"Beruntung aku sedang lumpuh saat ini. Jika tidak, kau sudah habis olehku." Aileen kembali teringat dengan penuturan Christian setelah memberikan hukuman padanya. Setiap kali dia teringat dengan kata-kata itu, Aileen langsung bergidik. Terlebih ketika mengingat ekspresi Christian Li yang tampak seolah ingin menelannya hidup-hidup ketika mengatakan hal itu. "Kakak ipar, apa kau habis disengat oleh lebah?" tanya Daniel sembari melemparkan senyuman menggoda pada Aileen. "Kenapa lehermu memerah?" Kesadaran Aileen pun seketika kembali. Aileen yang sedang duduk di kursi samping ranjang Christian, segera mengangkat kepala dan menatap Daniel dengan ekspresi bingung selama beberapa detik. "Di leher samping, ada dua bekas merah di sana," tunjuk Daniel pada leher Aileen yang berada tepat di bawah telinganya. "Ternyata Kakak Li ganas juga. Aku tidak menyangka dia bisa menjadi buas seperti itu." Raut wajah Christian Li tampak acuh tak acuh, seolah bukan dia yang sedang dibahas, sementara wa
"Besok, minta Bibi Nian untuk memindahkan semua pakaianmu ke lemari."Aileen yang sedang mematut dirinya di depan cermin besar di dekat meja rias, seketika menoleh pada Christian Li. "Kenapa?"Sejak memasuki keluarga Li, pakaian Aileen memang masih di simpan di koper. Untuk baju kerjanya, dia simpan di ruangan sebelah yang memiliki lemari gantung. Dia tidak berani memindahkan pakaiannya ke dalam lemari milik Christian Li karena belum mendapatkan izin dari pemiliknya. "Memang sudah seharusnya pakaianmu di lemari. Lagi pula, kopermu merusak pemandanganku."Aileen tersenyum masam selama beberapa detik, kemudian berkata, "Baiklah. Aku akan meminta Bibi Nian untuk memindahkan ke lemari yang tidak kau gunakan."Di dalam ruangan walk in closet, ada lemari bagian paling bawah tidak digunakan Christian Li dan rencananya di sanalah dia akan meletakkan pakaiannya."Ada lemari putih di dalam. Letakkan saja pakaianmu di sana."Di ruangan walk in closet terdapat tiga lemari berukuran besar dia ked
"Apa kau yakin baik-baik saja?" tanya Nyonya Fawlina setelah keduanya duduk di sofa ruangan kerja. "Iya, Nyonya. Aku baik-baik saja. Mungkin ini hanya efek alkohol saja.""Tunggu di sini. Aku keluar sebentar."Nyonya Fawlina bangkit, lalu berjalan keluar. Tidak sampai 10 menit, dia kembali bersama dengan Bibi Nian yang membawa nampan. Setelah meletakkan dua cangkir di atas meja, Bibi Nian keluar dari sana dan menutup pintunya."Kau tampak tidak sehat. Minumanlah. Ini minuman herbal turun temurun di keluarga Li. Aku secara khusus meminta Bibi Nian untuk membuatkan untukmu."Ketika melihat wajah ragu Aileen, Nyonya Fawlina berkata dengan lembut, "Ini juga bisa meredakan mabukmu dan mengembalikan kembali staminamu. Dulu, aku sering meminta Bibi Nian membuatkan untuk Christian juga jika dia sedang tidak enak badan."Setelah berpikir selama beberapa saat, Aileen pun mengangguk seraya mengucapkan terima kasih, lalu mengambil cangkir tersebut dan meminumnya berbarengan dengan Nyonya Fawlina
