"Aku tidak mau menikah dengannya!" tolak Aileen dengan tegas. "Aku bahkan tidak mengenalnya. Bagaimana bisa kalian menyuruhku untuk menikahi pria yang belum pernah aku temui?"
Aileen, wanita yang sedang mengenakan dress di bawah lutut melayangkan protesnya kepada 3 orang yang sedang duduk di hadapannya. Ketiga orang itu adalah ayahnya, ibu tiri, dan juga saudara tirinya. "Aileen, kau tidak memiliki hak untuk menolak. Kau harusnya sadar diri siapa dirimu. Kau hanyalah anak haram yang kami jadikan bagian dari keluarga kami," sahut Nyonya Debora, ibu tiri Aileen yang sedang duduk di sebelah ayah kandungnya. "Aileen, seharusnya kau merasa beruntung karena bisa menikah dengan keluarga kaya. Hidupmu akan terjamin dan makmur." Cathleen, wanita muda berambut panjang ikut menimpali ucapan ibunya untuk meyakinkan adik tirinya agar mau menerima tawaran mereka. "Semua yang kau inginkan akan dengan mudah kau dapatkan dan juga, kau akan bahagia jika menikah dengannya." Aileen menggertakan giginya dengan mata memerah. Dia selalu saja menjadi tumbal keluarganya. Selalu saja seperti itu, sejak dulu hingga sekarang. Tidak pernah sekali pun mereka memikirkan bagaimana perasaannya. "Kalau begitu kenapa tidak kau saja yang menikah dengannya?" tanya Aileen. "A-aku ... aku ..." Cathleen tergagap sesaat, sebelum akhirnya dia menjawab dengan lancar. "Aku tidak bisa menikah dengannya karena aku sudah memiliki kekasih. Mana mungkin aku mengkhianati kekasihku." Dagunya terangkat ke atas saat mengatakan itu, menambahkan kesan angkuh di wajah cantiknya. "Bukan cuma kau yang memiliki kekasih di sini, Cathleen. Aku juga memiliki kekasih. Jangan pikirkan dirimu sendiri." Gigi Aileen kembali saling beradu dengan kuat setelah mengatakan itu, tatapannya pun begitu menusuk. "Kekasihmu itu tidak jelas asal-usulnya, sementara Tuan Muda Li orang yang sangat kaya. Kau tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk menikah dengan keluarga paling tersohor di kota Imperial. Kehidupanmu akan berubah menjadi tuan putri jika kau menikah dengannya nanti," ujar Cathleen meyakinkan. Aileen mendesis, menarik senyuman miring di wajah cantiknya, kemudian menatap kakak tirinya itu dengan wajah sinis. "Cathleen, kau pikir aku ini bodoh? Aku tahu pria yang akan nikahkan denganku adalah tuan muda pertama dari keluarga Li yang mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan dua tahun lalu." Kelopak mata Cathleen terlihat melebar. Namun, hanya sesaat, karena detik selanjutnya sudah berubah menjadi normal. “Kalian bukan ingin menikahkanku, melainkan ingin membuangku dan menjadikanku budak untuk mengurus Tuan Muda Li yang lumpuh itu, bukan?" Perkataan Aileen membuat mulut semuanya terkatup rapat. Setelah hening selama beberapa saat, Tuan Jonas akhirnya angkat bicara. "Aileen, sekali ini saja, tolong turuti ayah. Keluarga kita sedang kesulitan dan ayah tidak bisa membayar hutang pada keluarga mereka. Keluarga Li bilang akan menghapuskan semua hutang kita jika kau mau menikah dengan Christian Li." Aileen menatap penuh kecewa pada pria yang duduk di hadapannya itu. Awalnya, dia mengira ayahnya masih memiliki sedikit hati nurani dan tidak akan memaksanya untuk menikahi pria lumpuh itu. Namun, setelah mendengar ucapan ayahnya barusan, harapannya langsung sirna seketika. Sejak kecil Aileen tidak pernah diperlakukan dengan baik oleh keluarganya, selalu saja dimanfaatkan untuk membereskan suatu masalah. Dia memang tinggal di keluarga itu. Namun, dia hanya dianggap sebagai orang luar oleh ketiga orang di depannya