Bastian berjalan di sisi terdalam Vila Air Mengalir, Di ikuti oleh Fang. Begitu sampai di lorong yang buntu, Fang memutar lampu tanduk rusa, hingga terbukalah pintu keruang bawah tanah.
Fang berjalan mendahului, lalu dia menoleh karena Tuannya hanya mematung di atas."Kenapa tuan?""Bau tidak enak apa ini?"Bastian mengernyitkan hidungnya. Pria itu menutup hidung dengan jarinya."Bau?" Fang mengerutkan dahi."Tidak ada yang aneh dengan bau nya, Tuan.""Kau yakin? Rasanya seperti..." Bastian masih menutup hidungnya."Tuan, mungkin bau itu datangnya dari jari anda." Fang menunjuk dan mengangkat jari nya sendiri."Apa?" wajah Bastian sudah merah karena kesal."Apa katamu barusan? Jariku kenapa?""Saya rasa tidak ada yang salah dengan jari anda, memang bau ini sedikit tidak umum untuk ruang bawah tanah." ungkap Fang mencari aman."Aku tidak bisa masuk kesana. Terlalu bau. Kau sajaFang yang sedang menyetir di jog depan melirik ke belakang. Pagi itu entah suasana di jog belakang begitu suram dan mencekam.Aneh, ini aneh,Jika biasanya yang terlihat nyonya suram dan tuan berbunga. Kenapa sekarang justru sebaliknya? Apakah jiwa mereka tertukar semalam? Batin Fang masih terus melirik dan mencuri pandang melalui kaca spion."Fang! Berapa kali kau mencuri pandang kemari?" Suara berat Bastian terdengar begitu gurih dari jog belakang, tentu saja membuat Fang bergidig."Eehh??""Potong gaji sebanyak lirikan mu!"Astaga!! Sudah jelas itu tuan. Tak mungkin jiwa nya tertukar. batin Fang lagi merasa aduhai dengan potongan gaji."Asisten Fang, tak perlu dipikirkan. Dia memang sedang kesal sejak bangun pagi tadi." ucap Vio dengan senyum manisnya yang riang. Tak lupa gadis itu memeluk lengan Bastian, Tentu saja untuk meredam kekesalan suaminya.Memang sejak pagi mood Bastian sudah tidak bagus. Bangun yang bangunin
Dalam ruangan dokter Obgyn, Vio terbaring, perutnya yang telah diolesi jel oleh salah satu perawat perlahan ditempeli alat USG. Benda itu bergerak kesana kemari. Berpusat di perut bawah Vio.Mata Bastian bergerak mengikuti arah benda itu menari-nari di atas perut istrinya. Dengan berharap-harap cemas, wajah Bastian terlihat begitu tegang. Akan tetapi dia harus bersabar. Jika itu dokter Jil, bisa saja dia langsung mencekik pria lajang itu saking tak sabarnya.Huuuuufffftt...Bastian beberapa kali membuang nafasnya. Nunggu sang dokter kandungan tak juga bersuara.Kenapa lama sekali gerutu Bastian dalam hati. Yaahh, walau saat ini mereka baru lima menitan masuk kedalam sana."Nah, ini udah kelihatan.""Apanya dok? Kecebong saya?"Dokter kandungan itu terkekeh, begitu juga dengan asisten dokter. Bastian menggeram kesal. Seketika ruangan jadi dingin dan sepi."Jadi, tuan dan Nyonya. Ini adalah janinnya."Dok
Siang itu matahari begitu terik. Davi mengambil ijin untuk masuk setengah hari. Hari ini Davi harus mengantar ibunya untuk kontrol di sebuah rumah sakit.Setelah memesan taksi online Davi membantu ibunya mengenakan pakaian hangat."Ibu, sebentar lagi taksinya datang. Begini apa sudah hangat?""Sudah. Terima kasih Davi.""Jangan bicara begitu. Aku ini anakmu."Terdengar suara klakson di depan rumah. Davi memapah ibunya, hingga ke depan. Membantu masuk ke dalam taksi. Lalu dia mengunci pintu, Setelah semua aman. Davi melangkah memasuki taksi."Pak, sebelum ke rumah sakit pusat X, bisakah kita mampir dulu ke mini market, sebentar aja." pinta Davi pada sang supir."Bisa mba, karena sudah berlangganan, bisa deh.""Makasih y pak."Davi beralih pada ibu,"Ibu, tidurlah dulu. kalau sudah sampai nanti aku bangun kan."Ibu Davi memejamkan matanya, sedangkan Davi masih terjaga. Dia mengeluarkan p
