Matahari bersinar terang memberikan harapan baru bagi seorang Divya. Divya Tersenyum "selamat pagi dunia" setelah mengatakan itu Divya bangun dari tempat tidur, lalu bersiap-siap untuk pergi ke kantor.
Sedangkan Valen sudah selesai makan dan telah memakai sepatunya. Divya duduk lalu memakan sepotong roti dan susu yang sudah disiapkan oleh valen dengan cepat.
"Aku pergi duluan yah div." Setelah berpamitan, Valen bergegas menuju kantor.
Begitu juga dengan Divya yang sudah siap memulai harinya, buru-buru berangkat ke perusahaan yang alamatnya sudah diberikan staff Jaya Group
Divya melangkah cepat dengan kaki mungilnya dan tiba-tiba bruakk...
Divya terjatuh karena menabrak dada bidang seorang pria bertubuh kekar, tinggi sekitar 180 cm berdiri dengan angkuhnya.
"Ma...maaf Tuan. Saya tidak sengaja." Divya menepuk Jas pria tersebut berniat untuk membersihkan nya.
"Singkirkan tangan kotor mu itu. Kau membuat jasku makin kotor dengan tangan yang menjijikkan itu." Ucap Adit sambil menepis tangan Divya dan memberikan tatapan tajam ke arah Divya. Ya, pria itu adalah Adit. Pemilik perusahaan terbesar kedua di negeri itu sekaligus raja mafia yang dikenal diseluruh belahan dunia.
Bukannya takut Divya malah memandang Adit dengan tatapan yang sama.
"Apa katamu ha?! Tanganku kotor?Enak sekali mulutmu itu bicara. Asal kau tau saja tanganku ini higeinis. Tak seperti mulutmu yang murahan itu. Enak saja mengataiku seenak jidatmu, Dasar orang Aneh." Divya menghentakkan kakinya dan ingin melangkah pergi, namun tangan Divya dicekal oleh Adit dengan keras.
"Kau berani mengataiku ha?! Kau tak tahu aku siapa?"
"Aku tidak tau kau siapa dan tidak mau tau."
menjawab secepat kilat, karena merasa waktunya sudah terbuang sia-sia dengan berbicara pada Adit
"Dengar baik-baik dan buka telinga mu itu."
"Hahahaha buka telinga kau bilang?emangnya telingaku ada penutupnya?Dasar pria sinting." Tak peduli seberapa dinginnya Adit, tapi sewaktu-waktupun Divya bisa berubah menjadi singa yang siap menerkam mangsanya.
"Aku adalah Aditya Prananta Wijaya. Sang raja mafia dan dijuluki macan Asia. He, apa kau takut sekarang?" Menyeringai kuda penuh makna
"Apa kau bilang?aku takut?hmm, kau terlalu percaya diri tuan adit tralala Trilili. Aku tidak peduli siapa kau, mau kau macan Asia kek, gajah duduk kek,komodo kek. Aku tak pernah takut dengan mu. Toh, kita sama-sama manusia juga bisa MATI." Tegas Divya yang disetiap katanya penuh dengan penekanan
Mendengar ucapan divya wajah adit bertambah merah menahan amarah. Rahangnya mengeras dan gigi tajam nya beradu menahan emosi. Adit menguatkan cengkraman sehingga divya meringis kesakitan. "Beraninya kau!" Bentak Adit dengan tatapan membunuh miliknya
"Auwww sakit. Lepaskan tanganku kadal busuk." Divya berusaha mekepas tangannya dari cengkraman Adit
"Coba saja kalau bisa." Adit mendekatkan wajahnya ke arah divya, tapi Divya tidak kehabisan akal. Ia menendang kepunyaan Adit membuatnya meringis kesakitan.
"Ahhhkk...apa yang kau lakukan wanita sialan." Adit melepaskan tangan Divya dan memegangi kepunyaannya. Sedangkan Divya Tersenyum penuh kemenangan.