itu. Meskipun darah ayahnya mengalir dalam tubuhnya, tapi tidak lantas membuatnya menjadi bagian dari keluarga bahagia ayahnya. Ibunya hanya orang ketiga dalam rumah tangga ayahnya dan Ibu Cathleen. Mana mungkin dia dianggap sebagai keluarga. Sebutan anak haram, sudah sering dia dengar sejak kecil. Meskipun ayahnya secara hukum memasukkannya ke dalam kartu keluarga sebagai anak kedua dari keluarga Kinsey. Nyatanya, ayahnya melakukan itu hanya untuk menyelamatkan reputasinya setelah kasus perselingkuhannya terbongkar. "Ayah, tidak bisakah kali ini bukan aku yang kau korbankan?" Sorot mata Aileen terlihat meredup dan wajah terlihat kecewa. "Bagaimanapun, aku juga anakmu." Nyonya Debora berdecih dengan wajah mencemooh, kemudian berkata, "Kau tidak berhak bernegoisasi dengan kami. Kau hanya anak dari wanita penggoda. Ibumu menggoda suamiku hingga melahirkan anak haram sepertimu." Tatapan Aileen memerah, dia kembali menggertakkan giginya dengan rahang yang mengeras. Dia bisa menerima hinaan apa pun dari ibu tirinya. Namun, dia tidak bisa menerima kalau ibunya yang dihina. "Ibuku bukan penggoda. Suamimulah yang sudah membohonginya!" Nyonya Debora mendengkus, lalu mencibir dengan wajah angkuh, "Ibumu yang salah. Dia menggoda suamiku di saat kami sudah menikah. Dia hampir saja merusak rumah tangga kami." Tidak ingin suasana semakin memanas, Tuan Jonas akhirnya angkat bicara, "Debora, sudahlah. Jangan mengungkit masa lalu lagi. Apa kau tidak lelah mengungkit masalah itu terus?" Tidak senang dengan ucapan suaminya, Nyonya Debora pun langsung menoleh dan menatap nyalang Tuan Jonas. "Sampai kapan pun, aku akan terus mengungkitnya. Kau dan ibunya sudah mengkhianatiku. Aku tidak akan pernah melupakan pengkhianatan kalian yang sampai membuahkan anak haram sepertinya.” Melihat kemarahan istrinya, Tuan Jonas hanya bisa menghela napas panjang tanpa bisa membalas ucapan istrinya. Tidak ingin memperpanjang masalah, dia memilih untuk beralih pada putri keduanya. "Aileen, ayah mohon. Menikahlah dengan Christian Li. Kau tidak akan kesulitan lagi jika menikah dengannya. Anggap saja ini permohonan ayah yang terakhir. Ayah tidak akan pernah meminta bantuanmu lagi setelah ini. Tolonglah ayah sekali ini saja." Aileen mengepalkan tangannya sambil menggertakkan giginya kembali. Alih-alih meminta putri pertamanya untuk menikahi pria lumpuh itu, ayahnya justru lebih memilih mengorbankan dirinya. Padahal, dia juga darah dagingnya, meskipun selama ini tidak pernah dianggap. Demi hutang keluarga mereka, ayahnya mengorbankan dirinya. Padahal Aileen saja tidak tahu untuk apa ayahnya berhutang begitu banyak pada keluarga Li. Melihat Aileen diam saja, Nyonya Debora tidak tahan untuk bersuara, "Aileen, kami sudah menampungmu dan membesarkanmu, kau masih tidak mau membalas budi kepada kami?" Cathleen ikut menimpali ucapan ibunya untuk meyakinkan adiknya tirinya agar mau menerima pernikahan itu. "Aileen, kau bisa bercerai dengannya jika dia sudah sembuh. Kau bisa jadi orang kaya dengan uang tunjangan perceraian. Ambillah sisi baiknya, itu juga demi masa depanmu." Aileen menunduk dengan ekspresi mengejek, dua detik kemudian, dia mengangkat kembali kepalanya dan menatap ke arah Cathleen dan berkata, "Bercerai katamu?" Aileen mendesis dengan senyuman mengejek. "Sebelum aku bisa bercerai, mungkin saja aku sudah mati duluan di tangannya. Apa kau tidak pernah dengar berapa banyak wanita yang hilang tanpa jejak setelah menolak menikah dengannya?" Cathleen langsung bungkam. Bukannya dia tidak tahu mengenai hal