Ketika dia bingung harus berbuat apa, tiba-tiba pintu diketuk seseorang. Aileen langsung bernapas lega. Ketika suara ketukan kembali terdengar untuk kedua kalinya, secara alami Aileen berjalan ke arah pintu untuk membukanya.
"Nyonya Muda, itu ..." Bibi Nian terlihat menunjuk ke arah dahi Aileen yang memar dengan wajah terkejut. "Oh, ini ..." Setelah menyentuh dahinya, Aileen tersenyum, lalu berkata, "Hanya luka kecil. Aku baik-baik saja." "Akan saya ambilkan kotak obat dulu." Sebelum Bibi Nian sempat melangkah, Aileen sudah lebih dulu mencegahnya. "Tidak perlu. Aku sungguh tidak apa-apa." Aileen kemudian bertanya alasan Bibi Nian datang ke kamarnya. "Nyonya Caisa memanggil Nyonya Muda turun ke bawah." "Baiklah. Aku akan turun sebentar lagi, tapi biasakah Bibi Nian ambilkan alat kebersihan sekarang? Aku harus membersihkan kamarku terlebih dahulu." Dia tidak mungkin meninggalkan kamar dalam keadaan berantakan, terlebih dengan kondisi Christian Li yang seperti itu. "Bisa, Nyonya Muda. Tunggu sebentar." Tanpa dijelaskan pun, Bibi Nian sudah mengerti apa yang terjadi di dalam kamar tersebut. Itu sudah sering terjadi jika ada orang asing memasuki kamar Christian Li. Hanya nibi Nian yang bisa memasuki ruangan itu tanpa dilempari oleh Christian Li. Jika itu pelayan lain, pasti akan mengalami hal yang sama seperti yang dialami Aileen ketika memasuki kamar Christian Li. Selain Bibi Nian, tidak ada yang berani masuk ke sana, jika tidak diperintahkan oleh Nyonya Caisa ataupun bibi Christian Li. Setelah mendapatkan apa yang dia minta, Aileen menitipkan pesan pada Bibi Nian untuk disampaikan pada Nyonya Caisa kalau dirinya akan turun setelah membersihkan kamarnya. Tanpa banyak bicara, Aileen membersihkan pecahan beling serta benda-benda yang berserakan di lantai. Ternyata sebelum dirinya masuk ke kamar tersebut, kamar itu memang sudah berantakan. Christian Li hanya memandang Aileen yang sedang membersihkan kamarnya dengan ekspresi datar. Dia masih duduk di kursi roda tepat di samping tempat tidur. Setelah selesai, Aileen mengatakan pada Christian Li kalau dirinya akan ke bawah, tapi tidak ditanggapi sama sekali oleh pria itu. Aileen dituntun oleh Bibi Nian menuju ruangan kerja. Di sana sudah ada Nyonya Caisa yang sejak tadi menunggunya. Sebelum duduk, Nyonya Caisa meminta Aileen untuk mengunci pintu ruangan kerja tersebut. "Apa itu perbuatan Christian?" tanya Nyonya Caisa seraya menatap dahi Lucia yang terluka. "Iya," jawab Aileen singkat. "Dia tidak hentinya menyerangku, seolah aku ini orang yang berbahaya." "Kau harus mempersiapkan mentalmu. Ke depannya, kau akan sering menghadapi seperti ini. Bahkan, mungkin bisa lebih serius dari ini." Aileen menghela napas pelan dengan wajah lesu. "Apa yang ingin Nyonya bicarakan denganku?" Dia tidak mau berbasa-basi lagi lebih lama dengan Nyonya Caisa, karena dia merasa sangat lelah saat ini. “Kau pasti sudah tahu, alasan kau menikah dengan Christian Li." Aileen mengangguk sopan sebagai jawaban. "Sebenarnya, aku memintamu menikah dengan Christian Li bukan untuk menjadi istri yang sesungguhnya.” Melihat Aileen mengernyit, Nyonya Caisa melanjutkan ucapannya yang sempat terhenti sebentar. “Kau cukup merawat dan memenuhi segala kebutuhannya. Kemungkinan dia tidak akan bisa berjalan lagi. Jadi, anggap saja aku membayarmu untuk merawatnya. Kau tidak perlu menunaikan kewajibanmu sebagai seorang istrinya, karena dia juga pasti tidak akan bisa menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami dengan kondisinya saat ini. Anggap saja kau merawat seseorang