"Halo, Buk," sapa Gara begitu ia mengangkat telepon dari Ibunya."Halo sayang. Gimana perjalanannya ke Venesia, lancar?" Tanya orang yang telah melahirkan Gara dari ujung sambungan telepon."Lancar Buk. Maaf ya Gara tidak langsung menelpon Ibuk karena Gara tiba disini sudah sore sementara di sana pasti sudah malam hari," terang Gara."Nggak apa-apa sayang. Yang penting perjalanan kalian lancar. Ibuk cuma mau denger itu aja kok.""Ibuk jangan khawatir," ucap Gara"Oh, ya, menantu kesayangan Ibuk mana Ra?" Karena tak mendengar adanya suara Bella di dekat Gara akhirnya Ibunya Gara itu pun menanyakannya keberadaan menantunya.Ibu mertua Bella memang sebaik itu orangnya. Jadi mertua sayang dengan menantu itu bukan sekedar mitos belaka ya. Ada kok mertua yang bisa sayang banget dengan menantunya seperti anak sendiri. Ibunya Gara contohnya."Lagi mandi Buk. Nanti kalau sudah selesai aku telepon Ibuk lagi," kata Gara memberitahu."Nggak apa-apa Ra, Ibuk cuma tanya doang kok. Nikmati waktu kal
Seharian ini Gara mengajak Bella untuk menyusuri keindahan Venesia menggunakan gondola, yaitu sejenis perahu terapung yang di gerakkan oleh seorang pendayung yang disebut dengan gondolier dengan sebuah dayung panjang.Gondolier yang hari ini membawa Gara dan Bella adalah laki-laki berusia sekitar empat puluhan. Ia memperkenalkan dirinya dengan nama Giovanni."Venesia memang sudah sejak lama sekali dikenal sebagai kota romantis bagi pasangan yang akan berlibur berdua.Selain dikenal dengan sebutan kota romantis Venesia juga dikenal dengan kota terapung. Venesia memiliki kanal terbesar yang menjadi koridor lalulintas air utama di Venesia." Sambil mendayung Giovanni sambil menceritakan tentang kota Venesia dengan nada seolah ia bangga lahir dan hidup di kota indah ini.Gara dan Bella pun menyimak penuturan Giovanni dengan perhatian penuh. Kedua bocah itu duduk berdekatan di atas gondola."Tepi kanal Venesia dihiasi oleh lebih dari seratus tujuh puluh bangunan yang sebagian besar berasal
Manisnya ciuman Gara kala senja itu masih terasa di bibir Bella hingga malam tiba. Bulan madu yang awalnya terasa terpaksa bagi Bella kini berubah menjadi suatu hal yang sangat Bella nikmati."Kenapa senyam-senyum sendiri?" Tanya Gara begitu mendapati Bella sedang tersenyum sambil meraba bibirnya.Saat ini mereka sedang menikmati makan malam berupa seafood di salah satu restoran mewah di kota Venesia."Ck, nggak kenapa-kenapa," ucap Bella berbohong.Gara meneguk air minum sementara Bella mengalihkan pandangan ke samping. Ia melihat seorang gadis yang mungkin usianya lebih tua dari Bella sedang diberikan kejutan oleh kekasihnya dengan meletakkan cincin di dalam gelas minumannya."Ya ampun ini serius kah sayang?" Tanya gadis itu tak percaya. Binar matanya terlihat begitu bahagia."Ya, sayang. Maukah kamu menikah denganku?" Ucap si lelaki.Gadis itu mengangguk sambil menahan air matanya. Ia begitu terharu dengan lamaran penuh kejutan yang diberikan sang kekasih."Lihat deh Ra. So sweet b
Dari kota Venesia Gara dan Bella beralih ke Roma. Sekarang mereka sudah berada di Fontana di Trevi atau air mancur Trevi."Fontana di Trevi atau Fountain Trevi, adalah kolam air mancur paling terkenal di Italia, Eropa, bahkan dunia. Tidak hanya karena keindahan artistiknya saja, kolam air mancur ini punya mitos yang sangat mendunia," kata Gara memberitahu istrinya.Sekarang mereka tengah berdiri bersama di pinggir kolam air mancur selebar 20 meter yang dihiasi dengan relief bergaya Barok paling besar di Roma dengan tinggi 26 meter.Kolam Fontana di Trevi berbentuk persegi panjang dengan satu sisi menempel ke tembok dan dihias dengan patung-patung. Terdapat patung Neptunus dan Triton, dewa laut dan berpuluh kuda laut yang mengitari mereka. Sungguh mahakarya arsitektur yang luar biasa indahnya."Kamu ini tidak percaya pada mitos tapi kenapa justru mendatangi tempat-tempat yang banyak mitosnya sih Ra?" Tanya Bella."Aku datang ke tempat-tempat ini bukan untuk mempercayai mitosnya Bella. T