itu, tapi dia berusaha untuk menyembunyikan dari Aileen karena takut adik tirinya itu akan menolak menikah dengan Christian Li jika dia tahu hal itu. Rumor itu memang sudah santer terdengar di kota Imperial, tidak hanya di kota itu, tapi juga sudah tersebar di seluruh negeri. Semua wanita menghilang setelah menolak menikah dengan Christian Li. Bahkan, perawat yang ditugaskan untuk merawatnya, tidak ada yang betah menghadapi sikap kasarnya. Beberapa rumor yang tersebar mengatakan kalau pria lumpuh itu membuat beberapa perawatnya terluka parah, hingga harus dilarikan ke rumah sakit, bahkan sampai ada yang cacat. "Jika kalian mengirimkanku ke sana, itu sama saja kalian ingin melenyapkanku dengan bantuan orang lain," tambah Aileen lagi. "Apa sebenarnya memang itu tujuan kalian?"Wajah ketiga orang yang di depan Aileen seketika berubah menegang setelah mendengar itu. "Aileen, itu hanyalah rumor belaka. Christian Li tidak mungkin membunuhmu," sanggah Tuan Jonas. "Keluarga Li juga tidak akan membiarkan itu terjadi. Lagi pula, Christian tidak mungkin melukai istrinya sendiri. Dia pasti memperlakukanmu dengan baik jika kau mau menikah dengannya. Ayah mohon, kali ini saja, turuti permintaan ayah, menikahlah dengannya." Aileen tidak bisa berkata-kata lagi saat melihat ayahnya begitu gigih melemparnya kepada keluarga Li. Setelah berpikir selama beberapa saat, Aileen mengangkat kepalanya, lalu berkata dengan tegas, "Baiklah. Aku akan menikah dengannya. Anggap saja ini sebagai balas budiku karena kalian sudah menampungku dan merawatku selama ini." Ketiga orang yang ada di depannya seketika tersenyum setelah mendengar keputusan Aileen. Mereka tampak senang sekaligus merasa lega karena Aileen mau menikah dengan Christian Li. Tadinya, mereka sempat takut kalau Aileen t
Rumor yang mengatakan Christian Li adalah pria yang kasar dan kejam, kembali terlintas di benaknya. Meskipun merasa takut, dia sudah tidak bisa mundur lagi. Mau tidak mau, dia harus masuk ke dalam.Sebelum membuka pintu, dia menarik napas panjang dan menghembuskannya secara kasar. Usai mempersiapkan mentalnya, Aileen meraih handle, lalu membuka pintu.Gelaaap....Dia tidak bisa melihat apa pun di dalam kamar tersebut karena lampunya tidak menyala. Baru saja akan melangkah masuk, sebuah benda melayang tepat ke arah kanannya hingga menimbulkan suara nyaring.Craaaaang!Tubuh Aileen seketika membeku. Dia tidak bisa mengggerakkan tubuhnya sama sekali selama beberapa detik karena terlampau terkejut. Selanjutnya, dia merasakan tubuhnya dialiri oleh hawa dingin yang membuat tubuhnya menggigil ketika melihat bayangan hitam dari dalam kamar.Belum sempat bereaksi, sebuah benda kembali melayang ke arahnya tanpa bisa dia hindari, hingga akhirnya mengenai dahi kanannya."Aaaaww!"Aileen merintih s
Barusan ini Christian Li sedang membantunya, memperingatkannya, atau sedang mengancamnya?Aileen sama sekali tidak tahu arti dari ucapan Christian Li tadi. Saat melihat tatapan yang begitu tajam dari Christian Li, tanpa sadar Aileen menelan salivanya dengan susah payah. Meskipun, dia takut dengan pria di depannya, dia tetap harus terlihat berani. Sebenarnya bukannya takut melihat wajahnya, tapi takut dengan apa yang akan pria itu lakukan padanya setelah ini."Sudah aku bilang, aku tidak akan ke mana-mana. Aku akan tetap di sini," kata Aileen dengan tegas, mencoba untuk terlihat berani di depan pria yang sudah resmi menjadi suaminya itu.Melihat Aileen masih berdiam di tempatnya, Christian Li memandanginya dengan tatapan menelisik.Aileen yang ditatap seperti itu, merasakan ketidaknyamanan di dalam hatinya, tapi sebisa mungkin dia tahan. Dia mencoba untuk tetap bersikap biasa di depan Christian Li.Jika diperhatikan lebih dengan seksama, wajah Christian Li terlihat datar. Namun, sorot m