"Kau tau sakitkan, jadi jangan coba menyakitiku...bayy." Divya mengibaskan rambutnya mengenai wajah adit dan meninggalkan nya sendirian sambil menahan rasa sakit.
"Wanita sialan, aku tidak akan melepaskan mu. Berani sekali dia. Lihat saja nanti, kau akan bertekuk lutut di hadapan ku." Adit menyeringai jahat dan pergi menuju perusahaan nya.
Disamping itu Edward dan Aron sedang melaksanakan bisnis ilegal milik mereka yaitu penyelundupan senjata api yang diimpor dari Amerika. Keduanya memang senang melakukan transaksi ilegal karena meraup banyak keuntungan.
Sementara itu di perusahaan Jaya Group terlihat Adit masih berkutat pada laptopnya denagn berkas-berkas dan file yang menumpuk di mejanya.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar, tok..tokk....
"Masuk." Singkat padat dan jelas itulah Adit. Ceklekk...suara pintu dibuka
"Permisi pak, ini ada orang yang telah menerima kerjasama dengan perusahaan kita pak, dari tim 1 bagian komunikasi." Jelas Hanna yang merupakan sekretaris Adit
"Suruh dia masuk." Ujar adit dan Hanna hanya mengangguk pelan lalu mempersilahkan wanita yang tidak lain adalah Divya masuk
Divya berdiri dengan sopan dan sedikit menunduk. "Ini pak orangnya." Hanna menunjuk pada Divya yang sedang mengamati ruangan itu.
"Siapa namamu?" Tanya adit tanpa menatap ke arah mereka dan terus mengetik dengan laptopnya.
"Nama saya divya pak, saya jurusan komunikasi. Umur saya 24 tahun dan akan bekerja sama dengan perusahaan bapak." Divya memperkenalkan dirinya dengan ramah.
Adit tertegun mendengar suara itu, sepertinya tidak asing di telinga nya dan sekarang terlintas sebuah wajah di benak adit.
"Apa jangan-jangan..." Tebak Adit membatin dan langsung mendongak ke arah Divya
"Kamu." Ucap divya menunjuk ke arah Adit. Sekarang Divya tidak bisa berkata-kata lagi, sedangkan sebuah senyuman muncul dibibir adit
Apa yang akan terjadi setelah pertemuan ini?
Ikuti terus ceritanya yah, dijamin gak bakal nyes deh, dan Jangan lupa klik berlangganan yah
Bersambung 💨
"Hai nona Divya." Sapa Adit dengan senuyum puasDivya yang melihat itu menjadi gugup sendiri dan memutuskan untuk menundukkan kepalanya."Matilah aku...dari sekian banyak Presdir dan CEO dibumi ini, kenapa harus dia yang jadi boss di perusahaan tempat ku bekerja?"Batin Divya sambil menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal."Pergilah." Ujar adit. Hanna yang mendengar itu seakan mengerti apa yang diinginkan boss nya, ia pergi dan Divya mengikuti dari belakang untuk keluar."Tunggu." Cegah Adit"Memangnya siapa yang menyuruh mu pergi?" Sambung Adit"Bukannya Bapak menyuruh kami pergi tadi." Ucap divya menunduk, tak berani menatap mata Adit seperti yang dilakukannya tadi pagi"Aku tidak menyuruhmu pergi, tapi Hanna Karena pekerjaan nya sudah selesai." Jelas Adit dan Hanna pun pergi meninggalkan ruangan boss nya. 
