"Versi cerita yang aku temukan adalah Tuan Rendy dan Tuan Rano dulunya sama-sama tergabung dalam anggota mafia Black Dragon di bawah kepemimpinan Tuan Tohir. Bisa dikatakan dulunya mereka bersahabat dekat. Mereka bahkan terlibat kisah cinta yang rumit." Leo menyalakan sebatang rokok lalu menghisapnya dalam-dalam. Menikmati racun nikotin itu sebelum akhirnya menghembuskan asapnya ke udara."Singkatnya begini. Papanya Sabia mencintai Rea anak Tuan Tohir, pimpinan mafia Black Dragon kala itu. Tapi Rea mencintai Papa Tuan Putri, yaitu Tuan Rano. Rupanya Tuan Rano justru mencintai gadis biasa-biasa saja seperti mama Tuan Putri.""Saat Papa dan Mama Tuan Putri menikah Rea memilih bunuh diri. Inilah yang menjadi awal mula keretakan hubungan mereka. Tuan Rendy tak terima pada kematian Rea dan dia menyalahkan Tuan Rano atas kejadian ini."Leo mengambil jeda untuk menghisap rokoknya lagi."Kemudian Tuan Rendy membuat suatu siasat, Tuan Rano di fitnah mencuri berlian senilai lima milyar. Tuan Ra
Hari ini adalah hari minggu jadi tidak ada yang mengusik tidur Bella. Gadis itu baru terbangun pukul delapan pagi, tepat ketika Gara keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambut basahnya dengan handuk."Selamat pagi sayang," sapa Gara terlihat aneh. Bagi Bella memang aneh karena Gara tidak biasa-biasanya mengucapkan selamat pagi pada Bella apalagi ditambah dengan senyuman yang aneh itu."Kamu kenapa Ra, kok aneh bener hari ini?"Bella berusaha duduk."Akhhh!!!" Seketika ia memekik kesakitan. Bella melihat keadaan kamarnya yang berantakan dengan pakaian yang bertebaran di lantai. Bella seketika tersentak kaget ketika ia ingat kejadian semalam."Ra, kita semalam... Kita sudah..."Gara menghentikan aktivitasnya mengerikan rambut. Ia duduk di pinggiran ranjang."Kenapa kaget begitu? Bukankah semalam kamu sepenuhnya sadar dan sudah mengijinkannya?"Bella menggigit bibir bawahnya. Semua berawal dari sebuah kalimat, "Ra, aku butuh bantuanmu untuk membuka resleting gaunku."Lalu Gara da
Ujian akhir semester ganjil berlangsung seminggu penuh. Selama ujian itu ada yang aneh dari Edo dan Sabia. Karena Gara orangnya sangat pemerhati sekali jadi dia langsung tahu jika ada hal-hal kecil yang tidak berjalan seperti biasanya.Kemudian ketika ujian terakhir hampir selesai Sabia tampak bangkit dari kursinya. Ia membawa kertas soal di tangannya. Saat melewati bangku Edo ia tampak meninggalkan secarik kertas kecil yang terlipat di atas lembar jawaban Edo."Sabia nyerahin apa sih ke Edo? Masa contekan? Sejak kapan mereka jadi akur dan sedekat itu? Bukannya selama ini Edo paling sering ya jelek-jelekin Sabia? Mana pernah bilang ilfil dengan cewek modelan Sabia yang nggak setia lagi. Ini maksudnya jilat ludah sendiri?" Batin Gara. Kebetulan ia duduk tepat di belakang Edo.Keluar dari ruang ujian Gara juga tidak menemukan Edo. Sahabatnya itu selama seminggu penuh tampak sedikit gelisah dan tak secerewet biasanya. Awalnya Gara pikir karena ujian. Tapi mustahil seorang Edo akan beruba
