Bastian melihat banyaknya tamu yang datang dari pembatas kaca di lantai atas. Melihat betapa ngototnya Mariah untuk bisa masuk. Akan tetapi, seperti biasa, para pekerjanya lebih bisa mengontrol keadaan.
Bastian dengan stelan tuxedo membuat nya terlihat gagah dan tampan. Pintu ruangan tempatnya menunggu terbuka, Fang masuk dengan langkah lebar dan berhenti beberapa meter di belakangnya. Pria itu menunduk hormat."Tuan dan Nyonya besar hadir."Bastian masih menatap keluar tanpa menoleh."Mereka menuju ruang rias pengantin wanita."Bastian menggeretakkan giginya.****####"Aa.. Anda siapa?""Kami adalah tamu VIP." ucap mama Anggia menunjukkan undangan khusus keluarga."Kami ingin bertemu dengan mempelai wanita.""Oohh,, Silahkan masuk tuan dan nyonya.'' MUA itu mempersilahkan keduanya masuk dengan tangannya."Tolong beri kami privasi.""Baik."MUA itu pun akhir"Jika orang tuaku tau, mereka tidak akan tinggal diam!" teriak Alexa yang walaupun tangan nya terikat rantai, namun tubuhnya masih mulus tanpa luka.Fang terkekeh. Lalu dia berjongkok di depan Alexa."Nona, Kami akan mengurus keluargamu setelah ini." Seringai Fang menyusuri dagu Alexa dengan cambuknya."Kau tau ini adalah pelanggaran hukum!" sentak Felix tak terima mendapat perlakuan seperti itu."Kalau ini sampai terungkap di publik..."Fang melirik tajam pada Felix, yang langsung mengkeret."Apa kau masih memiliki kemampuan untuk itu?" tanya nya dingin.Fang kembali terkekeh,"Apa kau yakin bisa keluar dari sini hidup-hidup?"Felix tersentak. Tentu saja dia takut akan kematian. Jika apa yang di ucapkan Fang benar, apa yang harus dia lakukan? Tentu Felix harus lepas dari ini. Tapi bagaimana?Fang melangkah mendekat pada Felix."Kita masih punya banyak hal untuk di bicarakan terkait masalahmu.." ujarnya,"Kita bisa membuatnya mudah atau sulit. Tergantung pada bagaimana sikapmu kedepan."
Bastian berjalan di sisi terdalam Vila Air Mengalir, Di ikuti oleh Fang. Begitu sampai di lorong yang buntu, Fang memutar lampu tanduk rusa, hingga terbukalah pintu keruang bawah tanah.Fang berjalan mendahului, lalu dia menoleh karena Tuannya hanya mematung di atas."Kenapa tuan?""Bau tidak enak apa ini?"Bastian mengernyitkan hidungnya. Pria itu menutup hidung dengan jarinya."Bau?" Fang mengerutkan dahi."Tidak ada yang aneh dengan bau nya, Tuan.""Kau yakin? Rasanya seperti..." Bastian masih menutup hidungnya."Tuan, mungkin bau itu datangnya dari jari anda." Fang menunjuk dan mengangkat jari nya sendiri."Apa?" wajah Bastian sudah merah karena kesal."Apa katamu barusan? Jariku kenapa?""Saya rasa tidak ada yang salah dengan jari anda, memang bau ini sedikit tidak umum untuk ruang bawah tanah." ungkap Fang mencari aman."Aku tidak bisa masuk kesana. Terlalu bau. Kau saja
Fang yang sedang menyetir di jog depan melirik ke belakang. Pagi itu entah suasana di jog belakang begitu suram dan mencekam.Aneh, ini aneh,Jika biasanya yang terlihat nyonya suram dan tuan berbunga. Kenapa sekarang justru sebaliknya? Apakah jiwa mereka tertukar semalam? Batin Fang masih terus melirik dan mencuri pandang melalui kaca spion."Fang! Berapa kali kau mencuri pandang kemari?" Suara berat Bastian terdengar begitu gurih dari jog belakang, tentu saja membuat Fang bergidig."Eehh??""Potong gaji sebanyak lirikan mu!"Astaga!! Sudah jelas itu tuan. Tak mungkin jiwa nya tertukar. batin Fang lagi merasa aduhai dengan potongan gaji."Asisten Fang, tak perlu dipikirkan. Dia memang sedang kesal sejak bangun pagi tadi." ucap Vio dengan senyum manisnya yang riang. Tak lupa gadis itu memeluk lengan Bastian, Tentu saja untuk meredam kekesalan suaminya.Memang sejak pagi mood Bastian sudah tidak bagus. Bangun yang bangunin
