"Kalau bukan karena aku yang tidak memperhatikannya dengan baik, valen tidak akan begini. Maafkan aku len..." Divya menangis sesenggukan karena tidak bisa menahan sesal di dadanya.
Tiba-tiba ada sepasang tangan kekar yang memeluk Divya. "Ada apa hmm?Kenapa kau menangis?" Tanya pria itu yang tidak lain adalah Adit. Ia juga telah mengetahui penyebab Divya seperti ini, tapi tetap saja berrtanya. Dasar Kurang Kerjaan!
"Pak Adit, Valen...dia, dia kecelakaan...hiks...hikss..." Kata Divya yang masih terisak dalam pelukan Adit
"Sudahlah ayo kita ke rumah sakit. Saudarimu pasti membutuhkanmu." Ujar Adit lembut menenangkan divya
"Tapi pak aku harus mencari biaya operasinya, aku tidak bisa kesana tanpa membawa uang itu dan aku akan mendapatkan nya bagaimanapun caranya." Ucap Divya menangis dan menunduk
Mendengar itu senyum licik milik Adit merekah sempurna. "Oh benarkah kau akan melakukan a
"Tuan, ada kabar tentang Adit bahwa dia akan melangsungkan pernikahan beberapa hari lagi." Ucap si penelepon misterius kepada boss nya"Hahaha, itu berita yang sangat bagus. Selama ini tubuhnya selalu disentuh oleh para jalang liar, tanpa mau berhubungan dengan mereka." bawahannya masih menunggu boss nya menyelesaikan perkataan."Sekarang dia tiba-tiba membawa kabar pernikahannya, jelas sekali bahwa dia sangat mencintai perempuan yang akan menjadi calon istrinya itu. Tapi sayang sekali, karena sebentar lagi aku akan membuat perempuan itu hanya tinggal nama dan kenangan. Hahahaha...ini kesempatan yang bagus untuk membuat si Adit brengsek itu menderita."Si penelepon masih tetap diam, memikirkan apa rencana bossnya."Tapi bagaimana caranya Tuan?" Tanya si penelepon bingung"Sebenarnya otak mu itu terbuat dari apa sih? Aku yakin kelemahannya terletak pada perempuan itu." Ucap pria yang sedari dulu ingin
Sudah hampir satu setengah jam, belum ada kabar tentang Divya dan itu membuat Adit tambah cemas.Ceklekk...saat pintu terbuka, Adit langsung menyambar dokter itu dengan berbagai pertanyaan."Bagaimana dok keadaannya? Apa dia baik-baik saja? Apa perlu perawatan yang intensif?atau dia perlu tambahan do...." Belum selesai bicara, dokter itu langsung memotong perkataan Adit yang menurutnya terlalu berlebihan."Pasien sudah melewati masa kritisnya, untuk sekarang dia hanya perlu istirahat yang cukup dan beberapa hari ke depan dia masih harus dirawat disini." Jelas sang dokterMendengar perkataan sang dokter, ada rasa lega dan sedih di hati Adit. Disisi lain ia senang jika Divya sudah mulai baikan tapi di sisi lain ia sedih karena pernikahan nya harus ditunda. Sudahlah tak apa yang penting Divya selamat. Pikir Adit."Baik dok, Terimakasih." Ucap Adit"Syukurlah Div
Setelah beberapa hari dirawat, Divya sudah diperbolehkan untuk pulang.Hari pernikahan sudah mulai dekat, Divya sudah menghubungi kedua orangtuanya dan mereka mengatakan tidak bisa datang lantaran ada masalah keluarga.Mereka juga sudah melihat wajah Adit melalui vidcall beberapa hari yang lalu dan betapa bahagianya Adit karena mertuanya merestui hubungan mereka. Adit berjanji akan selalu setia dan membahagiakan divya, hal itu membuat orang tua Divya merasa tenang dan ikut berbahagia.Hari ini adalah hari fiting baju bagi Adit dan Divya. Mereka pergi bersama menggunakan mobil mewah milik Adit.Di dalam mobil"Kita mau ke butik mana sih?" Tanya Divya mulai bosan, pasalnya dari tadi mereka hanya diam tanpa percakapan."Tenang saja sayang, kita akan ke butik ternama di kota ini." Ujar aditTibalah mereka di sebuah butik yang besar dengan nua