Ketika dia bingung harus berbuat apa, tiba-tiba pintu diketuk seseorang. Aileen langsung bernapas lega. Ketika suara ketukan kembali terdengar untuk kedua kalinya, secara alami Aileen berjalan ke arah pintu untuk membukanya. "Nyonya Muda, itu ..." Bibi Nian terlihat menunjuk ke arah dahi Aileen yang memar dengan wajah terkejut. "Oh, ini ..." Setelah menyentuh dahinya, Aileen tersenyum, lalu berkata, "Hanya luka kecil. Aku baik-baik saja." "Akan saya ambilkan kotak obat dulu." Sebelum Bibi Nian sempat melangkah, Aileen sudah lebih dulu mencegahnya. "Tidak perlu. Aku sungguh tidak apa-apa." Aileen kemudian bertanya alasan Bibi Nian datang ke kamarnya. "Nyonya Caisa memanggil Nyonya Muda turun ke bawah." "Baiklah. Aku akan turun sebentar lagi, tapi biasakah Bibi Nian ambilkan alat kebersihan sekarang? Aku harus membersihkan kamarku terlebih dahulu." Dia tidak mungkin meninggalkan kamar dalam keadaan berantakan, terlebih dengan kondisi Christian Li yang seperti itu. "Bisa, Nyonya
"Bukan aku yang berhutang padamu. Lagi pula, aku sudah tidak peduli dengan mereka. Kau bisa melakukan apa pun pada mereka semua. Aku tidak ada hubungannya lagi dengan mereka."Dia sudah memutuskan hubungan dengan ayahnya dan keluarganya semenjak memutuskan untuk menikah dengan Christian Li. Mereka saja tidak peduli dengan hidup dan matinya, untuk apa juga dia peduli dengan masalah yang mereka buat sendiri. Sudah cukup selama ini dia berkorban untuk keluarga itu."Apa kau tidak membaca kontrak yang kau tanda tangani 2 hari yang lalu dengan teliti?""Kontrak?" ulang Aileen dengan dahi berkerut."Ya. Kontrak yang diberikan ayahmu untuk kau tanda tangani. Di sana tertera tanda tangan dan nama jelasmu sebagai penerima pinjaman sebesar 5 Miliar dan kau harus mengembalikannya 10 kali lipat, jika kau tidak mau melalukan apa yang aku perintahkan."Mata Aileen membulat sempurna. "Aku tidak menerima uang itu sepeser pun. Aku saja tidak mengetahui mengenai uang itu."Dua hari yang lalu, ayahnya m
"Kau ... kenapa bisa ada di sini?"Pria bernama Arthur itu tersenyum. Dia memiliki paras rupawan, saat tersenyum, ada lekukan dalam di kedua sisi bibirnya yang membuat senyumannya semakin manis. Wajah pria itu terlihat sangat lembut dengan mata sayu dan rahang bulat, berbeda sekali dengan Christian Li yang memiliki mata tajam dan rahang tegas, membuatnya terlihat lebih tegas dan maskulin."Kau tidak mendengar ucapan Bibi Caisa barusan?" Arthur terkekeh pelan saat melihat ekspresi terkejut Aileen. "Aah, maaf." Aileen tersenyum kaku saat menyadari kebodohannya.Sudah jelas-jelas Nyonya Caisa tadi memperkenalkan Arthur sebagai sepupu dari Christian Li, tapi dia justru bertanya dengan bodohnya bertanya seperti itu.“Kau sendiri sedang apa di sini? Apa kau mengikutiku?” goda Arthur dengan senyuman manisnya.“Dia istri Christian. Mereka baru saja mencacatkan pernikahan mereka siang tadi di kantor catatan sipil."Jawaban nyony