"Tapi bagaimana caranya kau lolos dari bidikanku kali ini? Kau pasti tewas Bellatrix Hyuugo."DDOORRRR!!!Satu peluru baru saja dilontarkan lagi ke arah Bella. TRANNGGGG!!!Bella menepis peluru tersebut dengan katananya. Untung tadi ia sempat membawa katana untuk berjaga-jaga. Ternyata feeling-nya sebagai putri mafia cukup tepat. Musuh benar-benar hadir di hadapannya."Hahahaha... Mencoba menembakku? Setidaknya kau perlu jam terbang yang lebih tinggi. Kemampuan menembakmu yang payah itu hanya membuat posisimu persembunyianmu kini terungkap!"Bella tak menunggu apa pun laki. Ia berlari menyibak genangan darah. Sepatu dengan heels lancip setinggi tujuh sentimeter itu kini berlumur hercak merah.Tak! Tak! Tak!Suara hentakan kaki Bella yang menaiki tangga terdengar begitu nyaring di suasana yang hening.DOR!DOR!Dua tembakan dilepaskan dengan maksud untuk melumpuhkan Bella. Namun yang ada gadis itu justru melompat tinggi.DUAAKKKK!BBBBRRAAAKKK!!!Bella menendang daun pintu hingga terje
"AAAKKKHHHHH!!!" Lolongan itu terdengar nyaring di dalam markas Hell Devil. Laki-laki yang mengacaukan liburan Gara dan Bella kini terikat pada sebuah bagku. Tubuhnya tak tertutupi baju apapun. Ia hanya mengenakan celana pendek saja."Sttt... Jangan berisik. Kau kan laki-laki. Tahan dikit," ucap Bella sambik tersenyum menyeramkan. Ia kemudian mengambil belati yang lain. Sengaja mencongkel peluru di dalam bahu laki-laki itu tanpa bius apapun. Tak heran jika teriakan-teriakan kesakitan laki-laki itu begitu menyayat-nyayat telinga."Pak Freddy kita kehabisan alkohol ya?" Tanya Bella begitu menyadari jika ada Pak Freddy yang datang."Saya akan segera kembali untuk membelikan alkohol untuk Tuan Putri," ucap Pak Freddy."Ah, tidak usah repot-repot Pak Freddy. Ambilkan garam dapur saja."Demi mendengar ucapan Bella laki-laki itu langsung merasa ketakutan. Siapa sih yang sanggup membayangkan luka ditaburi garam?Bella berdiri, ia melihat hasil mahakarya mencongkel peluru dari pundak laki-laki
Grep!Gara memegang tangan Bella yang sibuk memasang perban."Kenapa?" Tanya Bella sambil melihat suaminya."Sudah. Aku bisa sendiri.""Ini sudah hampir selesai Ra." Bella cepat menyelesaikan acara perban tersebut."Kau banyak mengeluarkan darah. Yakin tidak mau ke rumah sakit?" Tanya Bella mengkhawatirkan suaminya yang wajahnya terlihat sedikit pucat. Selain karena menahan rasa sakit berjam-jam Gara juga cukup banyak mengalami pendarahan."Jangan membuatku seperti laki-laki lemah Bella." Gara menolak kebaikan istrinya. Ia mengambil jas yang tergeletak di atas sofa. Memakainya begitu saja demi menutupi tubuhnya yang tak mengenakan kaos ataupun baju apapun."Bukan seperti itu Ra. Tapi kan kamu tidak tumbuh dengan lingkungan yang keras seperti ini. Bahkan Mama saja mendidikmu dengan lemah lembut. Kemudian tiba-tiba di usia delapan belas tahun hidupmu berubah harus berhadapan dengan kekerasan berkali-kali. Kau tau maksudku, aku khawatir padamu."Gara berusaha mengancingkan jasnya dengan