Di sebuah ruangan mewah dengan hiasan yang memanjakan mata, terlihatlah seorang wanita cantik dengan gaun pengantinnya."Apakah keputusanku ini benar?" Gumam Divya menatap dirinya di cermin."Divya, apa kamu bahagia dengan pernikahan ini?" Tanya Valen menyelonong masuk tanpa suara dan langsung memeluk sahabatnya dari belakang.Divya yang mendengar pertanyaan pertanyaan mendadak itu, hanya bisa menganggukkan kepala dengan air bening yang muncul dari pelupuk matanya."Kalau kamu bahagia, kenapa menangis?" Valen melepas pelukannya dan menghapus air mata Divya"Ini air mata kebahagiaan bodoh." Divya menjitak kepala Valen pelan. Walaupun pernikahan ini tidak didasari dengan cinta tapi Divya akan tetap berusaha bahagia."Aduh, sakit tau." Valen mengusap kepalanya dan keduanya pun tertawa bersama"Div, ayo kita ke aula. Calon suamimu itu dah nun
Divya sedang gugup menanti kedatangan Adit. "Aduh, kok aku jadi gugup gini yah. Tenang Divya kamu itu udah jadi bini orang, jadi buat apa kamu gugup toh diakan suami kami." Gumam divya yang duduk di tepi ranjang dengan meremas jari lentiknya.Tak lama kemudian pintu terbuka, menampakkan seorang pria gagah dengan pakaian pengantinnya mendekat ke arah Divya."Sayang, kamu ngapain?" Tanya Adit duduk di samping Divya"A-aku gak ngapa-ngapain kok. Hmm, kamu gak mandi dulu?" Tanya Divya terbata-bata"Oh yaudah aku mandi dulu. Tunggu aku yah, kamu jangan tidur duluan ok." Goda Adit menatap nakal Divya dan mengecup kilas bibir istrinya sebelum berlalu pergi.Seketika wajah divya memanas, degupan jantungnya tak lagi terkontrol. "Oksigen, mana oksigen. Aku tak bisa bernafas." Divya bermonolog sambil berusaha menormalkan degup jantungnya.Sekitar 30 menit kemudian, pint
Saat divya begitu khidmat memandangi wajah Adit, tiba-tiba...."Apa sudah puas memandangi wajah ku sayang?" Tanya adit menatap lekat divya"Aku memang tampan sayang." Ujar Adit menyombongkan diri.Mendengar ucapan Adit, seketika wajah Divya bersemu merah. Ia bergegas untuk pergi, namun baru saja ingin melangkah Divya merasakan perih di bagian intinya."Awww, sakit." Teriak Divya karena merasakan perih akibat pergulatan panas mereka semalam."Apa masih sakit sayang?" Tanya Adit dengan wajah panik."Iya, ini sedikit perih." Jawab Divya membetulkan selimut tebal yang membungkus tubuh polosnya. Tanpa pikir panjang Adit langsung menggendong divya ke kamar mandi, dan refleks Divya mengalungkan tangannya ke leher kokoh milik Adit."Ma-mau apa kamu?" Tanya DivyaSeketika cup...ciuman singkat diberi
Berbeda ketika saat bersama istrinya, Adit selalu ceria, manja dan jahil. Tapi saat bertemu dengan orang lain dia selalu memasang wajah datar tanpa ekspresi, seakan tak peduli dengan keadaan disekitarnya."An, siapkan mobil kita ke markas." titah Adit kepada asisten nya yang bernama Anderson.Anderson adalah asisten pribadi Adit, orangnya tampan juga bijaksana, dan yang terpenting semua tugas yang diberikan selalu tuntas. Dia adalah salah satu orang kepercayaan Adit yang sudah lama bekerja dalam naungan Adit.Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Di lain tempat terlihatlah Aron, Hendra dan si pria dingin Edward. Adit dan Edward memang memiliki karakter yang hampir sama. Sedangkan Aron dan Hendra adalah tipe orang ceria, dan humoris. Namun dibalik sifat mereka itu tersimpan watak iblis tanpa belas kasihan."Hen, kita ganggu gak ya?" Tanya Aron menerawang ke langit-langit markas."
