Laura menatap anaknya yang dia sadari sedang membela mantan istrinya."Vivi ada di mana?" tanya Hasan."Dia ada di kamar nya, Om." jawab Kenzo.Hasan menarik perlahan lengan istrinya ke arah anak tangga, wanita tua itu masih menatap tajam ke arah mantan menantunya yang masih menunduk."Rani, Rani. Kasihan sekali nasibmu, sudah di hina, di ceraikan Mas Anton pula." batin Agatha tertawa puas.Anton menatap Rani, dia hendak mendekat ke arah mantan istrinya itu, tapi langkahnya terhenti karena tangannya di tahan oleh Laura."Kamu pasti ingin mendekat ke arah nya bukan? Ayo ikut Mama, kita lihat kondisi Vivi." ucap Laura sembari menarik paksa tangan sang anak.Pria itu tidak bisa menolak Laura, dia mengangguk lalu mengikuti langkah sang Ibu dari belakang. Sedangkan Agatha berjalan di sebelah kiri Anton.Mereka berempat menaiki anak tangga, sedangkan Kenzo mendekat ke arah Rani lalu mengusap air mata wanita yang dia cintai itu dengan lembut."Jangan menangis ya, jangan memasukan perkataan T
Dua pria dewasa itu menuruni anak tangga dengan perlahan, mereka tidak ada yang mengatakan sepatah katapun. Karena tidak betah dengan suasana yang hening, Kenzo yang bersuara terlebih dahulu."Apa tadi kamu balik ke kantor lagi, Ton?" tanya Kenzo."Tidak, Ken. Aku langsung pulang ke rumah, niat nya akan mengajak Zargie kemari, tapi dia sedang tidur siang." jawab Anton tanpa melihat ke arah sahabatnya itu."Terus sekarang kenapa Zargie tidak ikut? Dia pasti akan sangat senang jika bertemu dengan Rani." ucap Kenzo.Tidak ada jawaban dari Anton. Entah kenapa dia sangat tidak menyukai saat mantan istrinya itu disebutkan oleh pria lain, walaupun itu sahabatnya sendiri, dia tetap tidak suku."Aku pengertian, tapi sadarlah, Anton. Kamu yang sudah menceraikan Rani dan mengusirnya dari rumah, kamu tidak memperdulikan bahaya dunia luar, apalagi Rani itu orang yang tidak terlalu sering keluar rumah, sekali dia keluar pasti dengan mu."Kenzo, sudahlah. Jangan membahas nya lagi, aku merasa malas j
Sampai di dalam kamar, Rani langsung mengambil koper dan meletakkannya di atas kasur. Dia membuka kopernya dan berjalan ke arah lemarinya."Kemungkinan aku akan pulang ke rumah dua minggu sekali. Jadi aku akan membawa semua pakaian biasa dan pakaian penting untuk berpergian, karena aku yakin aku akan sangat sering pergi bersama anak-anak." gumamnya "Ah iy, besok kan aku di ajak Mas Kenzo untuk menemaninya datang ke pesta rekan kerjanya. Bagaimana ini, aku tidak mempunyai dress yang mo bagus, semua dress ku sudah lusuh dan harganya murah, apa aku pinjam uang saja ya kepada Shilvia?" gumamnya lagi.Wanita itu mulai memasukan pakaian nya ke dalam koper dengan rapi. dia juga memasukan beberapa heels nya ke dalam kantong plastik ukuran besar."Untung tas dan heels ku masih bagong semua dan harganya juga lumayan mahal." ucapnya sembari tersenyum.Dia memasukan alat make up dan skincare nya ke dalam koper, dia mengambil charger ponsel dan memasukan juga ke dalam koper. Setelah semua barang
Kedua tangan Anton mulai mengepalkan, amarahnya mulai membara di dalam dirinya."Saya minta anda pergi dari sini." pinta Anton sembari memejamkan kedua matanya.Pria itu sedang menahan dirinya untuk tidak menghajar habis-habisan pria yang sedang berada di hadapan nya."Hahaha, kamu ini ya. Saya beritahu sesuatu kepadamu, Rani itu yang terlebih dahulu menggoda saya dengan pakaian yang benar-benar sangat minimalis, waktu kalian masih menjadi suami istri, dia bercerita kepada saya, jika dia sudah merasa bosan dengan suami nya yang tua itu." jelas Tirto.Dug!Dug!Anton menonjok wajah pria itu sebanyak dua kali, amarahnya sudah tidak bisa di kontrol lagi. Anton benar-benar tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak mengajar Tirto."Pergi dari sini! Ingat! Saya dan Rani sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, saya juga sudah membenci wanita murahan itu." ucap Anton dengan wajah yang memerah karena sedang marah.Setelah berkata seperti itu, Anton langsung pergi dari hadapan pria itu dan masuk