pasien lumpuh untuk mendapatkan upah.” Aileen semakin tidak mengerti maksud dari perkataan Nyonya Caisa. Kalau dia hanya berperan sebagai perawat, untuk apa dia menikahkan dirinya dengan Christian Li. Bukankah menjadi perawatnya saja sudah cukup, tidak perlu sampai menikah, bukan? Melihat kebingungan di wajah Aileen, Nyonya Caisa kembali melanjutkan ucapannya. “Begini, aku memintamu menikahi Christian karena aku memiliki tugas khusus untukmu.” Entah kenapa Alieen merasakan firasat tidak enak setelah mendengar ucapan wanita di depannya. “Tugas apa?” “Rawat dia dengan baik dan coba ambil hatinya. Kau tidak perlu memakai perasaanmu dalam pernikahan ini, cukup buat dia jatuh cinta dan bergantung padamu agar dia mau menuruti semua keinginanmu.” Aileen kembali mengerutkan keningnya, karena masih tidak mengerti maksud dari Nyonya Caisa. “Apa maksudnya?" “Setelah kau dapat kepercayaannya, buat dia mengalihkan semua saham serta harta warisannya kepadaku." Aileen membelalakkan matanya karena tidak menyangka kata itu keluar dari mulut ibu tiri Christian Li. Bagaimana bisa Nyonya Caisa memintanya untuk merebut semua milik pria yang sudah menjadi suaminya. Apalagi, dengan kondisi Christian Li yang seperti itu. Melihat Aileen terdiam, Nyonya Caisa seolah tahu apa yang ada dipikirannya saat ini. “Dia lumpuh dan tidak akan bisa lagi mengelola perusahaan dan juga seluruh kekayaannya. Akan lebih baik jika aku yang mengelolanya. Lagi pula, selain aku, Christian masih memiliki bibi. Cepat atau lambat semua miliknya pasti akan berpindah tangan. Jika bukan padaku, ada bibinya yang akan menguasainya.” Aileen diam-diam merasa kasihan pada nasib Christian Li. Dia pikir, jika memiliki segalanya, hidup akan lebih mudah dan bahagia. Apa pun bisa dilakukan, jika memiliki banyak uang. Ternyata dia salah. Terlahir sebagai ahli waris satu-satunya dalam keluarga kaya, bukanlah berkah untuk beberapa orang, tetapi justru menjadi kemalangan bagi sebagian orang. Contohnya adalah Christian Li. Hanya karena kekayaan yang dia miliki, hubungan keluarga pun sudah tidak ada artinya di mata bibi dan ibu tirinya. Bukannya memberikan dukungan padanya saat terpuruk, ibu tiri dan bibinya justru sibuk mencari cara untuk menguasai hartanya. Pantas saja Christian menuduhnya ingin menguasai kekayaannya. Ternyata, dia memang dikirim untuk melakukan itu, bukan untuk menjadi istri sesungguhnya. Gila. Itu sungguh gila. Bagaimana caranya dia melakukan itu, sementara Christian Li sendiri sudah mengetahui rencana Nyonya Caisa dari awal. Jika dia tetap memaksa membantu Nyonya Caisa, mungkin saja dia akan menjadi korban Christian Li selanjutnya. Rumor tentang kekejaman Christian seketika membayangi pikirannya. Dia pun seketika menjadi takut. “Kenapa tidak Nyonya minta sendiri kepadanya? Kenapa harus melalui aku?” Nyonya Caisa, meskipun hanya ibu tiri, tapi setidaknya masih ada hubungan keluarga. Bukankah akan lebih mudah, jika dia memintanya secara langsung dari pada harus melalui orang lain, dan juga apa dia tidak takut kalau dirinya akan mengkhianatinya dan mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri? “Dia tidak akan memberikannya padaku. Jadi, hanya ini satu-satunya cara agar aku bisa memiliki semuanya." Sejak awal, Aileen sudah memang sudah memiliki firasat aneh terhadap Nyonya Caisa. Ternyata dia memang memiliki maksud lain, dan itu untuk menipu anak tirinya. "Kau mungkin berpikir kalau aku orang jahat, bukan?" tanya Nyonya Caisa seolah tahu apa yang ada di pikiran Aileen. "Kuberitahu padamu, Bibi Christian yang lainnya, lebih