Divya mulai bekerja di perusahaan milik keluarga grazinia. Divya duduk di kursinya serta pandangan nya yang fokus pada komputer di depannya. "Duar..." Seseorang berbicara dengan keras di telinga Divya"Astaga Rena, suka banget ngangetin Orang." Rena adalah teman pertama Divya dikantor. Orang nya ramah, usil dan supel"Hehehe...ya maaf.""Hmm ada apa?""Ya makanlah, sekarang kan udah jam istirahat." Rena mengingatkan Divya agar tidak lupa makan supaya tubuhnya tetap fitKeduanya pergi ke kantin dan duduk di tempat yang kosong. Di sela-sela makan, rena pamit untung buang air kecil dan Divya melanjutkan makannya yang terbilang murah."Hai Divya." Sapa pria yang baru datang menghampiri divya"Ha iya ada apa ya?" Divya menoleh ke sumber Suara"Kenalin nama gw Alex, gw karyawan disini bagian HRD." Alex memperkenalkan diriny
"Kamu siapa?" Tanya Valen kebingungan melihat Adit yang datang secara tiba-tiba"Dia itu manusia yang gak punya sopan santun, masuk ke rumah orang sembarangan." Kesal Divya yang datang mengikuti Adit dari belakang"Siapa kau?" Tanya adit penuh selidik"Aku sahabat nya Divya, namaku Valen.""Hmmm.""Dimana laki-laki yang tinggal disini?" Tanya adit lagi"Laki-laki yang mana?Disini yang tinggal cuma aku sama Divya aja. Yakali ada laki-laki, bisa-bisa diserempet nanti." Jawab Valen"Udahlah kau pergi sana." Usir Divya sambil mendorong tubuh Adit kuat tapi tetap tidak bergerak dari posisi semula"Heyy, kau ini sudah masuk sembarangan, kelakuan mu pun kek Dajjal. Hussh, pergi sana..." Divya tetap kukuh untuk mengusir Adit, tapi tetap saja berada di tempat.Beberapa menit kemudian, "hossh...hosshh...cap
Ddduuarrrrr....Tanpa sadar Divya menabrak mobil yang ada dihadapannya itu. Dia tidak sengaja menabrak mobil yang ada didepan nya, mobil yang diam terparkir dengan tenangnya."Woyyy, gak bisa lihat ya." Teriak Divya terhadap pengendara motor yang mengangetkan nya, sehingga ia tak sengaja menabrak mobil itu. Tapi pengendaranya tidak mendengar dan tetap berjalan ke depan dengan kencang."Waduh ini gimana ya, pake acara nabrak mobil Orang segala lagi...gawat nih, kabur ahh." Ucap divya sambil menyalakan motor nya"Eh jangan deh aku harus tanggung jawab, gak boleh kabur. Lagipula inikan memang salah ku. Tapi orang nya kemana ya?" Tanya Divya pada dirinya sendiri"Udahlah aku tunggu aja dulu." Sambung DivyaSampai beberapa menit kemudian..."Ngapain tuh cewek ada disitu?" Gumam Hendra yang melihat Divya berada di sekitar mobil boss nya. Hendra pun segera be
Hari weekend sudah tiba, Divya dan Valen memutuskan untuk rebahan di kost an mereka.Saat sedang sarapan, Divya melamun sehingga tidak mendengar Valen yang sedang bercerita."Woyy Va, denger ga?" Teriak Valen keras karena kesal tidak ada respon dari sahabatnya."Eh iya apa?" Tanya Divya kaget"Yaelah melamun toh. Kenapa?" Tanya Valen penasaran"Gak kok. Cuma aku harus lebih giat lagi kerjanya biar dapat uang banyak.""Emang kenapa?ada masalah ya?"Divya menceritakan hutang kerusakan mobil yang harus dibayar nya."Ha?Kok bisa, jadi mobilnya gimana?" Tanya Valen lagi"Harusnya yang kamu khawatirin aku, bukan mobilnya. Harta mah bisa dicari tapi..." Belum sempat bicara Valen langsung memotong perkataan Divya"Iya-iya aku tau." Ucap Valen"Oh iya nanti malam aku mau a