Dengan telaten Bella membantu suaminya melepaskan jas yang dipakainya."Kamu mau pakai baju yang mana biar aku ambilkan," kata Bella."Tidak usah. Aku begini saja," ucap Gara sambil menarik Bella mendekat."Kamu sedang sakit Ra. Jangan maksain diri. Aji mumpung banget."Hanya dengan melihat wajah Gara saja Bella langsung tau isi otak mesum suaminya itu."Aku nggak sakit-sakit amat kok Bel," kilah Gara.Gara melepaskan tangan Bella. Ia memilih duduk di sofa sambil menyenderkan kepalanya. Bella pun mendekatinya."Duduk sini," kata Gara menepuk pangkuannya. Bella pun menurut tanpa protes. Lama-lama ia terbiasa juga dengan perlakuan Gara yang kadangkala seperti orang dewasa padahal toh sebenarnya ia masih seorang pelajar remaja.Cup!Gara mencium pipi istrinya."Bulan madu kita jadi rusak," kata Gara yang sepertinya menyayangkan adanya insiden ini."Masih sempat-sempatnya mikir bulan madu, kamu itu tertembak loh Ra. Peluru itu kalau meleset dikit aja bisa menembus jantungmu. Orang lain kh
"Udah?" Tanya Gara begitu Bella kembali ke ruang Kepsek."Udah," jawab Bella singkat."Terus, Bu Anjar mana?""Masih di belakang."Setelah percakapan itu suasana di dalam ruang Pak Kepsek menjadi hening. Mereka menunggu Bu Anjar membawa bukti yang mungkin bisa meringankan beban sanksi Bella dan Gara.Akhirnya Bu Anjar muncul juga setelah ditunggu-tunggu."Nunggu lama ya? Maafkan saya ya Bapak Ibu sekalian," ucap Bu Anjar sopan tak lupa diiringi senyuman ramah."Bagaimana dengan hasilnya Bu Anjar?" Tanya Pak Kepsek.Bu Anjar dengan gerakan sopan menyodorkan alat tes kehamilan itu ke atas meja Pak Kepek."Hasilnya Bella memang tidak hamil Pak," jawab Bu Anjar yang wajahnya jelas kentara jika ia menyembunyikan sesuatu. Rupanya Bu Anjar memilih untuk menukar hasil tes kehamilan Bella demi menyelamatkan bocah itu."Sekarang keputusan masalah ini ada pada Bapak Kepala Sekolah," ujar Bu Anjar."Baiklah, Gara dan Bella. Bapak masih belum bisa memutuskan sanksi ini. Bapak mesti memanggil wali
SMA swasta pagi ini benar-benar gempar dengan berita pengakuan Gara di acara dance kompetition bahwa laki-laki yang memiliki banyak penggemar itu telah menikah dengan Bella.Kini Gara dan Bella duduk ruang kepala sekolah berhadapan dengan kepala sekolah beserta empat wakilnya."Jadi, tolong jelaskan bagaimana kronologi pernikahan rahasia ini Gara?" Tanya Pak Kepsek."Bukan apa-apa. Kejadian kamu ini bisa dianggap pelopor bagi siswa-siswi lain untuk mengikuti tindakanmu. Yang terjadi di masa depan justru akan ada banyak siswa SMA yang melakukan pernikahan di bawah umur," ujar Bapak Kepsek."Jika pernikahan saya dan Bella dianggap sebagai sebuah tindakan yang salah dan tidak patut dicontoh maka kami meminta maaf kepada seluruh pihak yang bersangkutan di SMA swasta. Kami menikah bukan karena sebuah kesengajaan yang direncanakan," terang Gara merendah.Ia memang siap menghadapi situasi ini kala mengumumkan pernikahannya dengan Bella."Jadi? Karena apa?" Tanya Pak Kepsek."Karena kasus pem
"Kamu keren banget hari ini," puji Edo pada istrinya karena perempuan itu berani mengatakan hal sebenarnya di acara dance competition."Eh???" Sabia mendadak jadi blushing. Nggak biasa-biasanya Edo memuji dirinya."Beneran?" Tanya Sabia malu-malu."Bener." Edo berlutut di depan Sabia yang sedang duduk di sofa. Kemudian laki-laki itu mengusap perut istrinya."Kamu ngapain sih Do?" Tanya Sabia. Ia sebenarnya malu diperlakukan Edo seperti ini."Nggak apa-apa. Cuma pengen ngusap perut kamu aja. Udah keliatan agak buncit aja ya sekarang Bi?"Edo membuka baju Sabia dan mencium perut Sabia yang memang tidak serata sebelum-sebelumnya."Hai, kesayangan Papa gimana kabarnya hari ini?" Tanya Edo menyapa bayinya yang masih di dalam perut Sabia."Namanya juga udah empat bulan. Ini bahkan udah mulai kerasa gerak-gerak loh Do." Sabia memberitahu."Oh ya? Sejak kapan?" Tanya Edo antusias."Sejak dua hari yang lalu," jawab Sabia."Kok kamu diem aja nggak kasih tau aku?""Ck, kamukan sibuk tuh ngurusi