jahat dari aku. Jadi, akan lebih baik kalau semua milik Christian jatuh ke tanganku. Setidaknya, aku bisa merawat serta memperlakukannya dengan baik sampai akhir.” Melihat Aileen masih diam dan tidak bertanya lagi padanya, Nyonya Caisa kembali membuka mulutnya, "Tenang saja. Kau akan mendapatkan bayaran yang sangat tinggi kalau kau berhasil menjalankan tugasmu dan kau bisa bercerai setelah itu. Kau bisa hidup bebas setelahnya dengan uang yang sangat banyak." “Dia tidak mungkin jatuh cinta padaku. Aku hanya wanita biasa. Aku rasa kau salah memilih orang. Aku hanyalah orang asing baginya. Dia pasti tidak akan semudah itu percaya padaku." “Aku tahu itu tidak akan mudah. Kau harus memikirkan sendiri bagaimana caranya membuat Christian jatuh cinta padamu dan mau mengalihkan semua hartanya padaku. Itu adalah tugas penting yang harus kau lakukan.” Aileen menatap ke bawah sejenak, mengangkat kepalanya, lalu berkata, “Bagaimana kalau aku menolak melakukan itu?" “Maka, aku akan menyeretmu dan juga semua keluargamu ke penjara. Ayahmu berhutang banyak padaku. Aku bisa melakukan apa pun untuk menghancurkan keluargamu,” ucap Nyonya Caisa dengan tegas."Bukan aku yang berhutang padamu. Lagi pula, aku sudah tidak peduli dengan mereka. Kau bisa melakukan apa pun pada mereka semua. Aku tidak ada hubungannya lagi dengan mereka."Dia sudah memutuskan hubungan dengan ayahnya dan keluarganya semenjak memutuskan untuk menikah dengan Christian Li. Mereka saja tidak peduli dengan hidup dan matinya, untuk apa juga dia peduli dengan masalah yang mereka buat sendiri. Sudah cukup selama ini dia berkorban untuk keluarga itu."Apa kau tidak membaca kontrak yang kau tanda tangani 2 hari yang lalu dengan teliti?""Kontrak?" ulang Aileen dengan dahi berkerut."Ya. Kontrak yang diberikan ayahmu untuk kau tanda tangani. Di sana tertera tanda tangan dan nama jelasmu sebagai penerima pinjaman sebesar 5 Miliar dan kau harus mengembalikannya 10 kali lipat, jika kau tidak mau melalukan apa yang aku perintahkan."Mata Aileen membulat sempurna. "Aku tidak menerima uang itu sepeser pun. Aku saja tidak mengetahui mengenai uang itu."Dua hari yang lalu, ayahnya m
"Kau ... kenapa bisa ada di sini?"Pria bernama Arthur itu tersenyum. Dia memiliki paras rupawan, saat tersenyum, ada lekukan dalam di kedua sisi bibirnya yang membuat senyumannya semakin manis. Wajah pria itu terlihat sangat lembut dengan mata sayu dan rahang bulat, berbeda sekali dengan Christian Li yang memiliki mata tajam dan rahang tegas, membuatnya terlihat lebih tegas dan maskulin."Kau tidak mendengar ucapan Bibi Caisa barusan?" Arthur terkekeh pelan saat melihat ekspresi terkejut Aileen. "Aah, maaf." Aileen tersenyum kaku saat menyadari kebodohannya.Sudah jelas-jelas Nyonya Caisa tadi memperkenalkan Arthur sebagai sepupu dari Christian Li, tapi dia justru bertanya dengan bodohnya bertanya seperti itu.“Kau sendiri sedang apa di sini? Apa kau mengikutiku?” goda Arthur dengan senyuman manisnya.“Dia istri Christian. Mereka baru saja mencacatkan pernikahan mereka siang tadi di kantor catatan sipil."Jawaban nyony