Keenam bocah berseragam SMA swasta itu duduk dalam satu meja yang sama. Di depannya sudah tersaji berbagai makanan dan minuman pesanan masing-masing."Ekhemm... Yang baru jadian bolehlah traktir kita," ujar Vano dengan sindiran tipis-tipis.Semua orang saling pandang menyelidik."Emangnya siapa yang baru jadian?" Tannya Bella dengan polosnya.Edo dan Sabia tampak saling kontak mata sebentar kemudian keduanya pura-pura sibuk masing-masing. Yang satu sibuk main HP, yang satunya pura-pura minum."Siapa lagi? Ya, kamu lah," jawab Vano."Emang kita jadian ya Ra?" Tanya Bella menoleh pada suaminya."Anggap aja yang waktu itu kita jadian," jawab Gara dengan nada cuek tapi sukses membuat wajah Edo dan Sabia berubah jadi masam."Yang mana?" Bella justru sengaja memanas-manasi."Yang waktu kamu abis demam." Gara pun termakan oleh pertanyaan Bella. Ia tidak sadar jika istrinya sengaja ingin memanas-manasi Sabia."Ohh, yang itu. Aku sampai lupa yang mana. Soalnya kamu bucin banget sih Ra. Sering
"Ish, si Sabia kayaknya hamil beneran deh. Karma tuh karena selalu jahat sama aku. Aku yang difitnah hamil dia yang sekarang hamil. Memang badas lah Kak Edo. Sat-set sat-set balesin dendam Kak Revan dengan cara tak terduga," Bella tak sengaja nyerocos senang di atas penderitaan Sabia.Kalau dipikir-pikir ucapan Bella memang ada benarnya juga. Dari kejadian Sabia kita bisa belajar bahwa setiap perbuatan yang kita tabur akan kita tuai juga pembalasannya. Mana ada kejahatan yang luput dari karma?"Gimana konsepnya sih Bel? Tadi negur Vano nggak boleh nebar omongan yang nggak-nggak kalo ga ada faktanya, takutnya jadi fitnah. Sekarang kenapa kamu nih yang malah merasa yakin Sabia lagi hamil." Gara berusaha mengingatkan istrinya agar senantiasa berada di jalan yang lurus."Ya, kamu lihat sendiri kan tiba-tiba dia mual begitu.""Nggak boleh kayak gitu sayang. Mau dia hamil atau nggak itu bukan urusan kita." Gara menasehati istrinya."Kamu gimana sih Ra. Awalnya kamu loh yang kepo dengan perm
Bella turun dari jet pribadi dengan dirangkul mesra oleh Gara. Gadis itu mengenakan stelan rok sepaha putih dipadukan dengan blazer panjang yang juga berwarna putih. Sebuah kacamata bertengger di atas hidung bangirnya. Rambutnya dibiarkan tergerai lurus panjang. Penampilannya dilengkapi dengan menjinjing tas kecil di tangannya. Sekilas penampilan Bella terlihat tidak glamor. Tapi benda-benda yang melekat di tubuhnya itu setara dengan rumah ratusan juga."Selamat datang di Venesia Tuan Muda dan Nyonya Muda Rihanda," sapa seseorang dengan pakaian jas rapi begitu Gara dan Bella menginjakkan kakinya di bandara internasional Marco Polo.Gara tersenyum ramah."Terimakasih sudah repot-repot menjemput kami Pak Enzo," kata Gara."Ini bukan hal yang merepotkan Tuan Muda Gara. Ini sudah menjadi kewajiban bagi saya untuk menjemput dan mengantarkan kemanapun Tuan Muda Gara dan Nyonya Muda Brlla selama berada di Venesia.""Mari kita lewat sini Tuan Muda dan Nyonya Muda." Gara dan Bella berjalan me
Dalam lelap tidur Gara, Bella jadi terpikirkan sesuatu saat melihat wajah suaminya itu. Entah mengapa tiba-tiba ia melihat bayangan anak kecil laki-laki yang wajahnya plek ketiplek dengan Gara. Seolah wajah itu copy paste saja."Bocah ini kayak Gara versi kecil. Pipinya gembil, ya ampun semenggemaskan itu kah? Lucunya. Jadi pengen cium pipinya," batin Bella."Maa..." Panggil anak kecil itu."Eh, dia panggil Mama. Siapa yang dia panggil Mama?" Bella bingung karena dirinya dipanggil mama oleh bocah yang memiliki wajah mirip Gara."Mama..." Bocah itu menerus memanggil Bella dengan sebutan mama."Mama? Kamu manggil aku mama?" Bella menunjuk dirinya sendiri dan bocah itu mengangguk dengan lucunya. Pipinya yang gembil itu bergerak naik turun saat ia mengangguk. Benar-benar seperti bakpau yang sangat lembut. Ya, ampun setelah dilihat-lihat bocah dengan wajah Gara ini lebih mempesona daripada Gara yang asli."Mama lagi apa?" Tanya bocah itu."Tunggu, tunggu, tunggu, ini maksudnya apa? Kamu in
