"Nyonya Muda, kenapa menampar saya?" tanya Ema sembari memegang wajahnya yang terasa kebas. "Ema, bukannya meminta maaf, kau justru menuduh suamiku yang tidak-tidak," jawab Aileen dengan mata menyala. "Apa kau pikir aku tidak tahu yang sebenarnya?"Tadinya, Aileen ingin berbicara baik-baik dengan Ema. Namun, sikapnya yang seolah tidak bersalah dan justru memfitnah Christian Li membuat Aileen seketika marah. Sebelumnya, dia tidak pernah berniat untuk menampar Ema, meskipun dia sudah tahu kalau sudah menjebak Christian Li, tapi tiba-tiba saja dia hilang kendali ketika suaminya itu dituduh yang tidak-tidak di depannya. "Nyonya Muda, aku tidak berbohong. Zaya saksi matanya. Kau bisa langsung bertanya padanya mengenai kejadian kemarin.""Aku tidak membutuhkan kesaksian dari siapa pun karena aku memiliki bukti atas perbuatanmu yang berniat menggoda suamiku.""Buk-bukti apa yang Nyonya Muda maksud?" tanya Ema dengan terbata-terbata. Aileen bisa menangkap raut wajah ketakutan di mata Ema,
"Tunggu di sini. Aku daftar sebentar."Setelah berpamitan dengan Christian Li, Aileen berjalan ke tempat pendaftaran yang ada di ujung ruangan. Sebenarnya sebelum ke rumah sakit, dia sudah melakukan perndaftar melalui telpon, hanya saja dia harus mendaftar ulang untuk mendapatkan nomor antriannya.Saat ini, Aileen dan Christian Li sedang berada di rumah sakit terbesar di kota Imperial, tepatnya berada di lantai 2, di mana klinik dokter syaraf berada. Aileen berhasil memaksa Christian Li untuk ke rumah sakit.Christian Li datang ke rumah sakit dengan mengenakan masker untuk menutupi wajahnya dan kaca mata hitam agar tidak ada yang mengenalinya. Aileen tentu saja tidak keberatan dengan hal itu, karena dia pikir Christian pasti malu dengan kondisi wajahnya yang cacat."Kakak Li, sedang apa di sini?"Seorang pria muda yang memakai jas warna putih mendekati Christian Li yang sedang berada tidak jauh dari kursi tunggu yang ada di lantai 2."Ke mana saja kau? Menghilang tanpa kabar dan melara
"Christian!" panggil Aileen dengan nada sedikit tinggi. "Hmmm," gumam Christian. "Apa yang sedang kau pikirkan?" Sudah dua kali Aileen memanggil Christian. Namun, tidak direspon olehnya.Sejak dalam perjalanan pulang dari rumah sakit, Christian Li lebih banyak diam. Meskipun biasanya dia tidak banyak bicara, tapi Christian tidak pernah mengabaikannya jika dia sedang bertanya pada pria itu. Sejak di mobil, Aileen melihat kalau Christian sedang melamun seperti sedang memikirkan sesuatu. "Tidak ada." Christian akhirnya mengalihkan pandangannya pada Aileen yang berdiri di depan kursi rodanya setelah mereka tiba di dalam kamar. "Kau bilang apa tadi?"Aileen menghela napas panjang dengan ekspresi kesal. Bagaimana tidak kesal, sejak tadi Aileen terus berbicara. Namun, Christian justru tidak mendengarkan apa yang dia katakan."Temanmu tadi, bekerja di rumah sakit itu?""Ya. Dia dokter sekaligus cucu dari pemilik rumah sakit itu."Mata Aileen membulat dengan mulut yang sedikit terbuka. "Ter
