berjalan karena tulang kakinya retak setelah di
Menyadari situasi sudah berbalik, Mery, Kyle dan Bobby memutuskan untuk kembali ke sel Mery di lantai dua."Panggil yang lain kesini, biar kalian semua tahu rasa!" Perintah Sylvi.Si Gimbal, Markijem dan Jamilap kembali ke sel mereka dan memberitahukan rekan-rekan nya untuk segera menemui Sylvi di ruang olahraga.Hanya bertemu dengannya, maka kita semua akan di maafkan. Begitu ucap Si Gimbal pada Saritem, Sutiwe, Maimuncrat dan Konipah. Mereka semua bergegas menuju ruang olahraga bergantian sesuai perintah Si Gimbal. Dan mereka kembali satu persatu ke sel dengan wajah memerah karena masing-masing mendapat satu tamparan keras.Kenapa Bos gak bilang kalau kita semua akan dapat tamparan? pikir mereka kesal.Di lantai dua..."Hhhhh....akhirnya, Sylvi sekarang sudah bisa mengendalikan situasi," ucap Mery sambil menghela nafas dalam setelah kembali ke selnya."Berarti, anda sudah siap kembali ke rumah Bos kan, Bu Mery?" Tanya Bobby.Kyle duduk santai di sofa tanpa menghiraukan yang lain. P
"Hmmmm, enak sekali aromanya. Pasti banyak pelanggannya, nih," ujar Bobby berusaha untuk mencairkan suasana yang mulai tegang.Bobby membuka nasi goreng miliknya dan memasukkan satu suapan ke mulutnya."Wah, bener-bener enak, Bu Mery. Rasanya tidak kalah dengan masakan restoran mewah," ujar Bobby lagi.Mery terdiam menyadari Bobby berusaha membuat Bosnya tenang. Wanita yang sudah menjadi pelayan di rumah Kyle sejak Tuan Muda nya itu lahir sudah mengetahui apa saja yang dia suka dan tidak suka.Setiap hari makanannya terjaga. Tuan Muda hanya makan makanan yang dia masak dari bahan-bahan masakan berkualitas tinggi dan hanya sesekali makan di restoran mewah jika sedang sibuk dan tak sempat pulang. Apalagi belakangan ini Mery berada di rumah tahanan, jadi Kyle semakin sering makan di restoran hotel berbintang. Yang ada di hadapannya saat ini hanya nasi goreng pinggir jalan yang sangat jauh dari standar makanan yang biasa di konsumsi oleh Kyle. Tentu saja CEO arogan itu tidak akan menyent
"Nona Sylvi sudah bisa di bebaskan, hanya saja masih berstatus bebas bersyarat, dan harus terus melaksanakan wajib lapor hingga masa tahanannya selesai," ucap Bobby senang.Mery yang mendengar hal itu langsung memeluk Sylvi yang terpaku. Gadis itu merasa tidak percaya dengan ucapan Bobby."Sylvi, akhirnya kita bebas. Kita bisa pulang sekarang," ujar Mery sambil memeluk erat tubuh Sylvi yang mulai berisi."Apa...apa yang terjadi?" Tanya Sylvi masih tak percaya. Tidak mungkin pengadilan membebaskan nya tanpa ada yang membantu. Apa Kyle yang membantuku? tanya nya dalam hati."Oh jadi begini, nona Sylvi. Kami...." "Tidak penting. Yang penting sudah bebas sekarang. Ayo cepat siap-siap untuk pulang," pungkas Kyle memotong ucapan Bobby yang hendak menjelaskan bahwa mereka lah yang membantu Sylvi diam-diam."Iya benar, yang terpenting kamu sudah bebas sekarang. Dan kita sudah bisa keluar dari rumah tahanan ini," ujar Mery setelah melepas pelukannya dan menatap haru ke arah Sylvi. "Tapi...ta
Setelah bersiap-siap dan mengurus semua surat izin yang di perlukan, Kyle, Bobby, Mery dan Sylvi menaiki mobil RR Phantom milik Kyle yang terparkir di depan gedung rumah tahanan.Dhani dan Sagi mengantar mereka hingga ke tempat parkir dengan senyum haru. Mereka senang, gadis yang selama ini berusaha mereka lindungi sudah bebas dari tahanan.Saat mobil RR Phantom itu mulai meninggalkan pelataran parkir rumah tahanan, senyum di wajah Dhani pun ikut menghilang dan berganti dengan raut kesedihan.Begitu pun Sagi. Laki-laki paruh baya itu ikut senang dengan bebasnya Mery dan Sylvi namun dia sudah mulai merasa kehilangan sejak satu detik yang lalu. Dhani dan Sagi menghela nafas bersamaan. Lega rasanya melihat orang yang mereka lindungi bisa bebas di luar sana. Tapi sedih karena tidak akan bertemu dengan mereka lagi. "Tadi Pak Dhani bilang apa, nona Sylvi?" Tanya Bobby yang sedang mengemudi saat mobil itu mulai bergerak di jalan raya yang tidak terlalu padat saat itu."Pak Bobby panggil s
Mereka bertiga bergegas masuk menyusul langkah kaki lebar Kyle yang sulit untuk di imbangi. Dan lagi-lagi, kekaguman terpancar di mata Mery, Sylvi dan Bobby.Bobby yang sudah hampir sepuluh tahun menjadi asisten CEO Kyle Knight itu tidak pernah menyangka bahwa Bos nya memiliki selera yang tinggi dalam memilih sebuah hunian termasuk semua isi di dalamnya. Kenapa aku tidak pernah tahu Bos membeli rumah ini? batinnya. Mereka tidak tahu sejak kapan Kyle masuk ke sebuah kamar berukuran besar di lantai dua, namun saat ini mereka menyaksikan penampilan seorang pria tampan sedang menuruni tangga selebar dua meter di tengah-tengah ruangan.Pesona CEO arogan itu melebihi pesona yang dimiliki oleh selebriti papan atas yang sedang berjalan di karpet merah. Wajah blasteran Jerman-Amerika, mata biru dengan hidung mancung, alis tebal dengan rambut kelimis, serta sedikit cambang yang menghiasi wajah berparas dingin itu, sangat terlihat macho dengan warna kulitnya yang terang.Dan yang pasti, pria