"Halo, Buk," sapa Gara begitu ia mengangkat telepon dari Ibunya."Halo sayang. Gimana perjalanannya ke Venesia, lancar?" Tanya orang yang telah melahirkan Gara dari ujung sambungan telepon."Lancar Buk. Maaf ya Gara tidak langsung menelpon Ibuk karena Gara tiba disini sudah sore sementara di sana pasti sudah malam hari," terang Gara."Nggak apa-apa sayang. Yang penting perjalanan kalian lancar. Ibuk cuma mau denger itu aja kok.""Ibuk jangan khawatir," ucap Gara"Oh, ya, menantu kesayangan Ibuk mana Ra?" Karena tak mendengar adanya suara Bella di dekat Gara akhirnya Ibunya Gara itu pun menanyakannya keberadaan menantunya.Ibu mertua Bella memang sebaik itu orangnya. Jadi mertua sayang dengan menantu itu bukan sekedar mitos belaka ya. Ada kok mertua yang bisa sayang banget dengan menantunya seperti anak sendiri. Ibunya Gara contohnya."Lagi mandi Buk. Nanti kalau sudah selesai aku telepon Ibuk lagi," kata Gara memberitahu."Nggak apa-apa Ra, Ibuk cuma tanya doang kok. Nikmati waktu kal
"Udah?" Tanya Gara begitu Bella kembali ke ruang Kepsek."Udah," jawab Bella singkat."Terus, Bu Anjar mana?""Masih di belakang."Setelah percakapan itu suasana di dalam ruang Pak Kepsek menjadi hening. Mereka menunggu Bu Anjar membawa bukti yang mungkin bisa meringankan beban sanksi Bella dan Gara.Akhirnya Bu Anjar muncul juga setelah ditunggu-tunggu."Nunggu lama ya? Maafkan saya ya Bapak Ibu sekalian," ucap Bu Anjar sopan tak lupa diiringi senyuman ramah."Bagaimana dengan hasilnya Bu Anjar?" Tanya Pak Kepsek.Bu Anjar dengan gerakan sopan menyodorkan alat tes kehamilan itu ke atas meja Pak Kepek."Hasilnya Bella memang tidak hamil Pak," jawab Bu Anjar yang wajahnya jelas kentara jika ia menyembunyikan sesuatu. Rupanya Bu Anjar memilih untuk menukar hasil tes kehamilan Bella demi menyelamatkan bocah itu."Sekarang keputusan masalah ini ada pada Bapak Kepala Sekolah," ujar Bu Anjar."Baiklah, Gara dan Bella. Bapak masih belum bisa memutuskan sanksi ini. Bapak mesti memanggil wali
SMA swasta pagi ini benar-benar gempar dengan berita pengakuan Gara di acara dance kompetition bahwa laki-laki yang memiliki banyak penggemar itu telah menikah dengan Bella.Kini Gara dan Bella duduk ruang kepala sekolah berhadapan dengan kepala sekolah beserta empat wakilnya."Jadi, tolong jelaskan bagaimana kronologi pernikahan rahasia ini Gara?" Tanya Pak Kepsek."Bukan apa-apa. Kejadian kamu ini bisa dianggap pelopor bagi siswa-siswi lain untuk mengikuti tindakanmu. Yang terjadi di masa depan justru akan ada banyak siswa SMA yang melakukan pernikahan di bawah umur," ujar Bapak Kepsek."Jika pernikahan saya dan Bella dianggap sebagai sebuah tindakan yang salah dan tidak patut dicontoh maka kami meminta maaf kepada seluruh pihak yang bersangkutan di SMA swasta. Kami menikah bukan karena sebuah kesengajaan yang direncanakan," terang Gara merendah.Ia memang siap menghadapi situasi ini kala mengumumkan pernikahannya dengan Bella."Jadi? Karena apa?" Tanya Pak Kepsek."Karena kasus pem