"Apa kau sudah mengunci pintunya?" tanya Nyonya Fawlina setelah melihat Bibi Nian turun dari tangga."Sudah, Nyonya," jawab Zaya. "Bagaimana kalau tuan muda marah, Nyonya?""Biarkan saja. Jika tidak begitu, mereka tidak akan melakukannya. Aileen harus segera hamil, jadi hanya ini caranya untuk mewujudkan hal itu.""Bagaimana jika Nona Aileen meredakan obat itu dengan cara lain?""Itu tidak akan berhasil. Jangankan berpikir untuk mencari cara lain, berpikir jernih saja dia tidak akan bisa. Apalagi, mengendalikan dirinya. Aku memberikan dosis yang tinggi pada Aileen. Jadi, dia tidak mungkin bisa menahannya, kecuali melampiaskannya. Satu-satunya cara meredakannya obat itu hanya dengan melakukannya. Obat ini aku beli khusus di pasar gelap. Efeknya sangat luar biasa dan bisa memberikan efek buruk pada tubuh Aileen jika dia terus menahannya."Zaya tampak membola sembari menelan salivanya dengan susah payah."Kau jangan takut, aku yang akan bertanggung jawab jika Christian marah," kata Nyony
"Sekarang katakan padaku, bagaimana kau akan bertanggung jawab dan menebus kesalahanmu padaku, Nyonya Muda Li?""Aku ..."Kalau ditanya bagaimana caranya, jelas Aileen tidak tahu caranya bertanggung jawab atas kesalahannya itu.Mengembalikan keperjakaan Christian, itu mustahil. Lagi pula, pria tidak memiliki bekas, tidak sepertinya.Ingin bertanggung jawab dengan menikahinya, tapi mereka sudah menikah.Ingin menjadi pelayannya, di keluarga Li sudah ada puluhan pelayan yang bekerja di sana.Ingin mengganti rugi dengan uang. Uang Christian Li lebih banyak darinya, bahkan tidak terhitung jumlahnya.Ingin mengganti kerugian dengan benda berharga, tapi dia tidak memiliki apa pun lagi yang berharga.Semua hal di atas, tidak bisa dia lakukan. Itu sebabnya dia tidak tahu harus bertanggung jawab seperti apa pada pria itu."Aileen Li, aku sudah tidak polos lagi. Kau sudah merusak kepolosanku. Kau tidak mungkin lari dari tanggung jawabmu setelah melakukan kesalahan, bukan?"Perkataan Christian Li
Suasana ruang makan saat jam makan siang menjadi hening setelah Aileen dan Christian duduk di meja makan. Hari ini adalah hari libur, kecuali Nyonya Fawlina, semua keluarga Li berada di rumah. Tidak ada obrolan apa pun sampai mereka selesai makan siang. Kebiasaan keluarga Li, dilarang mengobrol saat sedang makan."Kak, ada apa dengan lehermu? Apa kau alergi lagi?" Qarina yang tidak tahu apa-apa bertanya dengan santai pada Christian Li yang sedang duduk di kursi kepala keluarga."Tidak. Ada serangga yang menggigitku semalam," jawab Christian santai.Wajah Aileen seketika merona. Sementara Qarina tampak mengerutkan keningnya. Detik selanjutnya, tatapannya beralih ke lengan Christian yang tampak memerah. "Lalu, kenapa lenganmu?"Di kedua lengan Christian tampak ada beberapa garis merah memancang. Seperti bekas goresan kuku."Itu dibuat oleh kucing liarku."Aileen yang sedang minum air putih langsung tersedak usai mendengar itu. "Uhuk. uhuk. uhuk." Christian langsung memajukan tubuhnya k
"Ikut aku." Nyonya Caisa menarik tangan Aileen ketika dia baru saja memasuki dapur. Aileen yang terkejut, hanya bisa mengikuti Nyonya Caisa dengan langkah terburu-buru. Keduanya memasuki kamar yang biasa ditempati oleh Nyonya Caisa jika dia menginap di kediaman Li. Setelah mengunci pintu kamar, Nyonya Caisa berbalik menghadap Aileen dengan wajah garang."Aileen, kenapa kau tidak mengindahkan ucapanku? Apa kau memang tidak berniat untuk keluar dari keluarga Li?""Maksud, Nyonya apa?"Sebelum menjawab pertanyaan Aileen, Nyonya Caisa melirik pada leher Aileen yang terdapat bekas merah di lehernya. "Bukankah sudah aku pernah bilang padamu, jangan sampai kau tidur dengan Christian. Kenapa kau mengabaikan kata-kataku dan justru terjebak lebih dalam dengannya?"Aileen menampilkan wajah tidak senang ketika disalahkan oleh Nyonya Caisa. "Nyonya, perlu kau tahu. Semalam, aku diberi obat oleh Nyonya Fawlina. Aku tidak bisa menghindari hal itu. Tidak pernah sekali pun, terpikir olehku untuk mel