"Aku ingin berbicara denganmu sebentar."Aileen menautkan alisnya mendengar itu. Dia merasa tidak memiliki hal yang perlu di bahas dengan pria itu. Meskipun, mereka saling mengenal, tapi mereka tidak cukup akrab sebelumnya. Hanya bertemu beberapa kali, tidak membuat Aileen langsung dekat dengan Arthur. Apalagi, saat ini status dirinya sudah berbeda, tidak lajang lagi. Tiba-tiba saja ada rasa sungkan di hatinya, jika berdekatan dengan pria lain."Apa yang ingin kau bicarakan denganku?""Aku hanya ingin tahu, di mana kau mengenal Christian, dan bagaimana kau bisa menikah dengannya?"Aileen memandangi wajah rupawan Arthur dengan seksama, seolah sedanh mencari tahu maksud dari pertanyaan pria itu."Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Arthur heran. Nampaknya, tatapan Aileen itu membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.Menyadari sikap tidak sopannya, Aileen segera tersenyum kaku sambil meminta maaf pada Arthur. "Aku harus
Pagi harinya, saat Christian Li membuka mata, dia melihat Aileen meringkuk di sofa panjang seraya memeluk tubuhnya sendiri. Sepertinya dia kedinginan akibat tidak memakai selimut semalam. Christian Li menyingkap selimut yang menutupi tubuh bagian bawahnya, lalu menggeser tubuhnya secara perlahan dengan bantuan tangannya menuju tepi tempat tidur.Dia mencoba untuk meraih air minum yang ada di atas nakas, tapi belum sempat dia meraihnya, gelas tersebut justru terdorong menjauh, hingga akhirnya terjatuh dan menimbulkan suara nyaring yang membuat Aileen terbangun dengan wajah terkejut. Dengan kesadaran seadanya, Aileen segera menoleh ke sumber suara dan melihat pecahan gelas berhamburan bersama dengan air sudah menggenang di lantai.Aileen bergegas duduk dengan wajah panik setelah melihat itu. “Jangan bergerak!" seru Aileen cepat. "Tetap di tempatmu. Ada banyak pecahan kaca di bawah. Aku akan membersihkannya dulu.” Aileen tidak tahu kalau perkataannya tanpa s
Mendengar Aileen lagi-lagi menyebutkan statusnya, Christian Li tidak tahan untuk mencibirnya. “Lancar sekali mulutmu menyebut kata istri di depanku.”Meskipun takut, Aileen memberanikan diri untuk membalas ucapan suaminya. "Aku memang istrimu." Sambil meremas kedua tangannya, Aileen kembali bersuara, "Apa perlu aku tunjukkan akta nikah kita agar kau bisa melihat kalau aku memang istri sahmu?"Christian Li mendesis dengan wajah dinginnya, lalu berucap, "Hanya selembar kertas saja, tidak akan membuatku terikat denganmu.""Tapi selembar kertas itu memiliki kekuatan hukum yang kuat. Statusku menjadi jelas dan hak-hakku dilindungi oleh kertas tersebut. Kau adalah suamiku. Aku sudah resmi menjadi Nyonya Muda Li, kau tidak bisa menyangkal itu."Christian Li menunduk, menarik seringai tipis, lalu berdecih. "Nyonya Muda Li." Salah satu sudut bibirnya tertarik ke atas, kemudian dia mengangkat kembali kepalanya dan berkata, "Sepertinya kau suka sekali dengan
Keduanya pun saling bertatapan selama beberapa detik, sebelum akhirnya suara Christian Li memutus kontak mata mereka. “Jauhkan tubuhmu dariku,” ucap Christian Li dengan suara dinginnya.“Maafkan aku."Posisi keduanya yang ambigu, membuat wajah Aileen memerah. Dia pun segera bangkit dan merapihkan rambutnya dengan canggung. Dia beruasaha bersikap biasa sambil menormalkan kembali debaran jantungnya yang terpacu sangat cepat setelah tubuhnya menempel dengan Christian Li tadi."Aku tidak suka tubuhku disentuh orang lain." Ekspresi Christian Li terlihat tidak nyaman ketika mengatakan itu. Sepertinya dia benar-benar tidak suka disentuh, terbukti wajah memerah seperti sedang menahan amarah."Maafkan aku. Kaki kananku terluka. Jadi, aku tidak bisa menjejakkan kaki ke lantai dengan sempurna, hingga kehilangan keseimbangan."Christian Li tidak mengeluarkan suaranya lagi, tapi memberikan kode pada Aileen agar segera membawanya ke kamar mandi. Aileen
