"Karena aku ...""Karena apa?" tanya Aileen tidak sabar, karena Christian Li tidak kunjung menyelesaikan ucapannya setelah beberapa detik menunggu."Ingin tahu?"Aileen mengangguk semangat. Sepertinya dia tidak menyadari kalau posisi keduanya begitu intim."Mendekatlah." Karena penasaran, Aileen dengan patuh mengikuti perkataan Christian Li, hingga wajah keduanya berada di jarak yang sangat dekat. Tanpa diduga, Christian mengangkat wajahnya dan semakin menipiskan jarak wajah keduanya. Aileen yang melihat itu pun seketika menjadi panik dan refleks menutup kelopak matanya dengan cepat. "Apa yang harapkan Aileen? Kenapa kau menutup matamu?" bisik Christian Li tepat di telinga kanan Aileen.Usai mendengar bisikan itu, kelopak mata Aileen terangkat dengan cepat. Wajahnya pun seketika memerah ketika manik coklatnya bertemu dengan netra hitam Christian Li yang sedang menatapnya dengan senyuman yang penuh arti."Aku ... aku pikir ..." "Kau pikir, aku akan menciummu?" tebak Christian Li deng
“Kakak Li, kau mau ke mana?” Daniel langsung menghampiri Christian Li ketika dia akan meraih kursi rodanya yang berada tepat di sebelah ranjangnya. Dia baru saja selesai mengurus kepindahan Christian Li ke ruangan perawatan setelah selesai ditangani di IGD.Bukannya menjawab, Christian Li justru menanyakan hal lain. “Di mana Aileen?” Setelah tiba di rumah sakit, keduanya langsung dibawa ke IGD. Namun, keduanya tidak ditempatkan di tempat yang sama karena mereka berada di triase berbeda.“Dia sedang ditangani oleh Dokter Robby.”“Antarkan aku ke tempatnya.”Daniel segera menahan Christian Li ketika dia akan turun. “Kakak Li, kau tidak boleh ke mana-mana dengan kondisi seperti ini."“Aku ingin melihatnya.” Wajah Christian Li terlihat serius, membuat Daniel sedikit frustasi.“Kakak Li, Aileen baik-baik saja, dia hanya cidera ringan. Orang yang harus kau khawatirkan adalah dirimu sendiri. Kondisimu lebih mengkhawatirkan darinya.”Kecelakaan yang terjadi pada Aileen dan Christian Li menga
"Christian, kami pulang dulu. Nanti Bibi akan meminta Zaya untuk ke sini. Selama kau di rumah sakit, biar dia yang mengurusmu," ucap Nyonya Fawlina dengan lembut."Tidak perlu. Ada Aileen yang bisa menjagaku," tolak Christian dengan wajah dingin."Christian, Aileen tidak bisa menjagamu 24 jam, biarkan Zaya ikut menjagamu di sini. Bibi juga lebih tenang kalau dia yang menjamu."Christian menarik senyuman sinis di bibirnya, kemudian berkata, "Dibandingkan Zaya, Aileen lebih berhak mengurusku. Lagi pula, aku tidak suka dilayani oleh orang lain.""Christian, jika kau tidak mau dijaga oleh Zaya, biarkan aku dan Qarina yang menjagamu," usul Nyonya Caisa. "Aileen harus bekerja, dia pasti akan kerepotan jika harus mengurusmu juga."Christian mendengkus dan mencibir dengan wajah dingin. "Tidak perlu berlagak baik padaku. Aku tidak butuh kau urus dan jaga."Nyonya Fawlina menatap Christian selama beberapa detik, lalu berkata, "Kalau begitu, biarkan Aileen yang menjagamu."Nyonya Caisa langsung b