Setelah selesai mengambil uang dari ATM, Valen membeli bumbu masakan kemudian pulang kerumah. Divya terbangun saat mendengar suara motor Valen dan melirik jam dinding yang ada di depannya."Ha, kok udah jam tengah 10 aja sih? Nasib...nasib." ucap divya beranjak dari kasurnya dan segera bersiap-siap untuk pergi menemui orang yang mobilnya telah ditabrak oleh nya.Divya memakai kaos panjang tangan dengan hodie berwarna abu-abu, memakai celana jeans panjang, sepatu cats dan tas kecil yang didalamnya terdapat bubuk cabe untuk berjaga-jaga.Valen menatap bingung ke arah Divya"Rapi banget, mau kemana?""Emm, aku mau pergi kerumah teman kantor aku Len.""Malam-malam gini? emangnya mau ngapain div?""Itu....emmm dia, dia butuh bantuan aku buat kerja. Iya kerja. Untuk informasi dari market place dikota sebelah." Jawab Divya gugup"Yang bener?tapi
Semuanya saling menatap tanpa sadar Edward Tersenyum sambil batuk kecil. Sementara Divya mengawasi sekelilingnya, melihat orang-orang yang menari sambil meminum-minuman keras."Hendra, apakah dia orangnya?" Tanya Edward"Iya Tuan." Jawabnya"Tuan, tadi anda menghubungi saya kan?" Tanya Divya pada Hendra"Eh...I...iya nona. Kau sudah datang rupanya." Ucap Hendra gugupHendra masih dalam posisi duduk, hanya Divya yang berdiri. Tentu saja ia sedang membelakangi lantai dansa yang ternyata disanalah tempat pemilik mobil sebenarnya yaitu Tuan Aditya."Maaf Tuan, saya minta maaf atas kejadian yang merugikan mobil Anda. Tolong jangan marah sama sopir anda, sayalah disini yang salah." Ucap divyaEdward dan kawan-kawan menatap ke arah Divya. Banyak perempuan yang berada disekitar menatap iri padanya. Pasalnya ditempat itu hanya Divya seoranglah ya
"Divya." Teriak Valen mendekat ke arah sekolompok orang itu. Tak lama kemudian mata Valen tertuju pada salah satu orang disitu"Oh..jadi kau dalang nya." Valen menarik kerah Edward. Semua orang yang ada disana terkejut termasuk Divya dan Adit"Lepaskan Dasar tidak tau sopan santun." Edward menepis tangan Valen dengan kasar"Tidak tau sopan santun kau bilang?Hey, daripada kau tidak ada akhlak sampai menyuruh saudariku datang ketempat kotor seperti ini."Tegas Valen menekankan kata 'Kotor'. Valen memang seperti saudara, ditambah wajah keduanya mirip membuat semua orang percaya bahwa mereka adalah saudara kandung. Hanya Mata mereka lah yang membedakannya, jika Divya berwarna biru kristal maka Valen memiliki bola mata berwarna amber terang."Dia sudah merusak mobil temanku, dan aku mengajaknya kesini agar bisa memperjelas jaminan nya!" Suara Edward tak kalah keras dari Valen"Mengapa harus ke tempat seperti ini?" Tanya Valen tidak su
"Kemana dia?Kalau tahu begini, aku tidak akan mengizinkan nya bekerja." Gumam Adit jengkel"An, apakah dia sedang bersama pria lain? Apakah dia sudah mendapatkan pengganti ku an?Dia mengabaikan ku an." Teriak Adit mengusap-usap wajahnya."Bos, anda terlihat seperti gelandangan. kau bucin sekali semenjak ada nona Divya, aku jadi jijik melihatnya." Batin Ander merasa geli"Jawab An!" Bentak Adit"Eh bos, mungkin nona banyak pekerjaan." Jawab Ander asal"Dia lebih mementingkan pekerjaannya dari pada aku, suaminya sendiri an." Kata Adit sendu"Hentikan ekspresi mu itu bos, kau sangat menggelikan membuat ku merinding, tak biasanya kau seperti ini bahkan dengan mantan kekasih mu dulu." Batin Ander
Hari ini divya dengan cepat menyiapkan segala kebutuhan suaminya, dari mulai menyiapkan pakaian kerja sampai makanan Adit. "Sayang, apa kau sudah selesai?" Tanya Divya masuk ke dalam kamar dan melihat Adit sudah rapi dengan setelan formalnya, sambil menenteng dasinya.Divya tau maksud suaminya, lalu ia berjalan mendekat untuk memasang dasi ke leher kokoh pria itu."Sayang, kamu mau gak aku pindahkan tugas di kantor?" Tanya Adit menatap lembut Divya dan melingkarkan lengannya ke pinggang ramping istrinya."Emang aku mau dipindah tugaskan kemana?" Tanya Divya penasaran."Kamu jadi sekretaris ku sayang.""Gak mau, aku mau kerja seperti biasanya. Lagian aku mau lanjutin jalinan kerja sama komunikasi kemarin karena sempat ditunda.""Kamu kan istriku, nyonya Adit gak pantas kerja jadi bawahan. Makanya kamu mau yah jadi sekretaris aku.""Gak...g