"Aku ingin berbicara denganmu sebentar."Aileen menautkan alisnya mendengar itu. Dia merasa tidak memiliki hal yang perlu di bahas dengan pria itu. Meskipun, mereka saling mengenal, tapi mereka tidak cukup akrab sebelumnya. Hanya bertemu beberapa kali, tidak membuat Aileen langsung dekat dengan Arthur. Apalagi, saat ini status dirinya sudah berbeda, tidak lajang lagi. Tiba-tiba saja ada rasa sungkan di hatinya, jika berdekatan dengan pria lain."Apa yang ingin kau bicarakan denganku?""Aku hanya ingin tahu, di mana kau mengenal Christian, dan bagaimana kau bisa menikah dengannya?"Aileen memandangi wajah rupawan Arthur dengan seksama, seolah sedanh mencari tahu maksud dari pertanyaan pria itu."Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Arthur heran. Nampaknya, tatapan Aileen itu membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.Menyadari sikap tidak sopannya, Aileen segera tersenyum kaku sambil meminta maaf pada Arthur. "Aku harus
Pagi harinya, saat Christian Li membuka mata, dia melihat Aileen meringkuk di sofa panjang seraya memeluk tubuhnya sendiri. Sepertinya dia kedinginan akibat tidak memakai selimut semalam. Christian Li menyingkap selimut yang menutupi tubuh bagian bawahnya, lalu menggeser tubuhnya secara perlahan dengan bantuan tangannya menuju tepi tempat tidur.Dia mencoba untuk meraih air minum yang ada di atas nakas, tapi belum sempat dia meraihnya, gelas tersebut justru terdorong menjauh, hingga akhirnya terjatuh dan menimbulkan suara nyaring yang membuat Aileen terbangun dengan wajah terkejut. Dengan kesadaran seadanya, Aileen segera menoleh ke sumber suara dan melihat pecahan gelas berhamburan bersama dengan air sudah menggenang di lantai.Aileen bergegas duduk dengan wajah panik setelah melihat itu. “Jangan bergerak!" seru Aileen cepat. "Tetap di tempatmu. Ada banyak pecahan kaca di bawah. Aku akan membersihkannya dulu.” Aileen tidak tahu kalau perkataannya tanpa s
"Ada apa, Sayang?"Christian yang baru saja terbangun dari tidurnya seketika bertanya pada sang istri yang sedang berbaring memunggunginya saat mendengar Aileen merintih sambil memegangi perutnya."Perutku sakit."Christian langsung terbangun dari tidurnya dan menyalakan lampu, tampak wajah Aileen sedang berkerut dan dipenuhi oleh keringat-keringat kecil."Sakit sekali," rintih Aileen lagi sembari meringis."Apa kau sudah mau melahirkan?" tanya Christian dengan panik.Pasalnya, belakang ini Aileen sering mengeluh sakit pada perutnya. Setelah berkonsultasi dengan dokter, Aileen baru tahu jika mendekati hari kelahiran, dia akan sering mengalami kontraksi palsu. Itu sebanyanya Christian bertanya seperti itu untuk memastikan apakah sakit perut kali ini akibat dari kontraksi palsu atau karena akan melahirkan."Aku tidak tahu, tapi ini rasanya sakit sekali.""Kita ke rumah sakit sekarang." Dengan hati-hati, Christian membantu Aileen untuk bangun, kemudian duduk di tepi ranjang. "Apa kau ma
"Sayang, ini terlihat lucu. Pasti akan terlihat cantik saat dikenakan anak kita nanti," ucap Christian sembari menunjukkan baju bayi berwarna pink yang memiliki renda.Ketika melihat itu, Aileen menghela napas dengan wajah frustrasi, "Christian, apa kau lupa kalau anak kita laki-laki? Dia tidak mungkin mengenakan baju seperti itu.""Aku tahu, Sayang. Maksudku, untuk anak perempuan kita selanjutnya. Tidak ada salahnya, kita membelinya sekarang. Kita bisa menyimpannya sampai dia lahir nanti."Aileen yang mendengar itu dibuat tidak bisa berkata-kata lagi oleh Christian. Bagaimana bisa dia membahas adik dari anak pertamanya, sementara anak pertama mereka saja belum lahir.Yang lebih membuatnya tidak habis pikir adalah meskipun mereka memang berencana ingin memiliki anak lagi, tapi bagaimana bisa Christian begitu yakin kalau mereka akan mendapatkan anak perempuan nanti.Bagaimana jika seandainya nanti mereka kembali mendapatkan anak laki-laki dan justru bukan anak perempuan? Mau diapakan b