"Sayang." teriak Adit menggema di dalam Mancion, karena tak menemukan istrinya selama beberapa jam terakhir."Sayang, kau dimana?" Ucap Adit panik sampai membuka seluruh ruangan di Mancion. Bodohnya dia, kenapa tidak tanya dengan salah satu pelayan yang ada disana? Pasti salah satu dari mereka mengetahui keberadaan Divya."Sayang, kau sudah pulang?" Tanya orang yang berada di belakang Adit. Adit menoleh ke belakang karena mendengar suara wanita yang ia cari, dan langsung menghambur ke pelukan sang pujaan hati.Adit memeluk Divya dengan erat seakan tak mau ditinggalkan. "Sayang, kau dari mana saja?" Ucap Adit masih dalam keadaan memeluk istrinya. Adit memang sangat takut akan kehilangan orang yang sangat ia cintai, karna kejadian 2 atau 3 tahun yang lalu membuatnya sungguh terpukul atas kepergian sang kekasih yang meninggalkan nya di saat lagi sayang-sayang nya."Sa-sayang lepas dulu, aku susah bernaf
"Kemana dia?Kalau tahu begini, aku tidak akan mengizinkan nya bekerja." Gumam Adit jengkel"An, apakah dia sedang bersama pria lain? Apakah dia sudah mendapatkan pengganti ku an?Dia mengabaikan ku an." Teriak Adit mengusap-usap wajahnya."Bos, anda terlihat seperti gelandangan. kau bucin sekali semenjak ada nona Divya, aku jadi jijik melihatnya." Batin Ander merasa geli"Jawab An!" Bentak Adit"Eh bos, mungkin nona banyak pekerjaan." Jawab Ander asal"Dia lebih mementingkan pekerjaannya dari pada aku, suaminya sendiri an." Kata Adit sendu"Hentikan ekspresi mu itu bos, kau sangat menggelikan membuat ku merinding, tak biasanya kau seperti ini bahkan dengan mantan kekasih mu dulu." Batin Ander
Hari ini divya dengan cepat menyiapkan segala kebutuhan suaminya, dari mulai menyiapkan pakaian kerja sampai makanan Adit. "Sayang, apa kau sudah selesai?" Tanya Divya masuk ke dalam kamar dan melihat Adit sudah rapi dengan setelan formalnya, sambil menenteng dasinya.Divya tau maksud suaminya, lalu ia berjalan mendekat untuk memasang dasi ke leher kokoh pria itu."Sayang, kamu mau gak aku pindahkan tugas di kantor?" Tanya Adit menatap lembut Divya dan melingkarkan lengannya ke pinggang ramping istrinya."Emang aku mau dipindah tugaskan kemana?" Tanya Divya penasaran."Kamu jadi sekretaris ku sayang.""Gak mau, aku mau kerja seperti biasanya. Lagian aku mau lanjutin jalinan kerja sama komunikasi kemarin karena sempat ditunda.""Kamu kan istriku, nyonya Adit gak pantas kerja jadi bawahan. Makanya kamu mau yah jadi sekretaris aku.""Gak...g
Di markasAdit berjalan gontai menuju kursi kebesarannya. "Bagaimana, apa ada informasi?" Tanya Adit pada orang yang ada dihadapannya, mereka adalah Edward, Aron dan Hendra."Ternyata ada mata-mata yang menyelinap ke PP lightning rose bos. Mata-mata itulah yang memanipulasi senjata dan memberikan informasi tentang semua rencana kita pada Tuannya bos." Jelas Aron"Hmm ternyata mereka mengirim anjing pelacak." Ucap Adit penuh seringai licik"Satu lagi bos, pembantaian itu terjadi karena Meiji sedang tak ada di markas dan saat kembali dia mendapat tembakan dan pukulan dari arah belakang bos." Tambah Aron"Berarti kita berurusan dengan lawan yang sama." Ucap Adit berfikir"Apa maksud tuan mereka juga mafia?" Tanya Hendra"Kalau dia bukan mafia, dia tidak akan mungkin tau dimana markas Meiji berada karena hanya sesama mafia yang tau hal
Adit dan Divya sedang berada di dalam mobil. Pasangan yang kasmaran itu sedang asik melempar candaan."Sayang, emang kamu cinta sama aku itu sejak kapan?" Tanya adik menggandeng tangan Divya, menautkan jari-jari mereka dan menciumnya sekilas sedangkan tangan yang satunya fokus menyetir."Sejak malam pertama kita, gak tau entah kenapa aku merasa nyaman sama kamu." Ucap Divya malu disertai wajah nya yang memerah."Cieeee....wajahnya merah gitu, gemes deh aku." Goda Adit"Ihhh kamu tuh fokus aja nyetirnya. Oh ya sayang, kalau kamu sejak kapan cinta sama aku?" Tanya Divya penasaran menatap wajah Adit intens"Hmm kapan ya, mungkin sejak kamu lahir kali." Canda Adit"Apaan sih, aku serius sayang." Uc