Usai selesai berbicara dengan nyonya Caisa, Aileen melangkah menuju dapur dan meminta semangkuk bubur buah pada pelayan di sana. Setelah mendapatkan semua yang dia inginkan, dia kembali ke kamarnya lagi. Bunyi gemiricik air terdengar dari kamar mandi, itu artinya, pria itu belum selesai mandi. Padahal, sudah setengah jam berlalu, tapi Christian Li belum juga keluar dari kamar mandi. Aileen mulai gelisah, jika dia menunggu Christian Li lebih lama lagi, dia takut akan terlambat bekerja. Akhirnya, dia memutuskan untuk mandi di kamar tamu yang berada di lantai dua. Sebelumnya, dia sudah bertanya lebih dulu pada pelayan kamar tamu mana yang memiliki kamar mandi di dalam.Ketika Christian keluar dari kamar mandi, dia tidak melihat keberadaan Aileen di kamarnya. Dengan wajah datarnya, dia menggerakkan kursi roda menuju ranjang, tapi belum sempat dia mencapai tempat tidur, pintu kamar tiba-tiba terbuka dan masuklah Aileen yang hanya mengenakan bathrobe dengan ra
Teriakan wanita itu semakin terdengar kencang ketika dia hampir mencapai tangga terakhir di lantai atas.“Aaaaaa, ampuni saya, Tuan Muda.”Aileen segera membuka pintu setelah berada di depan pintu, matanya membelalak saat melihat pemandangan di depannya. Kamarnya sudah seperti kapal pecah. Seorang pelayan terduduk di lantai dengan wajah ketakutan dan penampilan yang menyedihkan.“Keluar dari kamarku!” usir Christian Li dengan wajah dinginnya. Matanya nampak menyala dan rahang terlihat mengetat.Pelayan wanita itu bergegas keluar dari kamar tersebut tanpa menyapa Aileen.Melihat itu, Aileen segera menyusulnya. “Tunggu! Aku ingin bicara sebentar denganmu.”Pelayan wanita itu berhenti, lalu menunduk di depan Aileen. Tubuh pelayan itu nampak gemetar, penampilannya terlihat berantakan, dan baju bagian depannya nampak basah. Entah basah karena apa, Alieen juga tidak mengetahuinya dengan pasti. Mungkin terkena siram air, itu hanya dugaan Aileen saja.“Siapa namamu?”“Nama saya Zaya, Nona,” ja
"Sudahlah. Untuk apa juga aku perhitungan dengan anak kecil sepertimu."Daniel berlalu dari sana dan mendekati gadis kecil yang tampak sedang menunduk. Sebelum memeriksa gadis kecil itu, Daniel memanggil salah satu perawat yang ada di sana untuk mendekat.Jayden Li yang semula duduk dengan acuh tak acuh, akhirnya mendekat ketika melihat Daniel mulai mengobati gadis kecil itu.Ketika Daniel sedang membersihkan luka di bibir gadis itu, tampak dia mengigit bibir bawahnya seraya mengerutkan wajah.“Sakit?” Jayden Li yang sejak tadi hanya diam, akhirnya bertanya pada gadis kecil itu.“Tidak, Kak.”Melihat senyuman gadis itu yang begitu lebar, entah mengapa justru membuat sudut hati Jayden terasa sakit.Kenapa gadis di depannya tidak menangis dan justru tersenyum? Sudah jelas itu sakit, tapi gadis di depannya tidak mengeluh sedikit pun.Jika itu terjadi pada adiknya, bisa dipastikan akan terjadi kehebohan di rumah sakit itu. Adiknya pernah tidak sengaja terjatuh dan itu membuat kehebohan di
“Bangunlah.”Gadis kecil yang semula masih meringkuk, perlahan bangkit dibantu oleh Jayden Li usai ketiga preman itu dibuat tumbang dan babak belur.“Apa kau tidak apa-apa?”Gadis itu mengangkat kepala setelah membersihkan bajunya yang kotor. “Aku tidak apa-apa, Kakak. Terima kasih sudah menolongku.”Melihat gadis itu tersenyum lebar dengan wajah polosnya, Jayden seketika tertegun. Dia menatap gadis di depan dengan alis yang hampir menyatu.Dia tersenyum?Setelah diinjak-injak dan dibuat terluka, dia masih bisa tersenyum selebar itu.Bagaimana bisa? Padahal, di wajahnya terdapat beberapa luka memar dan di bagian bibir bawahnya tampak mengeluarkan cairan merah. Sepertinya ada luka robek di bagian bibirnya. Tidak hanya itu, di bagian pelipis gadis kecil itu pun terdapat luka berupa garis memanjang yang juga mengeluarkan sedikit darah.Dengan umur seusainya, sangat wajar jika dia menangis histeris, tapi gadis kecil di depannya itu justru tersenyum. Jangankan menangis, mengeluh sakit pun