Christian terus melirik pada jam yang ada di atas nakas. Sudah 4 jam berlalu, semenjak Aileen berpamitan untuk menemui tamu di bawah. Namun, belum juga kembali hingga pukul 11 malam. Padahal, Aileen mengatakan kalau dia tidak akan lama.Karena tidak tahan menunggu lebih lama lagi, Christian pun menggeser tubuhnya ke tepi ranjang, berniat untuk berpindah ke kursi roda, namun baru saja dia akan meraih kursi rodanya, pintu kamarnya di ketuk dari luar. Tidak lama berselang, pintu kamar terbuka dan terlihat Arthur masuk ke dalam."Kau mau ke mana?" tanya Arthur seraya menghampiri Christian.Bukanya menjawab pertanyaan Christian. "Siapa yang mengizinkanmu masuk ke kamarku? Keluar dari sini!" usir Christian dengan sorot mata dingin."Aku hanya ingin mengatakan padamu, istrimu ditahan di kantor polisi. Dia dilaporkan atas tuduhan penganiayaan berat."Christian nampak tercengang. Arthur tentu sudah menebak kalau Chrisrian tidak mengetahui hal itu. Itu sebabnya dia datang untuk memberitahunya. S
Aileen menelan salivanya ketika merasakan hembusan napas hangat menyapu leher belakangnya. Wajahnya tampak kaku diikuti dengan degup jantung yang tidak beraturan."Christian, kapan aku membuatmu marah?"Seingatnya, hubungan keduanya baik-baik saja sebelum dia dibawa oleh polisi. Saat berpamitan ke bawah pun, Christian masih menanggapinya. Tidak tampak dia marah ataupun sedang kesal."Pergi ke mana kau bersama Arthur sebelum pulang?"Kedua alis Aileen saling bertautan dengan mata yang sedikit menyipit. "Tidak ke mana-mana. Kenapa?""Jangan berbohong padaku." Suara Christian terdengar serak. Namun, seperti ditekan. Hembusan napasnya pun semakin panas dan tangan yang melingkar di perut Aileen pun semakin mengetat."Aku tidak berbohong. Kami memang langsung pulang setelah dari kantor polisi." "Lalu, apa yang kau lakukan dengan Arthur di belakangku?'"Kami tidak melakukan apa-apa." Aileen seketika memutar tubuhnya ke belakang, hingga keduanya saling berhadapan. "Kenapa? Apa ada mengatakan
Aileen mengetuk pintu ruangan yang berada di depannya. Dia baru saja tiba di rumah sakit dan langsung pergi ke ruangan Daniel untuk menjemput Christian Li. "Apa terapinya sudah selesai?" tanya Aileen ketika pintu ruangan terbuka dan menampilkan wajah tampan Daniel."Sudah. Kakak Li ada di dalam. Masuklah." Daniel membuka pintu ruangannya dengan lebar seraya menyingkir ke samping untuk memberikan jalan pada Aileen."Terima kasih." Dengan perasaan canggung, Aileen berjalan masuk menghampiri Christian Li yang sedang duduk di kursi rodanya yang berada di dekat sofa panjang di ruangan itu."Maaf, aku terlambat menjemputmu," ucap Aileen setelah berada di hadapan Christian. Dia terlambat 15 menit dari waktu yang sudah disepakati mereka berdua. "Bagaimana dengan terapinya?" tanya Aileen pada Daniel yang sudah berdiri di dekat Chirstian."Lancar. Kakak Li terlihat bersemangat. Aku yakin dia pasti bisa berjalan lagi."Sebuah senyuman seketika mengembang di wajah cantiknya Aileen. Raut wajahnya
"Karena aku ...""Karena apa?" tanya Aileen tidak sabar, karena Christian Li tidak kunjung menyelesaikan ucapannya setelah beberapa detik menunggu."Ingin tahu?"Aileen mengangguk semangat. Sepertinya dia tidak menyadari kalau posisi keduanya begitu intim."Mendekatlah." Karena penasaran, Aileen dengan patuh mengikuti perkataan Christian Li, hingga wajah keduanya berada di jarak yang sangat dekat. Tanpa diduga, Christian mengangkat wajahnya dan semakin menipiskan jarak wajah keduanya. Aileen yang melihat itu pun seketika menjadi panik dan refleks menutup kelopak matanya dengan cepat. "Apa yang harapkan Aileen? Kenapa kau menutup matamu?" bisik Christian Li tepat di telinga kanan Aileen.Usai mendengar bisikan itu, kelopak mata Aileen terangkat dengan cepat. Wajahnya pun seketika memerah ketika manik coklatnya bertemu dengan netra hitam Christian Li yang sedang menatapnya dengan senyuman yang penuh arti."Aku ... aku pikir ..." "Kau pikir, aku akan menciummu?" tebak Christian Li deng