Ketika memasuki ruangan rawat inap Christian Li, Aileen tidak lagi melihat keberadaan Bibi Christian Li dan ibu tirinya di sana. Dia pun alkhirnya melangkah mendekati Christian dan berdiri di samping ranjangnya.“Mereka sudah pulang?”“Hhhmm,” gumam Christian Li tanpa menoleh pada Aileen. Pandangan sedang fokus pada kertas yang ada di tangannya."Kau sedang melihat apa?"Ketika Aileen akan mengintip, Christian langsung menjauhkan kertas itu dan menarik pinggang Aileen, hingga tubuh Aileen condong ke tubuh Christian Li dan nyaris menempel pada pria itu."Nyonya Muda Li, tidak baik mengintip hal pribadi milik orang lain."Bulu mata Aileen bergerak cepat ketika merasakan tangan Christian melingkar dengan erat di pinggangnya. "Kau bukan orang lain, tapi suamiku." Meskipun saat ini, jantung Aileen berdetak dengan cepat. Namun, dia berusaha untuk menampilkan ekspresi tenangnya, seolah tidak terpengaruh dengan tindakan Christian yang tidak terduga.Mendengar itu, Christian Li tidak tahan un
Orang itu melangkah ke dalam dan menghampiri Qarina. "Sudah mau pulang?" Orang yang bertanya pada Qarina adalah Arthur."Ya. Ava menungguku di mobil."Arthur hanya mengangguk, kemudian beralih pada Christian Li dan Aileen. "Apa aku mengganggu kalian?"Melihat tatapan Arthur tertuju pada tangan Christian Li yang melingkar di perutnya, Aileen segera bangkit dan sedikit menjauh dari Chistian Li. "Tidak," jawab Aileen. "Kalian bicaralah. Aku akan mengantar Qarina dulu."Christian ingin menghentikan Aileen. Namun, secepat kilat Aileen sudah menghilang di balik pintu. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Arthur setelah duduk kursi samping ranjang Christian Li. "Kenapa? Kecewa karena aku masih hidup?"Arthur tersenyum tipis. Dia sama sekali tidak marah dengan sikap ketus Christian Li. "Aku mencemaskanmu. Jangan selalu berpikir buruk padaku. Tidak bisakah kita berdamai?""Aku tidak bisa berdamai dengan musuh dalam selimut. Aku tahu kau kecewa karena tidak berhasil menyingkirkanku."Senyuman di waj
"Tentu saja aneh. Karena dulu dia ..."Aileen menajamkan pendengaran agar bisa mendengar lebih jelas apa yang akan disampaikan oleh perawat yang sedang duduk di nurse station itu. Saat ini, Aileen sedang berdiri tidak jauh dari meja di mana kedua perawat itu duduk. Dia sedang berpura-pura fokus pada ponselnya. Padahal, dia sedang menguping pembicaraan kedua orang itu. Sebenarnya, bukan menguping karena dia tidak sengaja mendengar obrolan keduanya di saat akan menanyakan keberadaan Daniel pada keduanya."Karena dulu dia ...""Aileen, sedang apa kau di sini?"Suara Daniel menghentikan ucapan perawat berwajah bulat itu. Kedua perawat itu tampak menoleh ke arah Daniel yang sedang menghampiri Aileen."Aku ingin mencarimu."Aileen mencari Daniel karena sebentar lagi Christian Li akan melakukan terapi. Selama seminggu di rumah sakit, Christian Li rutin melakukan terapi dan berlatih berjalan menggunakan alat bantu. Ada total 3 dokter yang secara khusus menangani Christian Li. Semua itu diatur
“Christian, aku ingin pergi sebentar. Aku akan kembali sebelum jadwal terapimu tiba.”Christian Li tidak tampak hanya diam. Wajahnya terlihat datar, tidak mengandung ekspresi apa pun, membuat Aileen menjadi sedikit bingung. Apakah Christian Li mengizinkannya untuk pergi atau tidak.Selama seminggu ini, Aileen bekerja dari pagi sampai siang hari dan akan kembali ke rumah sakit saat Christian Li akan melakukan terapi dan latihan berjalan. Sudah beberapa kali dia terkena teguran dari atasanya karena tidak bekerja dengan baik. Itu karena banyak tugas yang belum dia selesaikan. Kemarin, dia kembali mendapatkan ulitmatum dari atasannya. Aileen diminta untuk segera menyelesaikan pekerjannya yang sudah tertunda selama seminggu, terutama yang berhubungan dengan Jackson. Pria itu menolak melakukan pemotertan jika bukan Aileen yang mengurus semuanya. Itulah sebanya hari ini Aileen akan mengurus pemotretan Jackson.“Ke mana?” Akhirnya Christia mengeluarkan suaranya setelah terdima selama hampir s