"Kamu keren banget hari ini," puji Edo pada istrinya karena perempuan itu berani mengatakan hal sebenarnya di acara dance competition."Eh???" Sabia mendadak jadi blushing. Nggak biasa-biasanya Edo memuji dirinya."Beneran?" Tanya Sabia malu-malu."Bener." Edo berlutut di depan Sabia yang sedang duduk di sofa. Kemudian laki-laki itu mengusap perut istrinya."Kamu ngapain sih Do?" Tanya Sabia. Ia sebenarnya malu diperlakukan Edo seperti ini."Nggak apa-apa. Cuma pengen ngusap perut kamu aja. Udah keliatan agak buncit aja ya sekarang Bi?"Edo membuka baju Sabia dan mencium perut Sabia yang memang tidak serata sebelum-sebelumnya."Hai, kesayangan Papa gimana kabarnya hari ini?" Tanya Edo menyapa bayinya yang masih di dalam perut Sabia."Namanya juga udah empat bulan. Ini bahkan udah mulai kerasa gerak-gerak loh Do." Sabia memberitahu."Oh ya? Sejak kapan?" Tanya Edo antusias."Sejak dua hari yang lalu," jawab Sabia."Kok kamu diem aja nggak kasih tau aku?""Ck, kamukan sibuk tuh ngurusi
"CUKUP!!!" Teriakan keras itu membungkam mulut semua orang seketika."Gara?" Tanya Sabia yang sejak tadi diam saja di kursi penonton.Gara naik ke atas panggung. Ia berhenti di depan Bella."Ra..." Air mata Bella sudah tumpah. Trofi dan hadian di tangannya terlepas begitu saja. Saat ini hal yang ingin Bella lakukan adalah menghilangkan dari bumi daripada merasakan rasa malu yang tak tertanggungkan ini.Gara meraih kedua tangan istrinya."Bella, kita hanya punya dua tangan jadi kita tidak bisa membungkam mulut orang sebanyak ini. Tapi..." Gara mengarahkan kedua tangan Bella ke telinga."Kita bisa menutup telinga kita hanya dengan dua tangan agar kita tidak mendengar suara orang sebanyak ini."Bella menatap Gara dengan mata yang penuh dengan bulir-bulir kristal bening yang berjatuhan.Grep!Gara menarik tubuh Bella ke dalam pelukannya. Ya, laki-laki itu benar-benar memeluk Bella di hadapan banyak orang."Cih, kalian lihat saja kan. Dia benar-benar seperti gadis murahan yang bisa dipeluk
Keadaan di belakang panggung sudah mulai ricuh. Mereka yang tidak bisa menerima kekalahan mulai melayangkan protes pada panitia acara. Tapi panitia acara mengatakan bahwa keputusan dewan juri adalah mutlak."Baiklah, ini saat-saat yang paling kita tunggu. Pengumuman juara pertama."Penonton di luar sepi. Benar-benar sepi. Seakan mereka siap menerima kejutan berikutnya."Juara pertama dance competition tahun ini diraih oleh...""SMA swasta!""Whoooaaaaaaaaaaaa!!!"Teriakan penonton di luar begitu membahana. Tepuk tangan, suita panjang, dan teriakan kemenangan menjadikan tempat ini benar-benar berisik sampai-sampai mengalahkan kerasnya bunyi pengeras suara."Good job anak-anak! Kalian luar biasa. Selamat menjadi juara!" Kata Edo kepada anak-anak seni tari yang tampil hari ini. Tak terkecuali pada Bella, Vano, dan Vanilla."Ini berkat arahan dan bimbingan Kak Edo juga loh. Kak Edo yang terbaik pokoknya." Bella tersenyum sambil mengacungkan jempolnya untuk Edo. Jika itu Edo yang dulu past
Kompetisi dance tingkat kota yang sangat dinantikan di gelar hari ini. Kompetisi antar sekolah ini adalah kompetisi paling bergengsi di antara kompetisi-kompetisi yang lain. Pasalnya pemenang kompetisi ini akan menentukan prestasi dari sebuah sekolah.Antusiasme sekolah-sekolah lain juga sangat tinggi. Tiap tahunnya peserta kompetisi dance selalu bertambah. Bahkan tahun ini juga. Maka persaingan akan semakin ketat."Gara bagaimana dengan riasan wajahku?" Tanya Bella begitu suaminya memasuki ruang ganti yang disediakan khusus untuk para peserta lomba."Cantik," jawab Gara sambil mengelus pelan pipi mulus istrinya.Bella tersenyum mendengar pujian dari suaminya."Bella, kamu yakin akan mengikuti kompetisi ini?" Tanya Gara. Perasaan laki-laki itu khawatir karena peringatan Sabia sebelumnya."Kamu bicara apa Ra? Aku sudah tiga bulan berlatih keras demi kompetisi ini dan saat kompetisi ini tinggal hitungan menit untuk dimulai kamu justru melemparkan pertanyaan meragukan itu?""Aku hanya kh
