Semuanya saling menatap tanpa sadar Edward Tersenyum sambil batuk kecil. Sementara Divya mengawasi sekelilingnya, melihat orang-orang yang menari sambil meminum-minuman keras.
"Hendra, apakah dia orangnya?" Tanya Edward
"Iya Tuan." Jawabnya
"Tuan, tadi anda menghubungi saya kan?" Tanya Divya pada Hendra
"Eh...I...iya nona. Kau sudah datang rupanya." Ucap Hendra gugup
Hendra masih dalam posisi duduk, hanya Divya yang berdiri. Tentu saja ia sedang membelakangi lantai dansa yang ternyata disanalah tempat pemilik mobil sebenarnya yaitu Tuan Aditya.
"Maaf Tuan, saya minta maaf atas kejadian yang merugikan mobil Anda. Tolong jangan marah sama sopir anda, sayalah disini yang salah." Ucap divya
Edward dan kawan-kawan menatap ke arah Divya. Banyak perempuan yang berada disekitar menatap iri padanya. Pasalnya ditempat itu hanya Divya seoranglah ya
"Divya." Teriak Valen mendekat ke arah sekolompok orang itu. Tak lama kemudian mata Valen tertuju pada salah satu orang disitu"Oh..jadi kau dalang nya." Valen menarik kerah Edward. Semua orang yang ada disana terkejut termasuk Divya dan Adit"Lepaskan Dasar tidak tau sopan santun." Edward menepis tangan Valen dengan kasar"Tidak tau sopan santun kau bilang?Hey, daripada kau tidak ada akhlak sampai menyuruh saudariku datang ketempat kotor seperti ini."Tegas Valen menekankan kata 'Kotor'. Valen memang seperti saudara, ditambah wajah keduanya mirip membuat semua orang percaya bahwa mereka adalah saudara kandung. Hanya Mata mereka lah yang membedakannya, jika Divya berwarna biru kristal maka Valen memiliki bola mata berwarna amber terang."Dia sudah merusak mobil temanku, dan aku mengajaknya kesini agar bisa memperjelas jaminan nya!" Suara Edward tak kalah keras dari Valen"Mengapa harus ke tempat seperti ini?" Tanya Valen tidak su
Di sisi lain Aron, Edward dan Hendra sudah berada di dalam club dengan ditemani banyak wanita-wanita yang berpakaian kurang bahan, Dengan menampakkan gudukan sintal yang menggoda.Tak berselang lama Aron melihat sosok yang sangat familiar di matanya"Kak...kak Edward!" Ucap Aron menepuk-nepuk bahu Edward sambil memandang ke arah pintu masuk"Apaan sih, ganggu orang senang aja." Ucap Edward malas sambi menghentikan acara minumnya dengan wanita-wanita itu"Itu kak lihat noh, kayaknya laki-laki itu Mirip banget sama boss Adit.," Kata Aron sambil memperhatikan orang yang membelakanginya di meja bar, tak jauh dari mereka."Oh iya kayaknya emang Tuan Adit deh, tapi kan gak mungkin, Tuan Adit kan lagi banyak kerjaan." Ujar Hendra menimpali&n
Paginya Divya bekerja seperti biasanya. Hanya saja dia mencoba menghindari Adit Karena masih kesal dengan perkataannya semalam.Saat ingin ke kantin pun, Divya berjalan dengan sedikit mengendap-endap agar tidak terlihat oleh mata elang Aditya.Waktu istirahat sudah selesai, Divya kembali ke dalam ruangannya dengan tenang tanpa ada kekhwatiran. Tapi tidak sangka kekhawatiran yang sebenarnya sudah menunggunya di dalam ruangan itu sedari jam istirahat.Adit menatap tajam ke arah Divya dan berjalan maju ke tempat Divya berada."Mau apa kau?" Tanya Divya ingin lari tapi sayangnya pintu itu sudah dikunci oleh suruhan Adit, saat Divya telah masuk."Kenapa kau menghindari ku?" Tidak menjawab pertanyaan Divya, malah memberi pertanyaan sambil memegang dagu perempuan itu dengan kuat."Aku...aku...aku tidak me...." Belum sempat bicara, Adit langsung menyambar bibir Semer
