“Christian, selamat datang kembali ke perusahaan,” ucap Arthur setelah acara serah jabatan selesai. Saat ini, keduanya sedang berada di ruangan Christian Li.“Arthur, tidakkah kau lelah terus bersandiwara?” Christian menatap malas pada Arthur yang sedang berdiri di hadapan meja kerjanya.“Christian, aku tulus menyambut kedatanganmu. Jangan berpikiran buruk terus padaku.”Christian yang sejak tadi sedang duduk bersandar di kursi kebesarannya, seketika meneggakkan punggung saat melihat asistennya memasuki ruangannya.“Apa Direktur Hugo sudah memerintahkan departemen personalia untuk memecat semua nama yang aku berikan padanya?”“Sudah, Tuan Muda.”Ketika mendengar itu, Arthur langsung beralih pada Christian Li. “Kau meminta Direktur Hugo untuk memecat siapa?”“Semua orang yang dimasukkan oleh ibumu ke perusahaanku,” jawab Christian Li dengan datar. Namun, wajahnya terlihat acuh tak acuh.“Christian, atas dasar apa kau memecat mereka? Apa kau tidak takut akan mendapatkan kecaman dari ban
Setibanya di ruangan kerja, Bibi Christian segera meminta keponakannya untuk duduk di sofa.“Christian, kenapa kau memecat banyak orang hari ini? Apa kau tidak tahu dampak dari tindakanmu itu?” tanya Nyonya Fawlina setelah duduk di hadapan Christian Li.“Bibi, kau juga memecat dan membuang semua orangku dari sini, kenapa aku tidak boleh melakukan hal yang sama?” ujar Christian Li dengan santai sambil duduk bersandar dengan kedua kaki saling bertumpu. “Lagi pula, mereka semua sudah membuat kerugian pada perusahaanku. Aku tidak mungkin mempertahankan parasit seperti mereka.”“Christian, kau membuat keputusan secara sepihak, seharusnya kau berdiskusi dulu denganku. Orang-orang itu sedang menangani proyek besar, apa kau ingin membuat Li's Corp bangkrut seketika?”“Bibi tenang saja, masalah proyek itu, akan ditangani oleh orang-orang yang aku pilih. Jadi, jangan pusing hal itu. Lebih baik Bibi duduk diam dan menunggu hasilnya. Jika tidak setuju dengan aturanku, silahkan mengundurkan diri d
“Apa?”"Ini mengenai Nyonya Caisa ... sebenarnya dia—""Aku sedang tidak ingin membicarakannya," potong Christian Li dengan dingin.Ketika melihat suasana hati Christian sedang tidak baik, Aileen pun memutuskan untuk tidak melanjutkan apa yang ingin disampaikan pada suaminya."Baiklah."Sejujurnya, dia kecewa karena Christian tidak mau mendengarkan apa yang ingin disampaiknnya terlebih dahulu. Namun, jika dia tetap memaksa menyampaikan tentang ibu tirinya, dia yakin Christian pasti marah padanya."Cepat ganti bajumu, aku tunggu di bawah."Aileen hanya mengangguk, kemudian berlalu dari hadapan Christian Li. Setelah berganti pakaian, Aileen menyusul Christian Li ke bawah. Ketika dia memasuki ruangan keluarga, ternyata selain ada Christian Li, ada Ava dan Tiffany juga di sana sedang mengobrol. Christian sendiri terlihat sibuk dengan ponselnya."Christian, aku sudah siap."Christian segera mengangkat kepala, dan langsung menyimpan ponselnya setelah melihat Aileen sudah berdiri tidak jauh