Davi menghela nafasnya. Membuang beban berat di dadanya. Tubuh gadis itu bersandar pada tembok yang menyembunyikan tubuhnya dari pandangan mata. Di belakang tembok itu, Andi dan seorang wanita tengah bercumbu menghimpit tembok di sisi yang lain.Tentu saja, hatinya sangat hancur. Tadinya Davi berniat berbelanja sayur di pasar. Namun salah satu teman menghubunginya. mengatakan melihat Andi pacarnya sedang bermesraan di sebuah apartemen mewah.Gegas, Davi berlari menuju apartemen yang di maksud. Berharap temannya itu salah lihat. Namun kenyataan pahitlah yang dia terima. Andi memang berselingkuh dengan dengan seorang wanita.Dengan membulatkan tekatnya, Davi melangkah walau kaki nya bergetar. Air mata nya dia sapu dan hempas. Matanya sudah memerah, namun sekuat mungkin dia tahan agar tidak mengeluarkan kristal bening lagi."Andi."Pria yang di sebut Andi itu menoleh, dengan bercak liptik di sekitar bibirnya. Membuat Davi sakit sekaligus jij
"Fang!""Iya Tuan?""Bagaimana kehidupan asmaramu?" Bastian memeriksa beberapa berkas kerja di ruangannya."Kenapa tuan tiba-tiba menanyakannya?""Kau hampir tak pernah terlihat bersama wanita." Bastian menatap wajah Fang, lalu mengalihkan lagi pada berkas ditangannya."Kenapa saya harus terlihat bersama wanita?" Fang mengerutkan dahi."Karena itu normalnya. Kita selalu bersama dan itu tidak normal.""Apa nyonya yang mengatakan itu tuan?" tanya Fang dengan sangat hati-hati.Wajah Bastian berubah, tentu saja karena itu benar. Bastian berhenti sebentar dari aktifitas nya dan menatap inten Fang."Kenapa tebakan mu benar? Apa kau memasang cctv di tubuhku?" tanya nya heran. Bastian menautkan kedua alisnya.Fang cekikikan."potong gajih."Fang langsung terdiam."Itu karena anda mudah terbaca tuan." lirih Fang menahan tawanya."Benarkah?" sedikit terkejut.
Malam itu, Vio dan Bastian pulang berdua. Meninggalkan Fang dan Davi dirumah sakit. Sepanjang jalan, Vio hanya diam melamun. Bastian yang sedang menyetir melihat melalui ekor matanya. Lalu kembali fokus pada jalanan."Apa yang mengganggumu, istriku?"Vio masih terdiam. Vio membenarkan sedikit posisi duduknya."Davi. Dia, teman terbaikku. Saat aku kesulitan dia membantuku." ucap Vio sendu."Walau dia dari keluarga broken. Ayahnya sudah meninggal, ibunya sakit-sakitan, dan kakak seorang bajingaan. Dia tak pernah meninggalkan ku saat kesulitan." Vio menitikkan air matanya."Daddy Bi, bisa kah kita membantunya?" Vio menoleh menatap suaminya.Bastian tersenyum."Tentu."Bastian mengusap kepala istrinya itu.Sesampainya di rumah, Vio sudah sangat lelah. Dia langsung tertidur begitu mencium bantal.Bastian baru saja keluar dari kamar mandi,masih tampak sedikit basah. Dengan melilitkan handuk di pinggangnya. Dia