"Kenapa kembali lagi?" tanya Christian Li ketika melihat kedatangan adik sepupunya yang tampak tergesa-gesa. Di belakangnya, menyusul Aileen dengan napas terenga-engah. "Kak, aku ingin ...""Ava!" Aileen langsung memotong dengan cepat untuk menghentikan ucapannya."Kenapa? Kau takut Kak Christian tahu kelakukan busukmu di luar?" tanya Ava dengan nada angkuh setelah berhadapan dengan Aileen.Belum sempat menjawab pertanyaan Ava, Christian Li sudah menyela lebih dulu. "Ava, apa maksudmu?"Ava memutar tubuhnya ke arah Christian Li, lalu berkata, "Kak, sebenarnya—""Christian, biar aku yang jelaskan padamu nanti," potong Aileen dengan wajah panik.Karena merasa kesal dengan Aileen yang sejak tadi terus memotong ucapannya, Ava pun akhirnya menghardik Aileen dan memintanya untuk diam."Ava, kau tidak berhak ikut campur urusanku dengan Christian. Meksipun kau sepupunya, tapi kau harus tahu batasan. Setidaknya, ketahui dulu kebenaran yang ingin kau sampaikan padanya. Jangan sampai karena uca
"Ada apa, Sayang?"Christian yang baru saja terbangun dari tidurnya seketika bertanya pada sang istri yang sedang berbaring memunggunginya saat mendengar Aileen merintih sambil memegangi perutnya."Perutku sakit."Christian langsung terbangun dari tidurnya dan menyalakan lampu, tampak wajah Aileen sedang berkerut dan dipenuhi oleh keringat-keringat kecil."Sakit sekali," rintih Aileen lagi sembari meringis."Apa kau sudah mau melahirkan?" tanya Christian dengan panik.Pasalnya, belakang ini Aileen sering mengeluh sakit pada perutnya. Setelah berkonsultasi dengan dokter, Aileen baru tahu jika mendekati hari kelahiran, dia akan sering mengalami kontraksi palsu. Itu sebanyanya Christian bertanya seperti itu untuk memastikan apakah sakit perut kali ini akibat dari kontraksi palsu atau karena akan melahirkan."Aku tidak tahu, tapi ini rasanya sakit sekali.""Kita ke rumah sakit sekarang." Dengan hati-hati, Christian membantu Aileen untuk bangun, kemudian duduk di tepi ranjang. "Apa kau ma
"Sayang, ini terlihat lucu. Pasti akan terlihat cantik saat dikenakan anak kita nanti," ucap Christian sembari menunjukkan baju bayi berwarna pink yang memiliki renda.Ketika melihat itu, Aileen menghela napas dengan wajah frustrasi, "Christian, apa kau lupa kalau anak kita laki-laki? Dia tidak mungkin mengenakan baju seperti itu.""Aku tahu, Sayang. Maksudku, untuk anak perempuan kita selanjutnya. Tidak ada salahnya, kita membelinya sekarang. Kita bisa menyimpannya sampai dia lahir nanti."Aileen yang mendengar itu dibuat tidak bisa berkata-kata lagi oleh Christian. Bagaimana bisa dia membahas adik dari anak pertamanya, sementara anak pertama mereka saja belum lahir.Yang lebih membuatnya tidak habis pikir adalah meskipun mereka memang berencana ingin memiliki anak lagi, tapi bagaimana bisa Christian begitu yakin kalau mereka akan mendapatkan anak perempuan nanti.Bagaimana jika seandainya nanti mereka kembali mendapatkan anak laki-laki dan justru bukan anak perempuan? Mau diapakan b