“Tuan Muda, silahkan.” Pengawal pribadi Jayden Li membuka pintu belakang setelah melihat anak bosnya keluar dari tempat latihan bela diri.Jayden mengangguk dengan wajah datar, kemudian memasuki mobil dan duduk di kursi belakang.“Paman Rai, berhenti di depan. Aku ingin membeli sesuatu.”Rai, asisten pribadi Jayden yang sedang mengemudi mengangguk, kemudian menepikan mobil mereka di minimarket yang berada di sebelah kanan jalan. Mobil yang hitam yang sejak tadi mengikuti mobil Jayden Li ikut berhenti di belakangnya. Mobil sedan hitam itu berisi 4 orang pengawal berbadan tegap yang secara khusus ditugaskan untuk mengikuti Jayden Li ke mana pun dia pergi.“Paman Rai, kau di sini saja, aku hanya sebentar," ucap Jayden setelah tiba di depan pintu minimarket.“Tapi, ....” Rai ingin menolak, tapi Jayden kembali angkat bicara, “Tidak sampai 5 menit, aku sudah keluar. Jadi, Paman tunggu di sini saja.”Jayden membalik tubuh, kemudian meraih pintu dan masuk ke dalam. Tidak jauh dari minimarket
“Kalau begitu, bagaimana kami bisa masuk ke perut Ibu?"Qarina menahan tawanya, semetara Christian dan Aileen saling melirik dengan ekspresi bingung.“Kalau untuk itu, silahkan tanyakan pada Ayah." Karena dia sendiri bingung, bagaimana harus menjelaskan pada Steven agar dia bisa mengerti.“Ayah, katakan padaku, bagaimana bisa kami masuk ke perut Ibu?”Christian yang ditanya seperti tampak berpikir keras. Cukup lama dia terdiam sampai akhirnya dia membuka suara, “Karena Ayah rajin menyuntikkan vitamin pada Ibu.”Steven menggaruk kepalanya karena tidak mengerti dengan penjelasan sang ayah. “Jadi, Ayah seperti Paman Daniel yang suka menyuntik orang sakit?”Karena merasa terjebak dengan jawabannya sendiri, Christian menjadi bingung sendiri harus bagaimana menjelaskan pada sang putra agar dia mengerti dan tidak bertanya lagi.“Tidak sama. Kau masih kecil, Ayah jelaskan pun kau tidak akan mengeti. Tunggu kau besar, nanti kau juga akan tahu,” Itu adalah jawaban yang paling aman agar Steven t
“Kalau begitu, bagaimana kami bisa masuk ke perut Ibu?"Qarina menahan tawanya, semetara Christian dan Aileen saling melirik dengan ekspresi bingung.“Kalau untuk itu, silahkan tanyakan pada Ayah." Karena dia sendiri bingung, bagaimana harus menjelaskan pada Steven agar dia bisa mengerti.“Ayah, katakan padaku, bagaimana bisa kami masuk ke perut Ibu?”Christian yang ditanya seperti tampak berpikir keras. Cukup lama dia terdiam sampai akhirnya dia membuka suara, “Karena Ayah rajin menyuntikkan vitamin pada Ibu.”Steven menggaruk kepalanya karena tidak mengerti dengan penjelasan sang ayah. “Jadi, Ayah seperti Paman Daniel yang suka menyuntik orang sakit?”Karena merasa terjebak dengan jawabannya sendiri, Christian menjadi bingung sendiri harus bagaimana menjelaskan pada sang putra agar dia mengerti dan tidak bertanya lagi.“Tidak sama. Kau masih kecil, Ayah jelaskan pun kau tidak akan mengeti. Tunggu kau besar, nanti kau j