Suasana berkabung dalam sebuah rumah pemakaman yang di buat sederhana. Davi dengan stelan baju hitam hanya diam dipinggir pusara ibunya. Vio pun masih setia disampingnya. Dalam hitmad pemakaman sang ibu, datanglah seorang pria yang berteriak dan membuat keributan.Pria itu langsung menerobos dan berdiri di depan Davi. Dia sedang di tahan oleh beberapa tetangga rumah Davi di kampung. Pria itu menarik tangannya kasar."Kau senaang?"Davi melihat pria itu yang tak lain adalah kakaknya."Ibu sudah mati. Apa kau senang?" dengan berteriak lantang."Ngapain pura-pura nangis? Biar dapat simpati!"Pria itu terus mengoceh, Davi hanya diam saja tanpa memperdulikannya.Pria itu mendekat. Tentu saja Vio sedikit was-was. Apa yang mungkin akan dilakukan kakak Davi itu. Kakak Davi hanya berdiri disamping pusara ibu. Lalu bejongkok. Dan hanya diam.Setelah usai pemakaman, suasana berkabung masih tertinggal dirumah duka. Dav
"Kenapa kita kemari?"Sandi bergidig curiga karena Fang membawa nya ke sebuah lokasi di atas bukit, yang di sisi lainnya adalah jurang yang langsung menghadap laut."Tentu saja untuk membicarakan kompensasi." seringai Fang.Malam itu begitu sunyi,hanya suara ombak yang bertemu karang dilautan mendebur membentuk nyanyian malam yang indah. Bulan yang sedikit malu bersembunyi di balik awan gelap yang berarak di bawa angin. Perlahan Bulan memancarkan sinarnya.Di keremangan malam itu, Sandi tersungkur dengan mulut berdarah dan nafas tersengal."Sandi Harmawan. Lahir pada tahun Xx penjudi yang lebih sering kalah. Di rumah judi sudah memiliki hutang hingga satu juta dolar. Seorang peminum aktif dan pengguna ekstasi."Fang melempar lembaran kertas dan foto ditangannya."Sampah!"Sandi bergidig kengerian."Ap-apa mau mu? Aku bisa melaporkanmu ke polisi atas tindakan kekerasan ."Fang terkekeh.
Setelah Vio sadar, beberapa saat kemudian, bayi-bayi vio dibawa keruangan an vip. sang dokter juga mengarahkan bagaimana cara menyusui bayi kembar juga berlatih duduk dan bergerak pasca oprasi caesar."Sayang! Lihat! Doble J lucu sekali." Ucap Vio sambil menyusui keduanya.Bastian menelan ludahnya. Didalam ruangan itu hanya ada Bastian dan Vio dan satu dokter wanita satu perawat wanita. Tentu saja Fang dan laki laki tak di ijinkan melihat Vio menyusui. Mau mati apa mereka?Setelah beberapa hari dirumah sakit, Vio pun di ijinkan pulang. Di vila pribadi Bastian, mobil yang membawa Vio dan dan doble J berhenti dihalaman. Bastian dengan sigap memapah istrinya. menuntun wanita itu untuk masuk kediamannya.Didepan pintu, keluarga kecil itu disambut oleh bibi Ana dan para pelayan. Vio tersenyum haru. Mungkin, inilah keluarga yang selama ini dia impikan. Yang tidak dia dapatkan dari keluarga Tan.Vio mwnatap satu persatu wajah-wajah yang menyambu
"Bagaimana dokter?" Bastian sangat tak sabar dan cemas.Sang dokter tersenyum maklum."Semuanya selamat dan berjalan dengan lancar. Selama beberapa jam kedepan pasien akan ditempatkan diruang isolasi dulu. Mohon bersabar."Bastian bernafas lega, tubuhnya lemas dan merosot kebawah, seolah dia sudah tak punya tulang lagi."Ba-bagaimana dengan bayi nya?""Sangat sehat dan sempurna. Sementara kami akan menempatkannya di ruang khusus. Anda bisa melihatnya nanti.""Fang! Apa yang harus aku lakukan? Aku sangat bahagia, juga bersyukur.""Lakukan seperti biasanya tuan. Saya bisa menyiapkan segalanya."Fang ikut berjongkok disamping tuannya yang terduduk lemas dilantai."Tapi aku, seperti tak bertulang.""Apa anda mau saya menggantikannya untuk anda tuan?"Bastian tersentak menatap Fang."kau mau?""Tidak!" jawab Fang yakin dengan gelengan kepala mantap."Sialan kau!""