Dalam ruangan dokter Obgyn, Vio terbaring, perutnya yang telah diolesi jel oleh salah satu perawat perlahan ditempeli alat USG. Benda itu bergerak kesana kemari. Berpusat di perut bawah Vio.Mata Bastian bergerak mengikuti arah benda itu menari-nari di atas perut istrinya. Dengan berharap-harap cemas, wajah Bastian terlihat begitu tegang. Akan tetapi dia harus bersabar. Jika itu dokter Jil, bisa saja dia langsung mencekik pria lajang itu saking tak sabarnya.Huuuuufffftt...Bastian beberapa kali membuang nafasnya. Nunggu sang dokter kandungan tak juga bersuara.Kenapa lama sekali gerutu Bastian dalam hati. Yaahh, walau saat ini mereka baru lima menitan masuk kedalam sana."Nah, ini udah kelihatan.""Apanya dok? Kecebong saya?"Dokter kandungan itu terkekeh, begitu juga dengan asisten dokter. Bastian menggeram kesal. Seketika ruangan jadi dingin dan sepi."Jadi, tuan dan Nyonya. Ini adalah janinnya."Dok
Siang itu matahari begitu terik. Davi mengambil ijin untuk masuk setengah hari. Hari ini Davi harus mengantar ibunya untuk kontrol di sebuah rumah sakit.Setelah memesan taksi online Davi membantu ibunya mengenakan pakaian hangat."Ibu, sebentar lagi taksinya datang. Begini apa sudah hangat?""Sudah. Terima kasih Davi.""Jangan bicara begitu. Aku ini anakmu."Terdengar suara klakson di depan rumah. Davi memapah ibunya, hingga ke depan. Membantu masuk ke dalam taksi. Lalu dia mengunci pintu, Setelah semua aman. Davi melangkah memasuki taksi."Pak, sebelum ke rumah sakit pusat X, bisakah kita mampir dulu ke mini market, sebentar aja." pinta Davi pada sang supir."Bisa mba, karena sudah berlangganan, bisa deh.""Makasih y pak."Davi beralih pada ibu,"Ibu, tidurlah dulu. kalau sudah sampai nanti aku bangun kan."Ibu Davi memejamkan matanya, sedangkan Davi masih terjaga. Dia mengeluarkan p
Davi menghela nafasnya. Membuang beban berat di dadanya. Tubuh gadis itu bersandar pada tembok yang menyembunyikan tubuhnya dari pandangan mata. Di belakang tembok itu, Andi dan seorang wanita tengah bercumbu menghimpit tembok di sisi yang lain.Tentu saja, hatinya sangat hancur. Tadinya Davi berniat berbelanja sayur di pasar. Namun salah satu teman menghubunginya. mengatakan melihat Andi pacarnya sedang bermesraan di sebuah apartemen mewah.Gegas, Davi berlari menuju apartemen yang di maksud. Berharap temannya itu salah lihat. Namun kenyataan pahitlah yang dia terima. Andi memang berselingkuh dengan dengan seorang wanita.Dengan membulatkan tekatnya, Davi melangkah walau kaki nya bergetar. Air mata nya dia sapu dan hempas. Matanya sudah memerah, namun sekuat mungkin dia tahan agar tidak mengeluarkan kristal bening lagi."Andi."Pria yang di sebut Andi itu menoleh, dengan bercak liptik di sekitar bibirnya. Membuat Davi sakit sekaligus jij
"Fang!""Iya Tuan?""Bagaimana kehidupan asmaramu?" Bastian memeriksa beberapa berkas kerja di ruangannya."Kenapa tuan tiba-tiba menanyakannya?""Kau hampir tak pernah terlihat bersama wanita." Bastian menatap wajah Fang, lalu mengalihkan lagi pada berkas ditangannya."Kenapa saya harus terlihat bersama wanita?" Fang mengerutkan dahi."Karena itu normalnya. Kita selalu bersama dan itu tidak normal.""Apa nyonya yang mengatakan itu tuan?" tanya Fang dengan sangat hati-hati.Wajah Bastian berubah, tentu saja karena itu benar. Bastian berhenti sebentar dari aktifitas nya dan menatap inten Fang."Kenapa tebakan mu benar? Apa kau memasang cctv di tubuhku?" tanya nya heran. Bastian menautkan kedua alisnya.Fang cekikikan."potong gajih."Fang langsung terdiam."Itu karena anda mudah terbaca tuan." lirih Fang menahan tawanya."Benarkah?" sedikit terkejut.
Malam itu, Vio dan Bastian pulang berdua. Meninggalkan Fang dan Davi dirumah sakit. Sepanjang jalan, Vio hanya diam melamun. Bastian yang sedang menyetir melihat melalui ekor matanya. Lalu kembali fokus pada jalanan."Apa yang mengganggumu, istriku?"Vio masih terdiam. Vio membenarkan sedikit posisi duduknya."Davi. Dia, teman terbaikku. Saat aku kesulitan dia membantuku." ucap Vio sendu."Walau dia dari keluarga broken. Ayahnya sudah meninggal, ibunya sakit-sakitan, dan kakak seorang bajingaan. Dia tak pernah meninggalkan ku saat kesulitan." Vio menitikkan air matanya."Daddy Bi, bisa kah kita membantunya?" Vio menoleh menatap suaminya.Bastian tersenyum."Tentu."Bastian mengusap kepala istrinya itu.Sesampainya di rumah, Vio sudah sangat lelah. Dia langsung tertidur begitu mencium bantal.Bastian baru saja keluar dari kamar mandi,masih tampak sedikit basah. Dengan melilitkan handuk di pinggangnya. Dia