Di markasAdit berjalan gontai menuju kursi kebesarannya. "Bagaimana, apa ada informasi?" Tanya Adit pada orang yang ada dihadapannya, mereka adalah Edward, Aron dan Hendra."Ternyata ada mata-mata yang menyelinap ke PP lightning rose bos. Mata-mata itulah yang memanipulasi senjata dan memberikan informasi tentang semua rencana kita pada Tuannya bos." Jelas Aron"Hmm ternyata mereka mengirim anjing pelacak." Ucap Adit penuh seringai licik"Satu lagi bos, pembantaian itu terjadi karena Meiji sedang tak ada di markas dan saat kembali dia mendapat tembakan dan pukulan dari arah belakang bos." Tambah Aron"Berarti kita berurusan dengan lawan yang sama." Ucap Adit berfikir"Apa maksud tuan mereka juga mafia?" Tanya Hendra"Kalau dia bukan mafia, dia tidak akan mungkin tau dimana markas Meiji berada karena hanya sesama mafia yang tau hal
Adit dan Divya sedang berada di dalam mobil. Pasangan yang kasmaran itu sedang asik melempar candaan."Sayang, emang kamu cinta sama aku itu sejak kapan?" Tanya adik menggandeng tangan Divya, menautkan jari-jari mereka dan menciumnya sekilas sedangkan tangan yang satunya fokus menyetir."Sejak malam pertama kita, gak tau entah kenapa aku merasa nyaman sama kamu." Ucap Divya malu disertai wajah nya yang memerah."Cieeee....wajahnya merah gitu, gemes deh aku." Goda Adit"Ihhh kamu tuh fokus aja nyetirnya. Oh ya sayang, kalau kamu sejak kapan cinta sama aku?" Tanya Divya penasaran menatap wajah Adit intens"Hmm kapan ya, mungkin sejak kamu lahir kali." Canda Adit"Apaan sih, aku serius sayang." Uc
"Sayang." teriak Adit menggema di dalam Mancion, karena tak menemukan istrinya selama beberapa jam terakhir."Sayang, kau dimana?" Ucap Adit panik sampai membuka seluruh ruangan di Mancion. Bodohnya dia, kenapa tidak tanya dengan salah satu pelayan yang ada disana? Pasti salah satu dari mereka mengetahui keberadaan Divya."Sayang, kau sudah pulang?" Tanya orang yang berada di belakang Adit. Adit menoleh ke belakang karena mendengar suara wanita yang ia cari, dan langsung menghambur ke pelukan sang pujaan hati.Adit memeluk Divya dengan erat seakan tak mau ditinggalkan. "Sayang, kau dari mana saja?" Ucap Adit masih dalam keadaan memeluk istrinya. Adit memang sangat takut akan kehilangan orang yang sangat ia cintai, karna kejadian 2 atau 3 tahun yang lalu membuatnya sungguh terpukul atas kepergian sang kekasih yang meninggalkan nya di saat lagi sayang-sayang nya."Sa-sayang lepas dulu, aku susah bernaf
Berbeda ketika saat bersama istrinya, Adit selalu ceria, manja dan jahil. Tapi saat bertemu dengan orang lain dia selalu memasang wajah datar tanpa ekspresi, seakan tak peduli dengan keadaan disekitarnya."An, siapkan mobil kita ke markas." titah Adit kepada asisten nya yang bernama Anderson.Anderson adalah asisten pribadi Adit, orangnya tampan juga bijaksana, dan yang terpenting semua tugas yang diberikan selalu tuntas. Dia adalah salah satu orang kepercayaan Adit yang sudah lama bekerja dalam naungan Adit.Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Di lain tempat terlihatlah Aron, Hendra dan si pria dingin Edward. Adit dan Edward memang memiliki karakter yang hampir sama. Sedangkan Aron dan Hendra adalah tipe orang ceria, dan humoris. Namun dibalik sifat mereka itu tersimpan watak iblis tanpa belas kasihan."Hen, kita ganggu gak ya?" Tanya Aron menerawang ke langit-langit markas."