Aileen tampak terdiam. Namun, hanya selama beberapa detik. "Tidak," sanggah Aileen sambil tersenyum. "Sudah kubilang padamu, aku tidak akan pergi dari sini jika bukan kau yang memintanya sendiri.""Kalau begitu, jangan pernah memintaku untuk mengurus diriku sendiri. Karena kau sudah menjadi istriku, jadi kau yang harus mengurus segala keperluanku."Ketika melihat ada sepercik amarah di mata Christian Li, Aileen segera meminta maaf padanya dan berjanji tidak akan pernah mengatakan itu lagi."Mandilah. Aku ingin keluar sebentar."Setelah menutup pintu, Christian Li berniat untuk turun ke bawah. Namun, dia tidak sengaja bertemu dengan Qarina di dekat tangga."Kakak, apa kau melihat ibu di mana?" tanya Qarina.Ketika mendengar kata 'Ibu' keluar dari mulut Qarina, Christian menjadi marah. "Qarina, sudah kubilang berapa kali padamu, dia bukan ibumu, juga bukan ibuku. Jangan pernah memanggilnya seperti itu lagi."Sejak orang tuanya meninggal, Qarina diasuh oleh Nyonya Caisa. Jadi, dia sangat
"Christian, ada apa dengamu?" tanya Aileen setelah berhasil mendorong tubuh Christian Li menjauh darinya. "Aileen, beraninya kau menyembunyikan hal besar dariku. Bersiaplah menerima hukuman dariku." Ketika akan merespon ucapan Christian, tubuhnya tiba-tiba saja sudah diangkat dan dibaringkan di ranjang. Belum juga hilang keterkejutannya, Christian sudah menyerang bibirnya kembali dengan kasar dan terburu-buru, tidak memberikan kesempatan pada dirinya untuk menolak. Setelah melakukan pertempuran selama beberapa jam, Christian akhirnya berhenti. Dia mengusap lembut dahi Aileen yang tampak berkeringat, mencium keningnya, kemudian menarik Aileen dalam dekapannya setelah berhasil mengatur napasnya yang tidak beraturan. "Aileen, kau adalah milikku. Takkan kubiarkan kau jauh-jauh dariku, apalagi dari kehidupanku. Salahmu sendiri setuju menikah denganku. Jadi, jangan salahkan aku karena tidak mau melepasmu. Selamanya, kau hanya akan menjadi milikku." Aileen yang sudah terlelap, tidak mend
“Benarkah?" Mata Aileen tampak berbinar, senyuman di wajahnya pun terlihat mengembang. "Apa itu?"Christian mendekatkan mulutnya ke telinga Aileen, lalu berbisik, “Jangan bekerja lagi selamanya di sana.”Raut wajah Aileen berubah masam seketika. Dia segera bangkit dan menatap kesal pada Christian. “Itu sama saja kau tidak mengizinkan aku bekerja.”Christian menarik senyuman samar, kemudian bangkit menghampiri Aileen. “Aku memang tidak suka kau bekerja. Tapi, jika kau bisa bersikap baik, maka akan kupertimbangkan.”Raut wajah Aileen berubah menjadi lesu usai mendengar itu. “Kalau aku tidak bekerja, bagaimana aku bisa mendapatkan uang?”Christian membungkuk seraya memasukkan satu tangannya di saku celana, kemudian menatap wajah Ailleen dari dekat. “Kau tidak perlu bekerja hanya untuk mendapatkan uang. Aku memiliki semuanya, termasuk uang.”“Itu milikmu, bukan milikku.”“Kau istriku. Tentu saja milikku, akan menjadi milikmu juga.”"Kalau begitu, jika aku meminta setengah saham Li’s Corp,
"Ada apa?" tanya Aileen."Kenapa belum masuk? Acara sudah dimulai," ujar Kaira sambil berjalan mendekati Aileen. "Ayo, cepat."Aileen meminta maaf, kemudian masuk ke dalam bersama rekan kerjanya. Sejak acara dimulai sampai selesai, Aileen tidak banyak memperhatikan acara tersebut, dia justru sibuk dengan pikirannya sendiri. Bahkan ketika Christian Li memberikan kata sambutan, Aileen tidak memperhatikannya.“Nyonya Muda, Tuan Muda sedang menunggu di mobil.” Ken tampak menghadang Aileen yang sedang berjalan bersama Kaira keluar dari gedung setelah acara selesai.Suasana gedung sudah sepi karena semua tamu sudah pergi sejak 10 menit yang lalu, hanya tersisa beberapa orang media yang masih berada di lokasi gedung.“Nyonya Muda?” Kaira membelalak ketika mendengar ucapan Ken. “Kenapa dia memanggilmu seperti itu?” tanya Kaira sambil menoleh pada Aileen setelah berhasil menghilangkan sedikit keterkejutannya. “Dia asisten Christian Li, kan?”Aileen memejamkan mata sejenak dengan wajah tidak be