“Selamat siang, Nyonya Li,” sapa Lea dengan sopan ketika Aileen akan melewati meja kerjanya menuju ruangan Christian Li bersama dengan Ken.“Siang Lea,” jawab Aileeen, dia berhenti sejenak di depan meja kerja sekretaris suaminya dan bertanya, “Apa Christian ada di dalam?”“Ada.”Lean kemudian berjalan mendahului Aileen dan membuka pintu. “Silahkan.”Aileen mengangguk seraya mengucapkan terima kasih. Setelah Aileen memasuki ruangan Christian, Lea kembali ke mejanya. Sementara Ken tetap mengikuti dari belakang hingga Aileen berhenti tepat di sebelah Christian.“Kenapa baru ke sini, Sayang? Aku sudah menunggu sejak tadi,” ucap Christian seraya menarik tangan Aileen dan mendudukkannya di pangkuannya.“Christian, jangan begini, masih ada Ken di sini,” bisik Aileen dengan wajah malu.Setelah itu, Christian beralih menatap asistennya. “Ken, kau boleh pergi. Masalah tadi, kita bicarakan besok lagi.”Masalah yang dimaksud oleh Christian adalah masalah Ava. Rencananya, Ava akan diterbangkan kel
"Kandungannya tidak apa-apa. Pasien hanya mengalami keram akibat kontraksi palsu." Ucapan dokter seketika membuat Nyonya Caisa dan Qarina menjadi lega. Mereka sudah panik sejak tadi karena takut disalahkan oleh Christian seandainya terjadi apa-apa dengan janin dalam kandungan Aileen. "Qarina, apa sudah ada kabar dari Christian?" tanya Aileen usai berbaring di ranjangnya. Setelah selesai melakukan pemeriksaan dengan dokter, Aileen dan yang lainnya langsung pulang ke rumah. Karena kondisi Aileen tidak mengkhawatirkan, jadi dokter memperbolehkan untuk pulang tanpa harus dirawat di rumah sakit. "Belum." Melihat wajah cemas Aileen, dia berusaha untuk menenangkannya, "Kak, ingat kata dokter, kau tidak boleh stres, jangan memikirkan hal lain dulu, itu akan berpengaruh pada kehamilanmu." Wajah Aileen masih tampak cemas. "Tapi, aku khawatir dengan Christian, tidak biasanya dia seperti ini." "Kak Christian pasti baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu padanya, Ken atau orang yang ada di sana
“Ada apa?” Christian segera membalik tubuhnya usai menerima telpon dari asistennya. “Tidak apa-apa, Sayang. Ken hanya melaporkan mengenai pekerjaan.” Christian berjalan menghampiri Aileen yang sedang duduk di tepi ranjang, kemudian membungkuk di depan istrinya. “Sayang, hari ini aku akan berkunjung ke anak perusahaan yang berada di luar negeri bersama Ken. Ada hal mendesak yang harus aku urus di sana.” Usai mendengar itu, raut wajah Aileen seketika berubah menjadi muram. “Kapan kau kembali?” “Jika tidak bisa selesai besok, aku akan menginap dua hari di sana, tapi jika bisa aku selesaikan segera, aku akan kembali besok.” “Aku ikut.” “Tidak bisa, Sayang. Ini terlalu berisiko untukmu, tunggu saja aku di rumah. Aku usahakan menyelesaikannya pekerjaanku besok agar bisa langsung kembali.” Melihat wajah muram istrinya, Christian berjongkok di depan Aileen, kemudian memegang perut istrinya. “Aku akan melakukan perjalanan melalui udara, Sayang. Kau tidak bisa ikut. Perutmu semakin besar,
“Heemm!”Suara dehaman dari arah pintu menyadarkan keduanya yang sejak tadi saling memandang. Calina langsung menarik diri dan berdiri dengan tegak ketika melihat seorang pria dan wanita memasuki ruanganSementara itu, Arthur juga menoleh ke arah pintu dengan ekspresi biasa. Namun, ketika pandangannya bertemu dengan Tiffany, sorot matanya berubah sendu selama beberapa detik.“Sepertinya, kami datang di waktu yang tidak tepat,” ucap Jackson sambil berjalan mendekati ranjang Arthur. “Maaf, sudah mengganggu keromantisan kalian.”Calina yang sedang berdiri di samping Arthur tampak mengusap lengan kirinya dengan canggung, sementara Arthur tampak acuh tak acuh seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.“Dia perawatku,” ujarnya, menjelaskan agar Jackson dan Tiffany tidak salah paham.“Aku kira kau sudah berpaling ke lain hati.”Candaan Jackson ditanggapi dengan acuh tak acuh oleh Arthur. “Kenapa kau datang ke sini?” Arthur bertanya pada Jackson, tapi pandangannya mengarah pada Tiffany yang se