Davi meniup luka di wajah Jil. Dia mengobati bekas pukulan Andi. Davi menatap pria yang terus memperhatikannya itu."Kenapa?" tanya Davi masih mengolesi luka di wajah Jil."Seorang dokter tidak boleh terlihat memiliki memar seperti ini." ucap Davi lagi."Aku sangat bersyukur pria itu memukulku sampai seperti ini."Davi menghentikan pergerakan tangannya,"Dengan begitu aku bisa sedekat ini denganmu."Davi terkekeh kecil."Jangan menggombal." cibir Davi masih terkekeh."Harusnya kau yang menghajar dia. bukan bersikap sok gagah seperti tadi, tapi justru kena pukul lebih banyak." Ejek Davi dengan senyum geli."Sudah kubilang aku ini dokter. Mana boleh dokter menambah jumlah pasien rumah sakit dengan tangannya yang berharga ini."Davi tergelak."Jangan kau samakan dokter dengan ganster macam duo macan FB."Davi terdiam sejenak mendengar duo macan FB."Siapa duo macan FB?""
Fang berjalan dalam gang sempit di sekitar kosan Davi. Pria itu mengenakan jaket dan sepatu boot kulit. Fang berhenti tepat di ujung gang, di mana dari sana dia dapat melihat kosan Davi dengan lebih penuh dan leluasa.Fang menggigit batang rokok di mulutnya, menyalakan memantik dan menyulut rokok. Api telah padam. Bara tembakau dari rokok menyala-nyala oleh kuatnya isapan dari mulut Fang. Dia menjepit batang rokok dengan jarinya, dan menyemburkan asap ke udara.Mata elangnya tak lepas menatap bangunan tua itu dalam pekatnya malam.***Pagi yang cerah, menggantikan malam yang dingin dan gelap. Membawa hari baru yang lebih ceria, suara riang burung gereja yang hinggap di dahan pohon di samping Vila Bastian membangunkan Vio yang masih terlelap dalam pelukan hangat suaminya.Vio mengangkat lengan Bastian dari atas perutnya dengan hati-hati. Vio perlahan turun dari ranjangnya, berjinjit menuju kamar mandi, guna membersihkan diri.Pagi
Davi meremas-remas tangannya. Jantung gadis cantik itu berdetak lebih kencang dari biasanya. Dari wajahnya terlihat sekali dia sangat tegang.Jil melirik Davi dari ekor matanya. Sementara dia masih menyetir."Kenapa?""Bagaimana jika ayah dan ibumu menolak ku?" tanya Davi masih sangat gelisah.Jil tersenyum maklum."Mereka bukan orang yang kolot.""Tapi... Aku hanya gadis biasa. Aku bahkan tak punya orang tua...""Itu bukan masalah bagi mereka.""Tapii...""Percaya padaku, dan tegakkan dada mu. Heeemm?"Davi membuang nafasnya. Masih ada kekhawatiran di dirinya. Jil tersenyum gemas melihat Davi yang masih gelisah tak kunjung tenang. Pria itu menghentikan laju mobilnya dan menepi. Davi menatapnya dengan tatapan tanya."Sepertinya wanitaku ini masih butuh penyemangat dan energi positif."Jil mendekatkan wajahnya, mengecup ringan bibir ranum Davi. Gadis itupun membalasnya. Dengan