“Kakak Li, kau mau ke mana?” Daniel langsung menghampiri Christian Li ketika dia akan meraih kursi rodanya yang berada tepat di sebelah ranjangnya. Dia baru saja selesai mengurus kepindahan Christian Li ke ruangan perawatan setelah selesai ditangani di IGD.Bukannya menjawab, Christian Li justru menanyakan hal lain. “Di mana Aileen?” Setelah tiba di rumah sakit, keduanya langsung dibawa ke IGD. Namun, keduanya tidak ditempatkan di tempat yang sama karena mereka berada di triase berbeda.“Dia sedang ditangani oleh Dokter Robby.”“Antarkan aku ke tempatnya.”Daniel segera menahan Christian Li ketika dia akan turun. “Kakak Li, kau tidak boleh ke mana-mana dengan kondisi seperti ini."“Aku ingin melihatnya.” Wajah Christian Li terlihat serius, membuat Daniel sedikit frustasi.“Kakak Li, Aileen baik-baik saja, dia hanya cidera ringan. Orang yang harus kau khawatirkan adalah dirimu sendiri. Kondisimu lebih mengkhawatirkan darinya.”Kecelakaan yang terjadi pada Aileen dan Christian Li menga
“Arthur, mari bercerai.”Arthur seketika membeku ketika mendengar itu. “Cerai?”Calina mengangguk. “Tiffany sudah kembali, kau juga sudah sembuh, sudah saatnya aku mundur.” Meski hatinya saat ini sangat hancur, tapi Calina berusaha keras untuk tetap bersikap tenang di depan pria yang kini sudah sepenuhnya mengisi hatinya.Ya, Calina sudah jatuh cinta pada pria yang dia nikahi berapa tahun lalu. Meski, di awal dia tidak memiliki perasaan apa pun, tapi nyatanya cinta perlahan tumbuh seiring kebersamaan mereka selama bertahun-tahun.“Apa Tiffany mendatangimu?”“Tidak," jawab Calina.“Lalu, kenapa tiba-tiba ingin bercerai?”Calina mengepalkan tangan dengan kuat demi menahan agar air matanya tidak keluar. “Aku tahu kau masih mencintai Tiffany. Aku tidak ingin menjadi penghalang cinta kalian.”Arthur tampak terdiam. Namun, tatapan masih tertuju pada iris Calina. “Selain Tiffany, apa ada alasan lain yang melatarbelakangi kau ingin bercerai denganku?”"Maksudmu?""Apa kau sudah menemukan peng
Belum sempat mobil terparkir dengan benar, Jayden sudah keluar dengan langkah terburu-buru dengan ekspresi suram.“Bu, di mana Ayah?” tanya Jayden pada Aileen yang sedang duduk di ruangan keluarga dengan Alicia dan Steven“Ada di ruangan kerjanya, ada ...”Belum selesai Aileen bicara, Jayden sudah berjalan menuju ruangan kerja sang ayah yang berada di lantai bawah. Tanpa mengetuk, dia langsung membuka pintu dengan kasar, membuat Christian dan Ken yang berada di dalam ruangan itu terkejut dan menoleh bersamaan.“Jayden, apa kau sudah lupa cara mengetuk pintu? Di mana sopan santunmu?” tegur Christian.Jayden yang sudah terlanjur emosi, mengabaikan teguran sang ayah dan bertanya dengan marah, “Kenapa ayah menggusur pekampungan itu?'Christian mengerutkan kening sebentar, kemudian bertanya, "Perkampungan apa?""Jangan pura-pura tidak tahu," jawab Jayden, "Perkampungan yang berada di selatan kota, itu tanah milik Li's Corp, kan?"Sebelum menjawab pertanyaan sang putra, Christian meminta Ke