"Sayang." teriak Adit menggema di dalam Mancion, karena tak menemukan istrinya selama beberapa jam terakhir."Sayang, kau dimana?" Ucap Adit panik sampai membuka seluruh ruangan di Mancion. Bodohnya dia, kenapa tidak tanya dengan salah satu pelayan yang ada disana? Pasti salah satu dari mereka mengetahui keberadaan Divya."Sayang, kau sudah pulang?" Tanya orang yang berada di belakang Adit. Adit menoleh ke belakang karena mendengar suara wanita yang ia cari, dan langsung menghambur ke pelukan sang pujaan hati.Adit memeluk Divya dengan erat seakan tak mau ditinggalkan. "Sayang, kau dari mana saja?" Ucap Adit masih dalam keadaan memeluk istrinya. Adit memang sangat takut akan kehilangan orang yang sangat ia cintai, karna kejadian 2 atau 3 tahun yang lalu membuatnya sungguh terpukul atas kepergian sang kekasih yang meninggalkan nya di saat lagi sayang-sayang nya."Sa-sayang lepas dulu, aku susah bernaf
Berbeda ketika saat bersama istrinya, Adit selalu ceria, manja dan jahil. Tapi saat bertemu dengan orang lain dia selalu memasang wajah datar tanpa ekspresi, seakan tak peduli dengan keadaan disekitarnya."An, siapkan mobil kita ke markas." titah Adit kepada asisten nya yang bernama Anderson.Anderson adalah asisten pribadi Adit, orangnya tampan juga bijaksana, dan yang terpenting semua tugas yang diberikan selalu tuntas. Dia adalah salah satu orang kepercayaan Adit yang sudah lama bekerja dalam naungan Adit.Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Di lain tempat terlihatlah Aron, Hendra dan si pria dingin Edward. Adit dan Edward memang memiliki karakter yang hampir sama. Sedangkan Aron dan Hendra adalah tipe orang ceria, dan humoris. Namun dibalik sifat mereka itu tersimpan watak iblis tanpa belas kasihan."Hen, kita ganggu gak ya?" Tanya Aron menerawang ke langit-langit markas."
Saat divya begitu khidmat memandangi wajah Adit, tiba-tiba...."Apa sudah puas memandangi wajah ku sayang?" Tanya adit menatap lekat divya"Aku memang tampan sayang." Ujar Adit menyombongkan diri.Mendengar ucapan Adit, seketika wajah Divya bersemu merah. Ia bergegas untuk pergi, namun baru saja ingin melangkah Divya merasakan perih di bagian intinya."Awww, sakit." Teriak Divya karena merasakan perih akibat pergulatan panas mereka semalam."Apa masih sakit sayang?" Tanya Adit dengan wajah panik."Iya, ini sedikit perih." Jawab Divya membetulkan selimut tebal yang membungkus tubuh polosnya. Tanpa pikir panjang Adit langsung menggendong divya ke kamar mandi, dan refleks Divya mengalungkan tangannya ke leher kokoh milik Adit."Ma-mau apa kamu?" Tanya DivyaSeketika cup...ciuman singkat diberi
Divya sedang gugup menanti kedatangan Adit. "Aduh, kok aku jadi gugup gini yah. Tenang Divya kamu itu udah jadi bini orang, jadi buat apa kamu gugup toh diakan suami kami." Gumam divya yang duduk di tepi ranjang dengan meremas jari lentiknya.Tak lama kemudian pintu terbuka, menampakkan seorang pria gagah dengan pakaian pengantinnya mendekat ke arah Divya."Sayang, kamu ngapain?" Tanya Adit duduk di samping Divya"A-aku gak ngapa-ngapain kok. Hmm, kamu gak mandi dulu?" Tanya Divya terbata-bata"Oh yaudah aku mandi dulu. Tunggu aku yah, kamu jangan tidur duluan ok." Goda Adit menatap nakal Divya dan mengecup kilas bibir istrinya sebelum berlalu pergi.Seketika wajah divya memanas, degupan jantungnya tak lagi terkontrol. "Oksigen, mana oksigen. Aku tak bisa bernafas." Divya bermonolog sambil berusaha menormalkan degup jantungnya.Sekitar 30 menit kemudian, pint
Di sebuah ruangan mewah dengan hiasan yang memanjakan mata, terlihatlah seorang wanita cantik dengan gaun pengantinnya."Apakah keputusanku ini benar?" Gumam Divya menatap dirinya di cermin."Divya, apa kamu bahagia dengan pernikahan ini?" Tanya Valen menyelonong masuk tanpa suara dan langsung memeluk sahabatnya dari belakang.Divya yang mendengar pertanyaan pertanyaan mendadak itu, hanya bisa menganggukkan kepala dengan air bening yang muncul dari pelupuk matanya."Kalau kamu bahagia, kenapa menangis?" Valen melepas pelukannya dan menghapus air mata Divya"Ini air mata kebahagiaan bodoh." Divya menjitak kepala Valen pelan. Walaupun pernikahan ini tidak didasari dengan cinta tapi Divya akan tetap berusaha bahagia."Aduh, sakit tau." Valen mengusap kepalanya dan keduanya pun tertawa bersama"Div, ayo kita ke aula. Calon suamimu itu dah nun