"Kau dari mana?" tanya Aileen setelah Christian Li memasuki kamar.Terhitung sejak Christian keluar dari kamar, sudah 3 jam Aileen menunggunya di kamar. Namun, sang suami baru kembali setelah pukul 9 malam. Bahkan, suaminya itu melewatkan makam malam."Ada pekerjaan yang harus aku urus bersama Ken."Aileen menatap Christian dengan sorot mata sendu.'Kenapa dia berbohong padaku? Sudah jelas dia habis berbicara dengan Tiffany.Saat dia akan memanggil Christian untuk makan malam tadi, Aileen dihentikan oleh Ava. Adik sepupu Christian itu mengatakan kalau Christian sedang berada di ruangan kerja bersama dengan Tiffany. Ada hal penting yang sedang mereka bahas, jadi tidak ada yang boleh mengganggunya. Aileen pun memutuskan untuk tidak menyusul, meskipun hatinya merasa tidak tenang."Kenapa belum tidur?" tanya Christian Li seraya membuka kancing bajunya setelah meletakkan ponsel di atas nakas."Aku menunggumu."Setelah melepas bajunya, Christian menoleh pada Aileen dengan wajah datarnya. "L
"Ada apa, Sayang?"Christian yang baru saja terbangun dari tidurnya seketika bertanya pada sang istri yang sedang berbaring memunggunginya saat mendengar Aileen merintih sambil memegangi perutnya."Perutku sakit."Christian langsung terbangun dari tidurnya dan menyalakan lampu, tampak wajah Aileen sedang berkerut dan dipenuhi oleh keringat-keringat kecil."Sakit sekali," rintih Aileen lagi sembari meringis."Apa kau sudah mau melahirkan?" tanya Christian dengan panik.Pasalnya, belakang ini Aileen sering mengeluh sakit pada perutnya. Setelah berkonsultasi dengan dokter, Aileen baru tahu jika mendekati hari kelahiran, dia akan sering mengalami kontraksi palsu. Itu sebanyanya Christian bertanya seperti itu untuk memastikan apakah sakit perut kali ini akibat dari kontraksi palsu atau karena akan melahirkan."Aku tidak tahu, tapi ini rasanya sakit sekali.""Kita ke rumah sakit sekarang." Dengan hati-hati, Christian membantu Aileen untuk bangun, kemudian duduk di tepi ranjang. "Apa kau ma
"Sayang, ini terlihat lucu. Pasti akan terlihat cantik saat dikenakan anak kita nanti," ucap Christian sembari menunjukkan baju bayi berwarna pink yang memiliki renda.Ketika melihat itu, Aileen menghela napas dengan wajah frustrasi, "Christian, apa kau lupa kalau anak kita laki-laki? Dia tidak mungkin mengenakan baju seperti itu.""Aku tahu, Sayang. Maksudku, untuk anak perempuan kita selanjutnya. Tidak ada salahnya, kita membelinya sekarang. Kita bisa menyimpannya sampai dia lahir nanti."Aileen yang mendengar itu dibuat tidak bisa berkata-kata lagi oleh Christian. Bagaimana bisa dia membahas adik dari anak pertamanya, sementara anak pertama mereka saja belum lahir.Yang lebih membuatnya tidak habis pikir adalah meskipun mereka memang berencana ingin memiliki anak lagi, tapi bagaimana bisa Christian begitu yakin kalau mereka akan mendapatkan anak perempuan nanti.Bagaimana jika seandainya nanti mereka kembali mendapatkan anak laki-laki dan justru bukan anak perempuan? Mau diapakan b