Adit menarik pelatuk nyaDannnnn...............Tutt....tuttt.....tuttt.... Handphone Adit berbunyi. Adit melihat nomor yang ada di hp nya, nomor itu tidak tersimpan dan tampak asing, berarti itu tidak penting. Mungkin salah salah sambung. Pikir Adit menggambarkan panggilan itu.Saat telepon itu datang, mereka sedikit lega.Namun Adit kembali ke posisinya, mengambil ancang-ancang untuk menembakkan peluru itu pada seorang pria.Dannnn........Lagi-lagi bunyi suara handphone Adit terdengar mengganggu aksinya, dan ternyata masih dengan nomor yang sama.Adit menekan tombol hijau, tanda ia menerima panggilan itu. "Apa? Mengganggu saja." Kesal Adit"Heyy pria sinting, siapa juga yang ingin mengganggu mu." Ucap seorang perempuan yang tidak lain adalah Divya. Adit yang mendengar suara Divya, seketika raut wajahnya berubah menjadi tenang. Tidak ada k
Pagi harinya di perusahaan adit, terlihat senyuman puas dari bibir seorang pria."Tuan, namanya Satya Grahashia. Kami sudah menyuruh Presdir tempat perusahaan nya Bekerja untuk memecat nya." Ucap Hendra"Bagus. Kalian memang bisa diandalkan.""Tapi boss, gimana kalau nona Divya tau?Pasti dia akan marah karena mengetahui boss lah dalang dibalik semua ini." Ujar Aron."Benar bos." Balas Hendra. Mereka berdua tahu bahwa Adit telah salah paham tentang Satya."Kalian mendukung pria sialan itu, ha?!""Tidak tuan." Jawab keduanya serempak"Boss, sepertinya anda telah salah paham." Ujar Aron memberanikan dirinya"Salah paham kau bilang? Jelas-jelas dia berani menyentuh wanitaku. Dan apa? Divya malah senang hati menerima nya. Tidak bisa kubiarkan, aku harus memusnahkan pria itu dari muka bumi ini." Ucap Adit mengingat kejadian s
Di kantor AdityaDivya sedang fokus menatap layar komputernya dan tiba-tiba.... Ceklekk, suara pintu dibuka.Tampaklah seorang perempuan yang tidak lain adalah Hanna sekretaris Adit."Divya kau diminta pak Presdir ke ruangannya." Ucap Hanna"Memangnya ada apa mbak?" Tanya Divya penasaran karena memang tugas nya sudah diserahkan pagi tadi."Hmm, entahlah... mungkin pak presdir ada urusan mendadak." Jawab Hanna"Oh begitu yah. Yaudah saya kesana Sekarang." Divya bergegas pergi"Ada apa iblis itu memanggil ku? Perasaan ku juga nggak enak nih." Batin Divya sambil berjalan menuju liftTok...tok...tok....suara pintu diketukAdit yang mendengar ketukan itu langsung menyeringai penuh semangat. Entah apa yang sedang direncanakan nya hanya dia dan Tuhan yang tau. "Masuk." Ucapnya dinginMendengar uca
"Kalau bukan karena aku yang tidak memperhatikannya dengan baik, valen tidak akan begini. Maafkan aku len..." Divya menangis sesenggukan karena tidak bisa menahan sesal di dadanya.Tiba-tiba ada sepasang tangan kekar yang memeluk Divya. "Ada apa hmm?Kenapa kau menangis?" Tanya pria itu yang tidak lain adalah Adit. Ia juga telah mengetahui penyebab Divya seperti ini, tapi tetap saja berrtanya. Dasar Kurang Kerjaan!"Pak Adit, Valen...dia, dia kecelakaan...hiks...hikss..." Kata Divya yang masih terisak dalam pelukan Adit"Sudahlah ayo kita ke rumah sakit. Saudarimu pasti membutuhkanmu." Ujar Adit lembut menenangkan divya"Tapi pak aku harus mencari biaya operasinya, aku tidak bisa kesana tanpa membawa uang itu dan aku akan mendapatkan nya bagaimanapun caranya." Ucap Divya menangis dan menundukMendengar itu senyum licik milik Adit merekah sempurna. "Oh benarkah kau akan melakukan a
"Tuan, ada kabar tentang Adit bahwa dia akan melangsungkan pernikahan beberapa hari lagi." Ucap si penelepon misterius kepada boss nya"Hahaha, itu berita yang sangat bagus. Selama ini tubuhnya selalu disentuh oleh para jalang liar, tanpa mau berhubungan dengan mereka." bawahannya masih menunggu boss nya menyelesaikan perkataan."Sekarang dia tiba-tiba membawa kabar pernikahannya, jelas sekali bahwa dia sangat mencintai perempuan yang akan menjadi calon istrinya itu. Tapi sayang sekali, karena sebentar lagi aku akan membuat perempuan itu hanya tinggal nama dan kenangan. Hahahaha...ini kesempatan yang bagus untuk membuat si Adit brengsek itu menderita."Si penelepon masih tetap diam, memikirkan apa rencana bossnya."Tapi bagaimana caranya Tuan?" Tanya si penelepon bingung"Sebenarnya otak mu itu terbuat dari apa sih? Aku yakin kelemahannya terletak pada perempuan itu." Ucap pria yang sedari dulu ingin