Saat divya begitu khidmat memandangi wajah Adit, tiba-tiba...."Apa sudah puas memandangi wajah ku sayang?" Tanya adit menatap lekat divya"Aku memang tampan sayang." Ujar Adit menyombongkan diri.Mendengar ucapan Adit, seketika wajah Divya bersemu merah. Ia bergegas untuk pergi, namun baru saja ingin melangkah Divya merasakan perih di bagian intinya."Awww, sakit." Teriak Divya karena merasakan perih akibat pergulatan panas mereka semalam."Apa masih sakit sayang?" Tanya Adit dengan wajah panik."Iya, ini sedikit perih." Jawab Divya membetulkan selimut tebal yang membungkus tubuh polosnya. Tanpa pikir panjang Adit langsung menggendong divya ke kamar mandi, dan refleks Divya mengalungkan tangannya ke leher kokoh milik Adit."Ma-mau apa kamu?" Tanya DivyaSeketika cup...ciuman singkat diberi
Divya sedang gugup menanti kedatangan Adit. "Aduh, kok aku jadi gugup gini yah. Tenang Divya kamu itu udah jadi bini orang, jadi buat apa kamu gugup toh diakan suami kami." Gumam divya yang duduk di tepi ranjang dengan meremas jari lentiknya.Tak lama kemudian pintu terbuka, menampakkan seorang pria gagah dengan pakaian pengantinnya mendekat ke arah Divya."Sayang, kamu ngapain?" Tanya Adit duduk di samping Divya"A-aku gak ngapa-ngapain kok. Hmm, kamu gak mandi dulu?" Tanya Divya terbata-bata"Oh yaudah aku mandi dulu. Tunggu aku yah, kamu jangan tidur duluan ok." Goda Adit menatap nakal Divya dan mengecup kilas bibir istrinya sebelum berlalu pergi.Seketika wajah divya memanas, degupan jantungnya tak lagi terkontrol. "Oksigen, mana oksigen. Aku tak bisa bernafas." Divya bermonolog sambil berusaha menormalkan degup jantungnya.Sekitar 30 menit kemudian, pint
Di sebuah ruangan mewah dengan hiasan yang memanjakan mata, terlihatlah seorang wanita cantik dengan gaun pengantinnya."Apakah keputusanku ini benar?" Gumam Divya menatap dirinya di cermin."Divya, apa kamu bahagia dengan pernikahan ini?" Tanya Valen menyelonong masuk tanpa suara dan langsung memeluk sahabatnya dari belakang.Divya yang mendengar pertanyaan pertanyaan mendadak itu, hanya bisa menganggukkan kepala dengan air bening yang muncul dari pelupuk matanya."Kalau kamu bahagia, kenapa menangis?" Valen melepas pelukannya dan menghapus air mata Divya"Ini air mata kebahagiaan bodoh." Divya menjitak kepala Valen pelan. Walaupun pernikahan ini tidak didasari dengan cinta tapi Divya akan tetap berusaha bahagia."Aduh, sakit tau." Valen mengusap kepalanya dan keduanya pun tertawa bersama"Div, ayo kita ke aula. Calon suamimu itu dah nun