"Aku mau ngelatih dance anak-anak kelas 11 untuk terakhir kalinya sebelum semua jabatan kita di sekolah di copot besok," pamit Edo pada Sabia.Besok memang sudah dijadwalkan untuk serah terima jabatan seluruh OSIS lama kepada OSIS baru.Sabia mengangguk. Edo sudah mau keluar dari kelas ketika Sabia memanggil."Edo!"Laki-laki yang dipanggil itu menoleh."Ya?""Kalau aku bilang jaga hati dari Bella apa boleh?" Tanya Sabia tampak ragu-ragu. Kemarin mereka memang baru saja melangsungkan pernikahan sederhana sehingga sekarang mereka sudah menjadi suami dan istri.Edo tersenyum singkat."Bella sudah jadi milik Gara. Jadi kamu jangan berpikiran yang aneh-aneh kepadaku Bi."Sabia membalas senyuman Edo. Tak berapa lama laki-laki itu benar-benar meninggalkan kelas.Sabia memilih untuk ke ruang OSIS, niatnya semula ingin melihat latihan acara serah terima jabatan ketua OSIS, namun di depan koperasi yang memisahkan gedung A dengan bangunan ruang OSIS Sabia bertemu dengan Gara."Ra!" Panggil Sabi
Bella tengah tertidur di kursi samping kemudi. Gadis kecil yang cantik jelita itu benar-benar damai sekali dalam tidurnya. Mamanya Bella tersenyum bahagia menyaksikan putri kecilnya."Lelah banget ya sayang mainnya hari ini sampe tidur pules banget," ucap mamanya Bella. Wanita itu mengemudikan mobilnya dengan tenang.Hari ini mereka baru saja bersenang-senang dari sebuah taman hiburan. Saking asyiknya main sampai-sampai mereka kemalaman di jalan saat pulang.Suasana yang tenang dan hati yang tenang seketika berganti panik kala mamanya Bella melihat datangnya sebuah truk dengan kecepatan tinggi dari arah depan. Truk itu sepertinya mengalami rem blong."Ini bagaimana? Ya Tuhan selamatkan kami," ucap mamanya Bella ketakutan.Ttttiinnnn!!! Tttiiinnnnnn!!!Truk itu mengklakson dengan keras membuat makanya Bella jauh bertambah panik. Sementara jarak truk itu semakin dekat saja.Demi menghindari tabrakan mamanya Bella membanting setir ke kanan.BBRRRAAAAAKKKKK!!!Sudut depan mobil itu mengha
Tok! Tok! Tok!"Bi, kamu lagi apa? Aku masuk ya," kata Edo.Sabia gemetar ketakutan. Ia meletakkan cutter itu di atas meja.Ceklek!Edo muncul di depan pintu tepat saat Sabia baru selesai meletakkan cutter. Edo jelas melihat hal itu. Apalagi sekarang posisi cutternya berpindah dari dalam gelas wadah pensil ke atas meja."Apa yang ingin kamu lakukan?" Tanya Edo penuh selidik.Sabia hanya menggeleng kaku. Edo meletakkan makanan dan susu yang dibawanya di atas meja. Ia kemudian meraih kadua bahu Sabia."Jangan gila Bi. Yang kita lakukan saja sudah gila. Kenapa kamu justru ingin menambah sesuatu yang lebih gila?"Sabia menggeleng. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis. Kehidupannya saat ini benar-benar di titik paling rendah. Ia tidak berdaya."Jangan pernah berpikir untuk mengakhiri hidup. Itu bukan solusi.""Tapi... Gara-gara aku orang tuamu."Edo meggeleng."Ini bukan gara-gara kamu saja. Tapi gara-gara kita. Kalau kamu memilih mengakhiri hidup. Bukan saja kamu yang mati tapi