"Kemana dia?Kalau tahu begini, aku tidak akan mengizinkan nya bekerja." Gumam Adit jengkel"An, apakah dia sedang bersama pria lain? Apakah dia sudah mendapatkan pengganti ku an?Dia mengabaikan ku an." Teriak Adit mengusap-usap wajahnya."Bos, anda terlihat seperti gelandangan. kau bucin sekali semenjak ada nona Divya, aku jadi jijik melihatnya." Batin Ander merasa geli"Jawab An!" Bentak Adit"Eh bos, mungkin nona banyak pekerjaan." Jawab Ander asal"Dia lebih mementingkan pekerjaannya dari pada aku, suaminya sendiri an." Kata Adit sendu"Hentikan ekspresi mu itu bos, kau sangat menggelikan membuat ku merinding, tak biasanya kau seperti ini bahkan dengan mantan kekasih mu dulu." Batin Ander
Hari ini divya dengan cepat menyiapkan segala kebutuhan suaminya, dari mulai menyiapkan pakaian kerja sampai makanan Adit. "Sayang, apa kau sudah selesai?" Tanya Divya masuk ke dalam kamar dan melihat Adit sudah rapi dengan setelan formalnya, sambil menenteng dasinya.Divya tau maksud suaminya, lalu ia berjalan mendekat untuk memasang dasi ke leher kokoh pria itu."Sayang, kamu mau gak aku pindahkan tugas di kantor?" Tanya Adit menatap lembut Divya dan melingkarkan lengannya ke pinggang ramping istrinya."Emang aku mau dipindah tugaskan kemana?" Tanya Divya penasaran."Kamu jadi sekretaris ku sayang.""Gak mau, aku mau kerja seperti biasanya. Lagian aku mau lanjutin jalinan kerja sama komunikasi kemarin karena sempat ditunda.""Kamu kan istriku, nyonya Adit gak pantas kerja jadi bawahan. Makanya kamu mau yah jadi sekretaris aku.""Gak...g
Di markasAdit berjalan gontai menuju kursi kebesarannya. "Bagaimana, apa ada informasi?" Tanya Adit pada orang yang ada dihadapannya, mereka adalah Edward, Aron dan Hendra."Ternyata ada mata-mata yang menyelinap ke PP lightning rose bos. Mata-mata itulah yang memanipulasi senjata dan memberikan informasi tentang semua rencana kita pada Tuannya bos." Jelas Aron"Hmm ternyata mereka mengirim anjing pelacak." Ucap Adit penuh seringai licik"Satu lagi bos, pembantaian itu terjadi karena Meiji sedang tak ada di markas dan saat kembali dia mendapat tembakan dan pukulan dari arah belakang bos." Tambah Aron"Berarti kita berurusan dengan lawan yang sama." Ucap Adit berfikir"Apa maksud tuan mereka juga mafia?" Tanya Hendra"Kalau dia bukan mafia, dia tidak akan mungkin tau dimana markas Meiji berada karena hanya sesama mafia yang tau hal
Adit dan Divya sedang berada di dalam mobil. Pasangan yang kasmaran itu sedang asik melempar candaan."Sayang, emang kamu cinta sama aku itu sejak kapan?" Tanya adik menggandeng tangan Divya, menautkan jari-jari mereka dan menciumnya sekilas sedangkan tangan yang satunya fokus menyetir."Sejak malam pertama kita, gak tau entah kenapa aku merasa nyaman sama kamu." Ucap Divya malu disertai wajah nya yang memerah."Cieeee....wajahnya merah gitu, gemes deh aku." Goda Adit"Ihhh kamu tuh fokus aja nyetirnya. Oh ya sayang, kalau kamu sejak kapan cinta sama aku?" Tanya Divya penasaran menatap wajah Adit intens"Hmm kapan ya, mungkin sejak kamu lahir kali." Canda Adit"Apaan sih, aku serius sayang." Uc
"Sayang." teriak Adit menggema di dalam Mancion, karena tak menemukan istrinya selama beberapa jam terakhir."Sayang, kau dimana?" Ucap Adit panik sampai membuka seluruh ruangan di Mancion. Bodohnya dia, kenapa tidak tanya dengan salah satu pelayan yang ada disana? Pasti salah satu dari mereka mengetahui keberadaan Divya."Sayang, kau sudah pulang?" Tanya orang yang berada di belakang Adit. Adit menoleh ke belakang karena mendengar suara wanita yang ia cari, dan langsung menghambur ke pelukan sang pujaan hati.Adit memeluk Divya dengan erat seakan tak mau ditinggalkan. "Sayang, kau dari mana saja?" Ucap Adit masih dalam keadaan memeluk istrinya. Adit memang sangat takut akan kehilangan orang yang sangat ia cintai, karna kejadian 2 atau 3 tahun yang lalu membuatnya sungguh terpukul atas kepergian sang kekasih yang meninggalkan nya di saat lagi sayang-sayang nya."Sa-sayang lepas dulu, aku susah bernaf