“Selamat siang, Nyonya Li,” sapa Lea dengan sopan ketika Aileen akan melewati meja kerjanya menuju ruangan Christian Li bersama dengan Ken.“Siang Lea,” jawab Aileeen, dia berhenti sejenak di depan meja kerja sekretaris suaminya dan bertanya, “Apa Christian ada di dalam?”“Ada.”Lean kemudian berjalan mendahului Aileen dan membuka pintu. “Silahkan.”Aileen mengangguk seraya mengucapkan terima kasih. Setelah Aileen memasuki ruangan Christian, Lea kembali ke mejanya. Sementara Ken tetap mengikuti dari belakang hingga Aileen berhenti tepat di sebelah Christian.“Kenapa baru ke sini, Sayang? Aku sudah menunggu sejak tadi,” ucap Christian seraya menarik tangan Aileen dan mendudukkannya di pangkuannya.“Christian, jangan begini, masih ada Ken di sini,” bisik Aileen dengan wajah malu.Setelah itu, Christian beralih menatap asistennya. “Ken, kau boleh pergi. Masalah tadi, kita bicarakan besok lagi.”Masalah yang dimaksud oleh Christian adalah masalah Ava. Rencananya, Ava akan diterbangkan kel
"Kandungannya tidak apa-apa. Pasien hanya mengalami keram akibat kontraksi palsu." Ucapan dokter seketika membuat Nyonya Caisa dan Qarina menjadi lega. Mereka sudah panik sejak tadi karena takut disalahkan oleh Christian seandainya terjadi apa-apa dengan janin dalam kandungan Aileen. "Qarina, apa sudah ada kabar dari Christian?" tanya Aileen usai berbaring di ranjangnya. Setelah selesai melakukan pemeriksaan dengan dokter, Aileen dan yang lainnya langsung pulang ke rumah. Karena kondisi Aileen tidak mengkhawatirkan, jadi dokter memperbolehkan untuk pulang tanpa harus dirawat di rumah sakit. "Belum." Melihat wajah cemas Aileen, dia berusaha untuk menenangkannya, "Kak, ingat kata dokter, kau tidak boleh stres, jangan memikirkan hal lain dulu, itu akan berpengaruh pada kehamilanmu." Wajah Aileen masih tampak cemas. "Tapi, aku khawatir dengan Christian, tidak biasanya dia seperti ini." "Kak Christian pasti baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu padanya, Ken atau orang yang ada di sana
“Ada apa?” Christian segera membalik tubuhnya usai menerima telpon dari asistennya. “Tidak apa-apa, Sayang. Ken hanya melaporkan mengenai pekerjaan.” Christian berjalan menghampiri Aileen yang sedang duduk di tepi ranjang, kemudian membungkuk di depan istrinya. “Sayang, hari ini aku akan berkunjung ke anak perusahaan yang berada di luar negeri bersama Ken. Ada hal mendesak yang harus aku urus di sana.” Usai mendengar itu, raut wajah Aileen seketika berubah menjadi muram. “Kapan kau kembali?” “Jika tidak bisa selesai besok, aku akan menginap dua hari di sana, tapi jika bisa aku selesaikan segera, aku akan kembali besok.” “Aku ikut.” “Tidak bisa, Sayang. Ini terlalu berisiko untukmu, tunggu saja aku di rumah. Aku usahakan menyelesaikannya pekerjaanku besok agar bisa langsung kembali.” Melihat wajah muram istrinya, Christian berjongkok di depan Aileen, kemudian memegang perut istrinya. “Aku akan melakukan perjalanan melalui udara, Sayang. Kau tidak bisa ikut. Perutmu semakin besar,
“Heemm!”Suara dehaman dari arah pintu menyadarkan keduanya yang sejak tadi saling memandang. Calina langsung menarik diri dan berdiri dengan tegak ketika melihat seorang pria dan wanita memasuki ruanganSementara itu, Arthur juga menoleh ke arah pintu dengan ekspresi biasa. Namun, ketika pandangannya bertemu dengan Tiffany, sorot matanya berubah sendu selama beberapa detik.“Sepertinya, kami datang di waktu yang tidak tepat,” ucap Jackson sambil berjalan mendekati ranjang Arthur. “Maaf, sudah mengganggu keromantisan kalian.”Calina yang sedang berdiri di samping Arthur tampak mengusap lengan kirinya dengan canggung, sementara Arthur tampak acuh tak acuh seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.“Dia perawatku,” ujarnya, menjelaskan agar Jackson dan Tiffany tidak salah paham.“Aku kira kau sudah berpaling ke lain hati.”Candaan Jackson ditanggapi dengan acuh tak acuh oleh Arthur. “Kenapa kau datang ke sini?” Arthur bertanya pada Jackson, tapi pandangannya mengarah pada Tiffany yang se