'Siapa orang yang sedang dia tunggu sampai tidak mau meninggalkan negara ini?'Christian memandang wajah Aileen yang tampak penasaran dengan jawabannya selama beberapa detik, kemudian berkata, "Aku tidak bisa memberitahumu."Gurataan kekecewaan tampak terlintas ke wajah Aileen ketika mendengar itu. Namun, hanya sesaat. Selanjutnya, Aileen berusaha menampilkan ekspresi biasa. "Apa orang itu sangat penting bagimu?"Dengan jantung yang berdebar, Aileen menunggu jawaban Christian seraya memainkan jemari tangannya di pangkuannya. Senenarnya, dia merasa malu bertanya seperti itu. Hanya saja, dia ingin memastikan apakah dugaannya selama ini memang benar. "Ya. Dia sangat penting bagiku," jawab Christian dengan wajah serius seraya memperhatikan wajah Aileen dengan seksama. Sorot mata Aileen seketika meredup.'Ternyata benar. Dia masih menunggu mantan tunangannya. Berarti dia masih mencintai mantan tunangannya. Kau memang bodoh, Aileen. Bisa-bisa kau berpikir kalau Christian sudah melupakan m
"Ada apa, Sayang?"Christian yang baru saja terbangun dari tidurnya seketika bertanya pada sang istri yang sedang berbaring memunggunginya saat mendengar Aileen merintih sambil memegangi perutnya."Perutku sakit."Christian langsung terbangun dari tidurnya dan menyalakan lampu, tampak wajah Aileen sedang berkerut dan dipenuhi oleh keringat-keringat kecil."Sakit sekali," rintih Aileen lagi sembari meringis."Apa kau sudah mau melahirkan?" tanya Christian dengan panik.Pasalnya, belakang ini Aileen sering mengeluh sakit pada perutnya. Setelah berkonsultasi dengan dokter, Aileen baru tahu jika mendekati hari kelahiran, dia akan sering mengalami kontraksi palsu. Itu sebanyanya Christian bertanya seperti itu untuk memastikan apakah sakit perut kali ini akibat dari kontraksi palsu atau karena akan melahirkan."Aku tidak tahu, tapi ini rasanya sakit sekali.""Kita ke rumah sakit sekarang." Dengan hati-hati, Christian membantu Aileen untuk bangun, kemudian duduk di tepi ranjang. "Apa kau ma
"Sayang, ini terlihat lucu. Pasti akan terlihat cantik saat dikenakan anak kita nanti," ucap Christian sembari menunjukkan baju bayi berwarna pink yang memiliki renda.Ketika melihat itu, Aileen menghela napas dengan wajah frustrasi, "Christian, apa kau lupa kalau anak kita laki-laki? Dia tidak mungkin mengenakan baju seperti itu.""Aku tahu, Sayang. Maksudku, untuk anak perempuan kita selanjutnya. Tidak ada salahnya, kita membelinya sekarang. Kita bisa menyimpannya sampai dia lahir nanti."Aileen yang mendengar itu dibuat tidak bisa berkata-kata lagi oleh Christian. Bagaimana bisa dia membahas adik dari anak pertamanya, sementara anak pertama mereka saja belum lahir.Yang lebih membuatnya tidak habis pikir adalah meskipun mereka memang berencana ingin memiliki anak lagi, tapi bagaimana bisa Christian begitu yakin kalau mereka akan mendapatkan anak perempuan nanti.Bagaimana jika seandainya nanti mereka kembali mendapatkan anak laki-laki dan justru bukan anak perempuan? Mau diapakan b