Berbeda ketika saat bersama istrinya, Adit selalu ceria, manja dan jahil. Tapi saat bertemu dengan orang lain dia selalu memasang wajah datar tanpa ekspresi, seakan tak peduli dengan keadaan disekitarnya."An, siapkan mobil kita ke markas." titah Adit kepada asisten nya yang bernama Anderson.Anderson adalah asisten pribadi Adit, orangnya tampan juga bijaksana, dan yang terpenting semua tugas yang diberikan selalu tuntas. Dia adalah salah satu orang kepercayaan Adit yang sudah lama bekerja dalam naungan Adit.Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Di lain tempat terlihatlah Aron, Hendra dan si pria dingin Edward. Adit dan Edward memang memiliki karakter yang hampir sama. Sedangkan Aron dan Hendra adalah tipe orang ceria, dan humoris. Namun dibalik sifat mereka itu tersimpan watak iblis tanpa belas kasihan."Hen, kita ganggu gak ya?" Tanya Aron menerawang ke langit-langit markas."
Saat divya begitu khidmat memandangi wajah Adit, tiba-tiba...."Apa sudah puas memandangi wajah ku sayang?" Tanya adit menatap lekat divya"Aku memang tampan sayang." Ujar Adit menyombongkan diri.Mendengar ucapan Adit, seketika wajah Divya bersemu merah. Ia bergegas untuk pergi, namun baru saja ingin melangkah Divya merasakan perih di bagian intinya."Awww, sakit." Teriak Divya karena merasakan perih akibat pergulatan panas mereka semalam."Apa masih sakit sayang?" Tanya Adit dengan wajah panik."Iya, ini sedikit perih." Jawab Divya membetulkan selimut tebal yang membungkus tubuh polosnya. Tanpa pikir panjang Adit langsung menggendong divya ke kamar mandi, dan refleks Divya mengalungkan tangannya ke leher kokoh milik Adit."Ma-mau apa kamu?" Tanya DivyaSeketika cup...ciuman singkat diberi
Divya sedang gugup menanti kedatangan Adit. "Aduh, kok aku jadi gugup gini yah. Tenang Divya kamu itu udah jadi bini orang, jadi buat apa kamu gugup toh diakan suami kami." Gumam divya yang duduk di tepi ranjang dengan meremas jari lentiknya.Tak lama kemudian pintu terbuka, menampakkan seorang pria gagah dengan pakaian pengantinnya mendekat ke arah Divya."Sayang, kamu ngapain?" Tanya Adit duduk di samping Divya"A-aku gak ngapa-ngapain kok. Hmm, kamu gak mandi dulu?" Tanya Divya terbata-bata"Oh yaudah aku mandi dulu. Tunggu aku yah, kamu jangan tidur duluan ok." Goda Adit menatap nakal Divya dan mengecup kilas bibir istrinya sebelum berlalu pergi.Seketika wajah divya memanas, degupan jantungnya tak lagi terkontrol. "Oksigen, mana oksigen. Aku tak bisa bernafas." Divya bermonolog sambil berusaha menormalkan degup jantungnya.Sekitar 30 menit kemudian, pint
Di sebuah ruangan mewah dengan hiasan yang memanjakan mata, terlihatlah seorang wanita cantik dengan gaun pengantinnya."Apakah keputusanku ini benar?" Gumam Divya menatap dirinya di cermin."Divya, apa kamu bahagia dengan pernikahan ini?" Tanya Valen menyelonong masuk tanpa suara dan langsung memeluk sahabatnya dari belakang.Divya yang mendengar pertanyaan pertanyaan mendadak itu, hanya bisa menganggukkan kepala dengan air bening yang muncul dari pelupuk matanya."Kalau kamu bahagia, kenapa menangis?" Valen melepas pelukannya dan menghapus air mata Divya"Ini air mata kebahagiaan bodoh." Divya menjitak kepala Valen pelan. Walaupun pernikahan ini tidak didasari dengan cinta tapi Divya akan tetap berusaha bahagia."Aduh, sakit tau." Valen mengusap kepalanya dan keduanya pun tertawa bersama"Div, ayo kita ke aula. Calon suamimu itu dah nun