Gerakan tangan Calina yang baru saja akan mengobati luka di tangan Arthur seketika terhenti saat dia mendengar itu."Kau tenang saja, setelah kematianku, tidak akan ada yang berani menyelidikinya, karena aku sudah membuat surat wasiat."Surat wasiat Arthur berisikan kalau seandainya sesuatu terjadi padanya nanti, dia minta kasus kematiannya tidak perlu diselidiki.Melihat Calina mematung dengan ekspresi heran, Arthur kembali angkat bicara, “Ulurkan tanganmu.”“Untuk apa?”Arthur tidak menjawab dan memberikan kode melalui gerakan tangan kiri agar Calina segera mengulurkan tangan padanya.“Ini racun khusus. Aku meminta orangku untuk membelinya di pasar gelap. Siapa pun yang meminumannya, pasti akan langsung mati.”Jari tangan Calina seketika gemetar. Dia menatap botol transparan yang berukuran sangat kecil yang berada di telapak tangannya dengan mata membola."Kau bisa gunakan itu untuk membunuhku."Apa dia sudah gila? Kenapa dia justru memberikan ide seperti itu? Apa dia sadar kalau ya
Saat sedang termenung di tempat tidur, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Dengan malas, Calina menggeser tubuhnya dan meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Ketika melihat Ken yang menelpon, Calina menjadi ragu untuk mengangkatnya. Jika tebakannya benar, maka tujuan Ken menghubunginya, pasti ada hubungannya dengan Arthur.Mungkin pria itu sudah melapor pada Ken tentang kejadian kemarin sehingga asisten Christian itu menghubunginya pagi-pagi.“Calina, kau di mana?”Ditanya seperti itu oleh Ken, Calina menjadi bingung mau menjawab apa. Mungkin dia menanyakan itu karena ingin menyuruh bawahannya untuk menjemputnya. Dia pun menjadi bingung, antara memberitahu Ken atau tidak di mana keberadaannya sekarang.“Kenapa kau belum datang pagi ini? Bukankah sudah kubilang padamu, jam 7 pagi kau harus sudah berada di rumah sakit. Sejak tadi Tuan Arthur sudah menunggumu.”Menungguku? Apa dia ingin membalas dendam padaku karena aku ingin melenyapkannya kemarin? Atau, di sana sudah ada polisi jug
"Selamat tinggal dan maafkan aku." Setelah mengatakan itu, Calina mengarahkan pisau itu tepat di dada kiri Arthur, kemudian mengayunkan tangannya Ke bawah.Sebelum pisau itu mencapai dada Arthur dan menancap di sana, tiba-tiba saja pergelangan tangannya ditangkap oleh Arthur. “Siapa kau? Kenapa ingin membunuhku?”Mata Calina membola melihat Arthur sudah membuka mata. Namun, itu hanya sesaat karena detik selanjutnya, mata hitam Calina dipenuhi oleh kilatan kebencian. “Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang pasti aku orang yang akan melenyapkan nyawamu.” Usai mengatakan itu, Calina semakin mendorong tangannya ke bawah. Namun, ditahan sekuat tenaga oleh Arthur.“Apa Christian yang mengirimmu ke sini?”Calina seketika menghentikan gerakan tangannya. “Jangan sembarangan memfitnah orang. Dia adalah penyelamat keluargaku, sementara kau yang sudah menghancurkan keluargaku.”Kedua alis Arthur saling bertautan. Dia menatap gadis yang dia perkirakan usianya sama dengan Ava dengan tatapan heran. “J