"Kenapa baru pulang?" Aileen menghampiri Christian yang baru saja memasuki kamar. "Alicia sejak tadi menangis mencarimu."Sejak dua hari yang lalu, Christian berada di luar untuk meninjau anak perusahaan mereka yang berada di kota sebelah."Maaf, Sayang. Pesawatku delay."Seharian ini, dia memang tidak sempat menghubungi Aileen. Biasanya, dia menyempatkan waktu untuk melakukan panggilan vidio agar bisa berbicara dengan sang putri yang memang sejak dulu sangat dekat dengannya.Alicia memang lebih dekat dengan Christian dibandingkan dengan Aileen. Itu karena Christian sangat menyayangi Alicia dan selalu memanjakannya, hingga terkadang membuat Steven menjadi iri."Dia sudah tidur?" tanya Christian seraya membuka kancing kemejanya."Sudah. Dia menangis selama 1 jam dan tidak mau berhenti meski aku sudah membujuknya berkali-kali. Dia marah karena tidak bisa bicara denganmu.""Kalau begitu, aku akan melihatnya setelah mandi.""Apa kau ingin berendam?" Karena Christian baru saja melakukan pe
“Sayang, aku lapar." Aileen berucap seraya mengalungkan tangannya di leher Christian. Keduanya saat ini sedang berada di kolam di dalam kolam renang. Semenjak hamil, setiap pagi atau sore hari, Christian akan menemani Aileen untuk berenang selama kurang lebih 15 menit.“Kau ingin makan apa, Sayang,” tanya Christian seraya merapihkan rambut Aileen di bagian depan.“Aku ingin makan nasi goreng.”“Baiklah. Ayo, kita naik.” Setelah Christian meraih tubuh Aileen dan menggedongnya, dia berjalan menuju anak tangga yang berada di tepi kolam.“Tapi, aku ingin kau yang membuatnya.”Baru saja akan menapakkan kaki di anak tangga bawah, Christian tiba-tiba menarik kembali kakinya. “Aku tidak bisa masak, Sayang. Bagaimana kalau rasanya tidak enak?”“Tidak apa-apa. Aku akan mengajarimu.”“Baiklah.”Setibanya di atas kolam, Christian menurukan Aileen dengan hati-hati, lalu memakaikan bathrobe. Baru setelah itu, keduanya berjalan menuju ruangan bilas yang berada tidak jauh dari kolam renang. Usai me
4 tahun kemudian.“Sayang, ada apa denganmu?”Christian menghampiri sang istri yang sedang berbaring di tempat setelah memasuki kamar dengan wajah panik.“Bibi, Nian bilang seharian ini kau di kamar saja. Apa kau sakit?” tanyanya lembut seraya duduk di tepi ranjang usai menggulung lengan kemejanya.“Aku tidak apa-apa, hanya merasa sedikit lemas” Aileen yang semula tidur berbaring, akhirnya merubah posisinya menjadi setengah duduk seraya bersandar di bantal yang sudah tersusun.“Aku akan memanggil Daniel ke sini.”Ketika Christian akan meraih ponsel di saku, Aileen segera menghentikannya. “Tidak perlu. Aku hanya butuh istirahat.”Christian menatap Aileen sejenak dengan wajah ragu, kemudian akhirnya mengangguk. “Baiklah, kau ingin makan apa? Aku akan meminta Bibi Nian untuk memasak untukmu.”Tadi, sebelum Christian naik ke kamarnya, dia bertemu dengan Bibi Nian di dekat tangga. Pelayan Christian itu mengatakan kalau Aileen seharian hanya di kamar dan makan sedikit saat makan siang dan ma
"Jayden kemari."Qarina yang sedang berjongkok sekitar 20 meter dari Jayden yang sedang dipegangi oleh Nyonya Caisa tampak mengulurkan ke arah Jayden agar menghampirinya.Di ruang tengah kediaman keluarga Li sedang dipenuhi oleh beberapa orang. Ada Christian, Aileen, Arthur, Calina, Nyonya Caisa, Qarina, Daniel, dan juga Ken.Mereka semua sedang menantikan siapakah yang akan Jayden hampiri saat akan dilepas oleh Nyonya Caisa.Baru dua minggu yang lalu Jayden berhasil berjalan untuk pertama kalinya tanpa bantuan siapa pun di umurnya yang sudah menginjak 9 bulan."Jayden, datang pada Ayah." Christian ikut mengulurkan tangan ke arah Jayden setelah Nyonya Caisa melepas sang putra agar berjalan sendiri.Selain Christian dan Qarina, ada Ken dan juga Calina yang sedang berjongkok juga tidak jauh dari Jayden. Mereka semua sedang berlomba agar dipilih oleh Jayden.Aileen sendiri tidak ikut berjongkok dan hanya mengawasi dari sofa bersama Arthur karena jika dia ikut dalam permainan itu, bisa di