"Suamiku?"Vio, mengeratkan pelukannya pada tubuh Bastian.. Sehabis pertempuran malam itu."Apa Fang sungguhan tak punya pacar?"Bastian menghela nafasnya dengan sabar."Kenapa menanyakannya lagi?""Aku hanya ingin tau.""Kau menanyakannya berulang. Dan aku juga sudah menjawabnya sampai lelah.""Bagaimana kalau kita dekatkan Davi dan Fang?""Tidak usah.""Kenapa?" Vio memukul dada bidang suaminya itu dengan sedikit mengangkat tubuhnya menjauh dari suaminya."Fang tidak tertarik pada wanita."Bastian menarik kembali lengan Vio dan mendekapnya."Jangan terlalu jauh dariku. Aku bisa kangen.""Apa sih? Orang masih disini juga.""Tubuhku kanngen. Jika tidak menempel di kulit mu.""Iiiisshhh.." Vio mencubit perut Bastian."Auuu.. sakit sayang." Bastian mengusap perutnya."Oo iya, kapan USG lagi? Aku sangat ingin melihat doble J laki-laki
Pagi itu, daun- daun basah oleh embun, tetesannya jatuh dan membias tak tapak di tanah. Sinar kekuningan menghangatkan hawa sejuk dan menyibak kabut perlahan.Dalam ruang yang begitu rapi dan manly, netra Davi mengerjab, melihat sekeliling dengan pandangan yang sedikit berkabut, lalu terang oleh biasnya warna pagi itu.Davi merasa berada di tempat yang asing. Di manakah dia? Dia tak pernah berada di sana sebelumnya. Davi bangun terduduk dengan wajah bingungnya.Davi mencoba mengingat-ingat."Aahh,, benar! Aku bersama dokter Jil."Davi pun tersentak, sekilat ingatannya timbul, Dia sempat minum saat masih berada didalam pesta. Lalu dokter Jil mengantarnya, Mereka sempat terlibat percakapan kecil. Lalu tiba-tiba Dokter Jil menciumnya. Lalu berlanjut hingga akhirnya Dokter itu membawa Davi ke Apartemennya."Astaga!" Davi menutup mulutnya tak percaya. "Apa yang sudah kulakukan? Kami bahkan melakukannya lebih dari sekali."CEK
"Fang!""Iya Nyonya?""Duduklah."Fang melihat sekitar."Bastian sedang mandi. Biasanya lama."Dengan ragu duduk di sofa yang lain disisi sofa yang Vio duduki."Mmmm... Kau bisa menyelidiki apapun kan?" tanya Vio."Apa anda punya tugas untuk saya?""Mmm... Kau tau, Davi memiliki seorang pacar. Kalau tidak salah, namanya Andi. Tapi dia tidak terlihat sama sekali di pemakaman ibu Davi. Apa kau tau kenapa?""Aaahh, pria brengsek itu sudah putus dengan Nona Davi, nyonya.""Benarkah?" Vio tampak sangat terkejut"Heem.."Vio merasa menyayangkan karena Davi bahkan tidak bercerita padanya. Vii menghela nafasnya. Tak lama Bastian ikut bergabung."Ada apa?""Nyonya hanya menanyakan tentang nona Davi, tuan."Bastian manggut-manggut."Besok kita datangi keluarga Hendrawan.""Baiklah""Kenapa begitu lesu?""Sebenarnya aku sudah
"Nona Lyn." Jil mendekat dan berhenti tepat didepan Lyn. Tangan nya menengadah, Lyn meletakkan tangannya pada tangan Jin."Selamat ulang tahun." ucap Jil sambil mencium tangan Lyn.Tentu saja itu membuat Lyn tersipu malu. Sedangkan Andi jadi marah dan kesal. Di pisahkannya tangan keduanya segera. Lalu merangkul pinggang Lyn."Dia pacarku! Jangan sembarangan menyentuhnya."Jil tercengang, begitupun dengan orang-orang disekitarnya."Sayang sekali kau sudah punya pacar." oceh Jil lembut dengan memasang wajah sedih."Ya ampuunn... Tangkapan besar lepas demi ikan teri.""Sayang sekali ya, padahal Jil terlihat begitu berharap.""Aku tidak menyangka selera Lyn begitu rendah dengan memilih pria yang tak ada apa-apanya itu."Gumaman-gumaman teman Lyn sangat menggelitik telinga Andi. Tentu saja dia sangat kesal dengan ocehan teman-teman Lyn."Tidak!" Lyn segera melepaskan tangan Andi dari pingg