Anak itu melepas perlahan pulang nya dan menatap wanita itu dengan senyuman."Saya pikir kamu tidak akan kembali kemari, Rani." ucapan Kenzo.Wanita itu terkekeh lalu menuntun Vivi mendekat ke arah pria yang sedang menatap dirinya dan Vivi."Tidak mungkin, Mas. Ini kan hari pertama ku bekerja, masa aku tidak akan kembali." jawab Rani.Pria itu hanya mengangguk dan merasa gemas dengan jawaban Rani."Bodyguard... cepat kemari." panggil Kenzo.Tidak membutuhkan waktu lama, dua Bodyguard Kenzo datang ke ruang tengah."Iya, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya mereka berdua dengan kompak."Tolong bawakan koper ke kamar atas yang sedang Bi Minah bereskan ya, dan ini Rani. Kalian harus memanggil dia Nyonya." pinta Kenzo."Baik, Tuan. Selamat datang di rumah keluarga Baskara, Nyonya Rani." ucapan kedua Bodyguard itu lagi dengan kompak."Eh, eum iya. Terimakasih, semoga kalian nyaman dengan kehadiran saya." jawab Rani yang sedikit gugup."Tentu saja kami sangat nyaman, apalagi Nyonya sangat c
Kedua orang itu masih terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Sedangkan di dalam kamar, Vivi dan Rani masih berpelukan, perlahan Rani melepas pelukan nya dan mengecup singkat kuning anak perempuan itu."Ayo kita turun ke bawah. Kakak dan Daddy pasti sudah menunggu kita." ajak Rani."Iya, ayo, Tante. Sebentar, aku akan mengambil tas ku terlebih dahulu." jawab Vivi.Anak itu berjalan ke arah meja belajarnya lalu mengambil tas, ipad, dan ponselnya. Dia membuka tas nya dan memasukan ipad dan ponsel itu, setelah itu dia menutup resletingnya dan menggendong tas kecil nya yang bergambar kucing berwarna putih."Ayo, Tante." ajak Vivi."Iya, Sayang." jawab Rani.Mereka berdua keluar dari kamar, tidak lupa Rani menutup kembali pintu kamarnya. Wanita itu menggandeng tangan Vivi dengan lembut, mereka mulai menuruni anak tinggi dengan sedikit cepat.Membutuhkan 2 menit untuk sampai di bawah, karena anak tangga nya lumayan tinggi dan banyak."Daddy, Kakak. Ayo kita berangkat." ucap Vivi ber
Setelah anak-anaknya masuk, pria its berjalan ke arah Rani. Dia menunduk lalu menatap Rani dengan tatapan khawatir."Rani, kamu kenapa?" tanya Kenzo."Ah, tidak kenapa-kenapa, Mas." jawab Rani sembari tersenyum."Jangan berbohong, wajahmu terlihat jika kamu sedang bersedih. Katakan saja kepada saya, Rani." pinta Kenzo."Aku hanya sedang merindukan Zargie, Mas." jawab Rani."Says akan membawa Zargie ke pelukan mu, Rani. Hari minggu Zargie akan datang ke rumah, kamu bisa sepuasnya memeluk buah hati mu itu." jelas Kenzo.Wanita itu langsung mendongak dan menatap pria yang sedang berdiri di hadapan nya. Wajahnya yang tadinya sedih sekarang sudah berubah menjadi seperti semula yang merasa tenang dan senang."Benarkah?" tanya Rani."Benar, maka dari itu kamu jangan bersedih ya. Saya pastikan Zargie akan ke rumah, jika tidak, kita akan menjemput nya." jelas Kenzo lagi."Baiklah, terimakasih sudah membuat ku tidak merasa sedih lagi, Mas." ucap Rani."Saya hanya berusaha semampu saja saja, Ran
"Sudah ya,Mas, jangan menangis lagi. Mata Mas mulai sembab tuh, nanti anak-anak merasa sedih jika mengetahui Daddy nya yang sangat mereka sayangi ini habis menangis dan sedang merasa sedih." jelas Rani."Baiklah, saya tidak akan menangis dan tidak akan merasa sedih lagi." jawab Kenzo berusaha tersenyum."Nah begitu dong." Rani terkekeh pelan."Rani, boleh saya mengecup kuning mu? Tolong jangan berpikiran yang macam-macam, saya bukan pria brengsek akan melecehkan seorang wanita." ucapan Kenzo.Pria itu berbicara seperti itu kepada Rani karena dia takut wanita itu berpikiran bahwa dirinya adalah pria yang brengsek dan akan melecehkan seorang wanita."Silahkan, aku tidak pernah berpikiran buruk seperti itu, Mas. Aku sangat percaya bahwa Mas adalah orang baik." jawab Rani.Pria itu tersenyum lalu mengecilkan kening Rani dengan lembut, wanita itu memejamkan matanya menikmati kecupan hangat dari Kenzo. Pria itu mengecup kening Rani lumayan lama, setelah itu mereka saling tersenyum."Sekarang