“Selamat siang, Nyonya Li,” sapa Lea dengan sopan ketika Aileen akan melewati meja kerjanya menuju ruangan Christian Li bersama dengan Ken.“Siang Lea,” jawab Aileeen, dia berhenti sejenak di depan meja kerja sekretaris suaminya dan bertanya, “Apa Christian ada di dalam?”“Ada.”Lean kemudian berjalan mendahului Aileen dan membuka pintu. “Silahkan.”Aileen mengangguk seraya mengucapkan terima kasih. Setelah Aileen memasuki ruangan Christian, Lea kembali ke mejanya. Sementara Ken tetap mengikuti dari belakang hingga Aileen berhenti tepat di sebelah Christian.“Kenapa baru ke sini, Sayang? Aku sudah menunggu sejak tadi,” ucap Christian seraya menarik tangan Aileen dan mendudukkannya di pangkuannya.“Christian, jangan begini, masih ada Ken di sini,” bisik Aileen dengan wajah malu.Setelah itu, Christian beralih menatap asistennya. “Ken, kau boleh pergi. Masalah tadi, kita bicarakan besok lagi.”Masalah yang dimaksud oleh Christian adalah masalah Ava. Rencananya, Ava akan diterbangkan kel
"Kandungannya tidak apa-apa. Pasien hanya mengalami keram akibat kontraksi palsu." Ucapan dokter seketika membuat Nyonya Caisa dan Qarina menjadi lega. Mereka sudah panik sejak tadi karena takut disalahkan oleh Christian seandainya terjadi apa-apa dengan janin dalam kandungan Aileen. "Qarina, apa sudah ada kabar dari Christian?" tanya Aileen usai berbaring di ranjangnya. Setelah selesai melakukan pemeriksaan dengan dokter, Aileen dan yang lainnya langsung pulang ke rumah. Karena kondisi Aileen tidak mengkhawatirkan, jadi dokter memperbolehkan untuk pulang tanpa harus dirawat di rumah sakit. "Belum." Melihat wajah cemas Aileen, dia berusaha untuk menenangkannya, "Kak, ingat kata dokter, kau tidak boleh stres, jangan memikirkan hal lain dulu, itu akan berpengaruh pada kehamilanmu." Wajah Aileen masih tampak cemas. "Tapi, aku khawatir dengan Christian, tidak biasanya dia seperti ini." "Kak Christian pasti baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu padanya, Ken atau orang yang ada di sana
“Ada apa?” Christian segera membalik tubuhnya usai menerima telpon dari asistennya. “Tidak apa-apa, Sayang. Ken hanya melaporkan mengenai pekerjaan.” Christian berjalan menghampiri Aileen yang sedang duduk di tepi ranjang, kemudian membungkuk di depan istrinya. “Sayang, hari ini aku akan berkunjung ke anak perusahaan yang berada di luar negeri bersama Ken. Ada hal mendesak yang harus aku urus di sana.” Usai mendengar itu, raut wajah Aileen seketika berubah menjadi muram. “Kapan kau kembali?” “Jika tidak bisa selesai besok, aku akan menginap dua hari di sana, tapi jika bisa aku selesaikan segera, aku akan kembali besok.” “Aku ikut.” “Tidak bisa, Sayang. Ini terlalu berisiko untukmu, tunggu saja aku di rumah. Aku usahakan menyelesaikannya pekerjaanku besok agar bisa langsung kembali.” Melihat wajah muram istrinya, Christian berjongkok di depan Aileen, kemudian memegang perut istrinya. “Aku akan melakukan perjalanan melalui udara, Sayang. Kau tidak bisa ikut. Perutmu semakin besar,
“Heemm!”Suara dehaman dari arah pintu menyadarkan keduanya yang sejak tadi saling memandang. Calina langsung menarik diri dan berdiri dengan tegak ketika melihat seorang pria dan wanita memasuki ruanganSementara itu, Arthur juga menoleh ke arah pintu dengan ekspresi biasa. Namun, ketika pandangannya bertemu dengan Tiffany, sorot matanya berubah sendu selama beberapa detik.“Sepertinya, kami datang di waktu yang tidak tepat,” ucap Jackson sambil berjalan mendekati ranjang Arthur. “Maaf, sudah mengganggu keromantisan kalian.”Calina yang sedang berdiri di samping Arthur tampak mengusap lengan kirinya dengan canggung, sementara Arthur tampak acuh tak acuh seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.“Dia perawatku,” ujarnya, menjelaskan agar Jackson dan Tiffany tidak salah paham.“Aku kira kau sudah berpaling ke lain hati.”Candaan Jackson ditanggapi dengan acuh tak acuh oleh Arthur. “Kenapa kau datang ke sini?” Arthur bertanya pada Jackson, tapi pandangannya mengarah pada Tiffany yang se