“Kakak, kau datang lagi?”Gadis kecil penjual kue itu langsung berlari ketika melihat Jayden sedang berjalan ke arah minimarket.“Hhmm,” gumam Jayden Li seraya mengangguk ringan. Seperti biasa, dia hanya menampilkan ekspresi biasa ketika berbicara dengan siapa pun.Berbeda sekali dengan gadis kecil yang berada di hadapannya itu, matanya tampak berbinar dan senyuman sangat lebar ketika menyambut kedatangannya.“Kak, maaf, kueku hari ini sudah habis. Tadi ada Paman baik hati yang membeli semua kueku,” ujarnya dengan wajah riang. Senyuman begitu polos, membuat siapa pun yang melihat akan merasa gemas.“Lihatlah. Sudah tidak tersisa.” Dengan antuasias gadis kecil itu menunjukkan wajah kue yang biasa gunakan untuk meletakkan kue kukusnya.Jayden melirik sejenak, sebelum akhirnya kembali menatap gadis di depannya. “Aku ke sini untuk membeli sesuatu di dalam,” jawabnya datar.Gadis itu mengangguk tanda mengerti. “Oh, seperti itu.”Dia pikir Jayden datang untuk membeli kuenya, karena biasanya
"Sudahlah. Untuk apa juga aku perhitungan dengan anak kecil sepertimu."Daniel berlalu dari sana dan mendekati gadis kecil yang tampak sedang menunduk. Sebelum memeriksa gadis kecil itu, Daniel memanggil salah satu perawat yang ada di sana untuk mendekat.Jayden Li yang semula duduk dengan acuh tak acuh, akhirnya mendekat ketika melihat Daniel mulai mengobati gadis kecil itu.Ketika Daniel sedang membersihkan luka di bibir gadis itu, tampak dia mengigit bibir bawahnya seraya mengerutkan wajah.“Sakit?” Jayden Li yang sejak tadi hanya diam, akhirnya bertanya pada gadis kecil itu.“Tidak, Kak.”Melihat senyuman gadis itu yang begitu lebar, entah mengapa justru membuat sudut hati Jayden terasa sakit.Kenapa gadis di depannya tidak menangis dan justru tersenyum? Sudah jelas itu sakit, tapi gadis di depannya tidak mengeluh sedikit pun.Jika itu terjadi pada adiknya, bisa dipastikan akan terjadi kehebohan di rumah sakit itu. Adiknya pernah tidak sengaja terjatuh dan itu membuat kehebohan di
“Bangunlah.”Gadis kecil yang semula masih meringkuk, perlahan bangkit dibantu oleh Jayden Li usai ketiga preman itu dibuat tumbang dan babak belur.“Apa kau tidak apa-apa?”Gadis itu mengangkat kepala setelah membersihkan bajunya yang kotor. “Aku tidak apa-apa, Kakak. Terima kasih sudah menolongku.”Melihat gadis itu tersenyum lebar dengan wajah polosnya, Jayden seketika tertegun. Dia menatap gadis di depan dengan alis yang hampir menyatu.Dia tersenyum?Setelah diinjak-injak dan dibuat terluka, dia masih bisa tersenyum selebar itu.Bagaimana bisa? Padahal, di wajahnya terdapat beberapa luka memar dan di bagian bibir bawahnya tampak mengeluarkan cairan merah. Sepertinya ada luka robek di bagian bibirnya. Tidak hanya itu, di bagian pelipis gadis kecil itu pun terdapat luka berupa garis memanjang yang juga mengeluarkan sedikit darah.Dengan umur seusainya, sangat wajar jika dia menangis histeris, tapi gadis kecil di depannya itu justru tersenyum. Jangankan menangis, mengeluh sakit pun
“Tuan Muda, silahkan.” Pengawal pribadi Jayden Li membuka pintu belakang setelah melihat anak bosnya keluar dari tempat latihan bela diri.Jayden mengangguk dengan wajah datar, kemudian memasuki mobil dan duduk di kursi belakang.“Paman Rai, berhenti di depan. Aku ingin membeli sesuatu.”Rai, asisten pribadi Jayden yang sedang mengemudi mengangguk, kemudian menepikan mobil mereka di minimarket yang berada di sebelah kanan jalan. Mobil yang hitam yang sejak tadi mengikuti mobil Jayden Li ikut berhenti di belakangnya. Mobil sedan hitam itu berisi 4 orang pengawal berbadan tegap yang secara khusus ditugaskan untuk mengikuti Jayden Li ke mana pun dia pergi.“Paman Rai, kau di sini saja, aku hanya sebentar," ucap Jayden setelah tiba di depan pintu minimarket.“Tapi, ....” Rai ingin menolak, tapi Jayden kembali angkat bicara, “Tidak sampai 5 menit, aku sudah keluar. Jadi, Paman tunggu di sini saja.”Jayden membalik tubuh, kemudian meraih pintu dan masuk ke dalam. Tidak jauh dari minimarket