“Selamat siang, Nyonya Li,” sapa Lea dengan sopan ketika Aileen akan melewati meja kerjanya menuju ruangan Christian Li bersama dengan Ken.“Siang Lea,” jawab Aileeen, dia berhenti sejenak di depan meja kerja sekretaris suaminya dan bertanya, “Apa Christian ada di dalam?”“Ada.”Lean kemudian berjalan mendahului Aileen dan membuka pintu. “Silahkan.”Aileen mengangguk seraya mengucapkan terima kasih. Setelah Aileen memasuki ruangan Christian, Lea kembali ke mejanya. Sementara Ken tetap mengikuti dari belakang hingga Aileen berhenti tepat di sebelah Christian.“Kenapa baru ke sini, Sayang? Aku sudah menunggu sejak tadi,” ucap Christian seraya menarik tangan Aileen dan mendudukkannya di pangkuannya.“Christian, jangan begini, masih ada Ken di sini,” bisik Aileen dengan wajah malu.Setelah itu, Christian beralih menatap asistennya. “Ken, kau boleh pergi. Masalah tadi, kita bicarakan besok lagi.”Masalah yang dimaksud oleh Christian adalah masalah Ava. Rencananya, Ava akan diterbangkan kel
"Kandungannya tidak apa-apa. Pasien hanya mengalami keram akibat kontraksi palsu." Ucapan dokter seketika membuat Nyonya Caisa dan Qarina menjadi lega. Mereka sudah panik sejak tadi karena takut disalahkan oleh Christian seandainya terjadi apa-apa dengan janin dalam kandungan Aileen. "Qarina, apa sudah ada kabar dari Christian?" tanya Aileen usai berbaring di ranjangnya. Setelah selesai melakukan pemeriksaan dengan dokter, Aileen dan yang lainnya langsung pulang ke rumah. Karena kondisi Aileen tidak mengkhawatirkan, jadi dokter memperbolehkan untuk pulang tanpa harus dirawat di rumah sakit. "Belum." Melihat wajah cemas Aileen, dia berusaha untuk menenangkannya, "Kak, ingat kata dokter, kau tidak boleh stres, jangan memikirkan hal lain dulu, itu akan berpengaruh pada kehamilanmu." Wajah Aileen masih tampak cemas. "Tapi, aku khawatir dengan Christian, tidak biasanya dia seperti ini." "Kak Christian pasti baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu padanya, Ken atau orang yang ada di sana
“Ada apa?” Christian segera membalik tubuhnya usai menerima telpon dari asistennya. “Tidak apa-apa, Sayang. Ken hanya melaporkan mengenai pekerjaan.” Christian berjalan menghampiri Aileen yang sedang duduk di tepi ranjang, kemudian membungkuk di depan istrinya. “Sayang, hari ini aku akan berkunjung ke anak perusahaan yang berada di luar negeri bersama Ken. Ada hal mendesak yang harus aku urus di sana.” Usai mendengar itu, raut wajah Aileen seketika berubah menjadi muram. “Kapan kau kembali?” “Jika tidak bisa selesai besok, aku akan menginap dua hari di sana, tapi jika bisa aku selesaikan segera, aku akan kembali besok.” “Aku ikut.” “Tidak bisa, Sayang. Ini terlalu berisiko untukmu, tunggu saja aku di rumah. Aku usahakan menyelesaikannya pekerjaanku besok agar bisa langsung kembali.” Melihat wajah muram istrinya, Christian berjongkok di depan Aileen, kemudian memegang perut istrinya. “Aku akan melakukan perjalanan melalui udara, Sayang. Kau tidak bisa ikut. Perutmu semakin besar,
“Heemm!”Suara dehaman dari arah pintu menyadarkan keduanya yang sejak tadi saling memandang. Calina langsung menarik diri dan berdiri dengan tegak ketika melihat seorang pria dan wanita memasuki ruanganSementara itu, Arthur juga menoleh ke arah pintu dengan ekspresi biasa. Namun, ketika pandangannya bertemu dengan Tiffany, sorot matanya berubah sendu selama beberapa detik.“Sepertinya, kami datang di waktu yang tidak tepat,” ucap Jackson sambil berjalan mendekati ranjang Arthur. “Maaf, sudah mengganggu keromantisan kalian.”Calina yang sedang berdiri di samping Arthur tampak mengusap lengan kirinya dengan canggung, sementara Arthur tampak acuh tak acuh seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.“Dia perawatku,” ujarnya, menjelaskan agar Jackson dan Tiffany tidak salah paham.“Aku kira kau sudah berpaling ke lain hati.”Candaan Jackson ditanggapi dengan acuh tak acuh oleh Arthur. “Kenapa kau datang ke sini?” Arthur bertanya pada Jackson, tapi pandangannya mengarah pada Tiffany yang se