Gerakan tangan Calina yang baru saja akan mengobati luka di tangan Arthur seketika terhenti saat dia mendengar itu."Kau tenang saja, setelah kematianku, tidak akan ada yang berani menyelidikinya, karena aku sudah membuat surat wasiat."Surat wasiat Arthur berisikan kalau seandainya sesuatu terjadi padanya nanti, dia minta kasus kematiannya tidak perlu diselidiki.Melihat Calina mematung dengan ekspresi heran, Arthur kembali angkat bicara, “Ulurkan tanganmu.”“Untuk apa?”Arthur tidak menjawab dan memberikan kode melalui gerakan tangan kiri agar Calina segera mengulurkan tangan padanya.“Ini racun khusus. Aku meminta orangku untuk membelinya di pasar gelap. Siapa pun yang meminumannya, pasti akan langsung mati.”Jari tangan Calina seketika gemetar. Dia menatap botol transparan yang berukuran sangat kecil yang berada di telapak tangannya dengan mata membola."Kau bisa gunakan itu untuk membunuhku."Apa dia sudah gila? Kenapa dia justru memberikan ide seperti itu? Apa dia sadar kalau ya
Saat sedang termenung di tempat tidur, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Dengan malas, Calina menggeser tubuhnya dan meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Ketika melihat Ken yang menelpon, Calina menjadi ragu untuk mengangkatnya. Jika tebakannya benar, maka tujuan Ken menghubunginya, pasti ada hubungannya dengan Arthur.Mungkin pria itu sudah melapor pada Ken tentang kejadian kemarin sehingga asisten Christian itu menghubunginya pagi-pagi.“Calina, kau di mana?”Ditanya seperti itu oleh Ken, Calina menjadi bingung mau menjawab apa. Mungkin dia menanyakan itu karena ingin menyuruh bawahannya untuk menjemputnya. Dia pun menjadi bingung, antara memberitahu Ken atau tidak di mana keberadaannya sekarang.“Kenapa kau belum datang pagi ini? Bukankah sudah kubilang padamu, jam 7 pagi kau harus sudah berada di rumah sakit. Sejak tadi Tuan Arthur sudah menunggumu.”Menungguku? Apa dia ingin membalas dendam padaku karena aku ingin melenyapkannya kemarin? Atau, di sana sudah ada polisi jug
"Selamat tinggal dan maafkan aku." Setelah mengatakan itu, Calina mengarahkan pisau itu tepat di dada kiri Arthur, kemudian mengayunkan tangannya Ke bawah.Sebelum pisau itu mencapai dada Arthur dan menancap di sana, tiba-tiba saja pergelangan tangannya ditangkap oleh Arthur. “Siapa kau? Kenapa ingin membunuhku?”Mata Calina membola melihat Arthur sudah membuka mata. Namun, itu hanya sesaat karena detik selanjutnya, mata hitam Calina dipenuhi oleh kilatan kebencian. “Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang pasti aku orang yang akan melenyapkan nyawamu.” Usai mengatakan itu, Calina semakin mendorong tangannya ke bawah. Namun, ditahan sekuat tenaga oleh Arthur.“Apa Christian yang mengirimmu ke sini?”Calina seketika menghentikan gerakan tangannya. “Jangan sembarangan memfitnah orang. Dia adalah penyelamat keluargaku, sementara kau yang sudah menghancurkan keluargaku.”Kedua alis Arthur saling bertautan. Dia menatap gadis yang dia perkirakan usianya sama dengan Ava dengan tatapan heran. “J