“Kalau begitu, bagaimana kami bisa masuk ke perut Ibu?"Qarina menahan tawanya, semetara Christian dan Aileen saling melirik dengan ekspresi bingung.“Kalau untuk itu, silahkan tanyakan pada Ayah." Karena dia sendiri bingung, bagaimana harus menjelaskan pada Steven agar dia bisa mengerti.“Ayah, katakan padaku, bagaimana bisa kami masuk ke perut Ibu?”Christian yang ditanya seperti tampak berpikir keras. Cukup lama dia terdiam sampai akhirnya dia membuka suara, “Karena Ayah rajin menyuntikkan vitamin pada Ibu.”Steven menggaruk kepalanya karena tidak mengerti dengan penjelasan sang ayah. “Jadi, Ayah seperti Paman Daniel yang suka menyuntik orang sakit?”Karena merasa terjebak dengan jawabannya sendiri, Christian menjadi bingung sendiri harus bagaimana menjelaskan pada sang putra agar dia mengerti dan tidak bertanya lagi.“Tidak sama. Kau masih kecil, Ayah jelaskan pun kau tidak akan mengeti. Tunggu kau besar, nanti kau juga akan tahu,” Itu adalah jawaban yang paling aman agar Steven t
“Kalau begitu, bagaimana kami bisa masuk ke perut Ibu?"Qarina menahan tawanya, semetara Christian dan Aileen saling melirik dengan ekspresi bingung.“Kalau untuk itu, silahkan tanyakan pada Ayah." Karena dia sendiri bingung, bagaimana harus menjelaskan pada Steven agar dia bisa mengerti.“Ayah, katakan padaku, bagaimana bisa kami masuk ke perut Ibu?”Christian yang ditanya seperti tampak berpikir keras. Cukup lama dia terdiam sampai akhirnya dia membuka suara, “Karena Ayah rajin menyuntikkan vitamin pada Ibu.”Steven menggaruk kepalanya karena tidak mengerti dengan penjelasan sang ayah. “Jadi, Ayah seperti Paman Daniel yang suka menyuntik orang sakit?”Karena merasa terjebak dengan jawabannya sendiri, Christian menjadi bingung sendiri harus bagaimana menjelaskan pada sang putra agar dia mengerti dan tidak bertanya lagi.“Tidak sama. Kau masih kecil, Ayah jelaskan pun kau tidak akan mengeti. Tunggu kau besar, nanti kau j
"Kenapa baru pulang?" Aileen menghampiri Christian yang baru saja memasuki kamar. "Alicia sejak tadi menangis mencarimu."Sejak dua hari yang lalu, Christian berada di luar untuk meninjau anak perusahaan mereka yang berada di kota sebelah."Maaf, Sayang. Pesawatku delay."Seharian ini, dia memang tidak sempat menghubungi Aileen. Biasanya, dia menyempatkan waktu untuk melakukan panggilan vidio agar bisa berbicara dengan sang putri yang memang sejak dulu sangat dekat dengannya.Alicia memang lebih dekat dengan Christian dibandingkan dengan Aileen. Itu karena Christian sangat menyayangi Alicia dan selalu memanjakannya, hingga terkadang membuat Steven menjadi iri."Dia sudah tidur?" tanya Christian seraya membuka kancing kemejanya."Sudah. Dia menangis selama 1 jam dan tidak mau berhenti meski aku sudah membujuknya berkali-kali. Dia marah karena tidak bisa bicara denganmu.""Kalau begitu, aku akan melihatnya setelah mandi.""Apa kau ingin berendam?" Karena Christian baru saja melakukan pe