Gerakan tangan Calina yang baru saja akan mengobati luka di tangan Arthur seketika terhenti saat dia mendengar itu."Kau tenang saja, setelah kematianku, tidak akan ada yang berani menyelidikinya, karena aku sudah membuat surat wasiat."Surat wasiat Arthur berisikan kalau seandainya sesuatu terjadi padanya nanti, dia minta kasus kematiannya tidak perlu diselidiki.Melihat Calina mematung dengan ekspresi heran, Arthur kembali angkat bicara, “Ulurkan tanganmu.”“Untuk apa?”Arthur tidak menjawab dan memberikan kode melalui gerakan tangan kiri agar Calina segera mengulurkan tangan padanya.“Ini racun khusus. Aku meminta orangku untuk membelinya di pasar gelap. Siapa pun yang meminumannya, pasti akan langsung mati.”Jari tangan Calina seketika gemetar. Dia menatap botol transparan yang berukuran sangat kecil yang berada di telapak tangannya dengan mata membola."Kau bisa gunakan itu untuk membunuhku."Apa dia sudah gila? Kenapa dia justru memberikan ide seperti itu? Apa dia sadar kalau ya
Saat sedang termenung di tempat tidur, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Dengan malas, Calina menggeser tubuhnya dan meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Ketika melihat Ken yang menelpon, Calina menjadi ragu untuk mengangkatnya. Jika tebakannya benar, maka tujuan Ken menghubunginya, pasti ada hubungannya dengan Arthur.Mungkin pria itu sudah melapor pada Ken tentang kejadian kemarin sehingga asisten Christian itu menghubunginya pagi-pagi.“Calina, kau di mana?”Ditanya seperti itu oleh Ken, Calina menjadi bingung mau menjawab apa. Mungkin dia menanyakan itu karena ingin menyuruh bawahannya untuk menjemputnya. Dia pun menjadi bingung, antara memberitahu Ken atau tidak di mana keberadaannya sekarang.“Kenapa kau belum datang pagi ini? Bukankah sudah kubilang padamu, jam 7 pagi kau harus sudah berada di rumah sakit. Sejak tadi Tuan Arthur sudah menunggumu.”Menungguku? Apa dia ingin membalas dendam padaku karena aku ingin melenyapkannya kemarin? Atau, di sana sudah ada polisi jug
"Selamat tinggal dan maafkan aku." Setelah mengatakan itu, Calina mengarahkan pisau itu tepat di dada kiri Arthur, kemudian mengayunkan tangannya Ke bawah.Sebelum pisau itu mencapai dada Arthur dan menancap di sana, tiba-tiba saja pergelangan tangannya ditangkap oleh Arthur. “Siapa kau? Kenapa ingin membunuhku?”Mata Calina membola melihat Arthur sudah membuka mata. Namun, itu hanya sesaat karena detik selanjutnya, mata hitam Calina dipenuhi oleh kilatan kebencian. “Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang pasti aku orang yang akan melenyapkan nyawamu.” Usai mengatakan itu, Calina semakin mendorong tangannya ke bawah. Namun, ditahan sekuat tenaga oleh Arthur.“Apa Christian yang mengirimmu ke sini?”Calina seketika menghentikan gerakan tangannya. “Jangan sembarangan memfitnah orang. Dia adalah penyelamat keluargaku, sementara kau yang sudah menghancurkan keluargaku.”Kedua alis Arthur saling bertautan. Dia menatap gadis yang dia perkirakan usianya sama dengan Ava dengan tatapan heran. “J