Gerakan tangan Calina yang baru saja akan mengobati luka di tangan Arthur seketika terhenti saat dia mendengar itu."Kau tenang saja, setelah kematianku, tidak akan ada yang berani menyelidikinya, karena aku sudah membuat surat wasiat."Surat wasiat Arthur berisikan kalau seandainya sesuatu terjadi padanya nanti, dia minta kasus kematiannya tidak perlu diselidiki.Melihat Calina mematung dengan ekspresi heran, Arthur kembali angkat bicara, “Ulurkan tanganmu.”“Untuk apa?”Arthur tidak menjawab dan memberikan kode melalui gerakan tangan kiri agar Calina segera mengulurkan tangan padanya.“Ini racun khusus. Aku meminta orangku untuk membelinya di pasar gelap. Siapa pun yang meminumannya, pasti akan langsung mati.”Jari tangan Calina seketika gemetar. Dia menatap botol transparan yang berukuran sangat kecil yang berada di telapak tangannya dengan mata membola."Kau bisa gunakan itu untuk membunuhku."Apa dia sudah gila? Kenapa dia justru memberikan ide seperti itu? Apa dia sadar kalau ya
Saat sedang termenung di tempat tidur, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Dengan malas, Calina menggeser tubuhnya dan meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Ketika melihat Ken yang menelpon, Calina menjadi ragu untuk mengangkatnya. Jika tebakannya benar, maka tujuan Ken menghubunginya, pasti ada hubungannya dengan Arthur.Mungkin pria itu sudah melapor pada Ken tentang kejadian kemarin sehingga asisten Christian itu menghubunginya pagi-pagi.“Calina, kau di mana?”Ditanya seperti itu oleh Ken, Calina menjadi bingung mau menjawab apa. Mungkin dia menanyakan itu karena ingin menyuruh bawahannya untuk menjemputnya. Dia pun menjadi bingung, antara memberitahu Ken atau tidak di mana keberadaannya sekarang.“Kenapa kau belum datang pagi ini? Bukankah sudah kubilang padamu, jam 7 pagi kau harus sudah berada di rumah sakit. Sejak tadi Tuan Arthur sudah menunggumu.”Menungguku? Apa dia ingin membalas dendam padaku karena aku ingin melenyapkannya kemarin? Atau, di sana sudah ada polisi jug
"Selamat tinggal dan maafkan aku." Setelah mengatakan itu, Calina mengarahkan pisau itu tepat di dada kiri Arthur, kemudian mengayunkan tangannya Ke bawah.Sebelum pisau itu mencapai dada Arthur dan menancap di sana, tiba-tiba saja pergelangan tangannya ditangkap oleh Arthur. “Siapa kau? Kenapa ingin membunuhku?”Mata Calina membola melihat Arthur sudah membuka mata. Namun, itu hanya sesaat karena detik selanjutnya, mata hitam Calina dipenuhi oleh kilatan kebencian. “Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang pasti aku orang yang akan melenyapkan nyawamu.” Usai mengatakan itu, Calina semakin mendorong tangannya ke bawah. Namun, ditahan sekuat tenaga oleh Arthur.“Apa Christian yang mengirimmu ke sini?”Calina seketika menghentikan gerakan tangannya. “Jangan sembarangan memfitnah orang. Dia adalah penyelamat keluargaku, sementara kau yang sudah menghancurkan keluargaku.”Kedua alis Arthur saling bertautan. Dia menatap gadis yang dia perkirakan usianya sama dengan Ava dengan tatapan heran. “J