"CUKUP!!!" Teriakan keras itu membungkam mulut semua orang seketika."Gara?" Tanya Sabia yang sejak tadi diam saja di kursi penonton.Gara naik ke atas panggung. Ia berhenti di depan Bella."Ra..." Air mata Bella sudah tumpah. Trofi dan hadian di tangannya terlepas begitu saja. Saat ini hal yang ingin Bella lakukan adalah menghilangkan dari bumi daripada merasakan rasa malu yang tak tertanggungkan ini.Gara meraih kedua tangan istrinya."Bella, kita hanya punya dua tangan jadi kita tidak bisa membungkam mulut orang sebanyak ini. Tapi..." Gara mengarahkan kedua tangan Bella ke telinga."Kita bisa menutup telinga kita hanya dengan dua tangan agar kita tidak mendengar suara orang sebanyak ini."Bella menatap Gara dengan mata yang penuh dengan bulir-bulir kristal bening yang berjatuhan.Grep!Gara menarik tubuh Bella ke dalam pelukannya. Ya, laki-laki itu benar-benar memeluk Bella di hadapan banyak orang."Cih, kalian lihat saja kan. Dia benar-benar seperti gadis murahan yang bisa dipeluk
Keadaan di belakang panggung sudah mulai ricuh. Mereka yang tidak bisa menerima kekalahan mulai melayangkan protes pada panitia acara. Tapi panitia acara mengatakan bahwa keputusan dewan juri adalah mutlak."Baiklah, ini saat-saat yang paling kita tunggu. Pengumuman juara pertama."Penonton di luar sepi. Benar-benar sepi. Seakan mereka siap menerima kejutan berikutnya."Juara pertama dance competition tahun ini diraih oleh...""SMA swasta!""Whoooaaaaaaaaaaaa!!!"Teriakan penonton di luar begitu membahana. Tepuk tangan, suita panjang, dan teriakan kemenangan menjadikan tempat ini benar-benar berisik sampai-sampai mengalahkan kerasnya bunyi pengeras suara."Good job anak-anak! Kalian luar biasa. Selamat menjadi juara!" Kata Edo kepada anak-anak seni tari yang tampil hari ini. Tak terkecuali pada Bella, Vano, dan Vanilla."Ini berkat arahan dan bimbingan Kak Edo juga loh. Kak Edo yang terbaik pokoknya." Bella tersenyum sambil mengacungkan jempolnya untuk Edo. Jika itu Edo yang dulu past
Kompetisi dance tingkat kota yang sangat dinantikan di gelar hari ini. Kompetisi antar sekolah ini adalah kompetisi paling bergengsi di antara kompetisi-kompetisi yang lain. Pasalnya pemenang kompetisi ini akan menentukan prestasi dari sebuah sekolah.Antusiasme sekolah-sekolah lain juga sangat tinggi. Tiap tahunnya peserta kompetisi dance selalu bertambah. Bahkan tahun ini juga. Maka persaingan akan semakin ketat."Gara bagaimana dengan riasan wajahku?" Tanya Bella begitu suaminya memasuki ruang ganti yang disediakan khusus untuk para peserta lomba."Cantik," jawab Gara sambil mengelus pelan pipi mulus istrinya.Bella tersenyum mendengar pujian dari suaminya."Bella, kamu yakin akan mengikuti kompetisi ini?" Tanya Gara. Perasaan laki-laki itu khawatir karena peringatan Sabia sebelumnya."Kamu bicara apa Ra? Aku sudah tiga bulan berlatih keras demi kompetisi ini dan saat kompetisi ini tinggal hitungan menit untuk dimulai kamu justru melemparkan pertanyaan meragukan itu?""Aku hanya kh
"Aku mau ngelatih dance anak-anak kelas 11 untuk terakhir kalinya sebelum semua jabatan kita di sekolah di copot besok," pamit Edo pada Sabia.Besok memang sudah dijadwalkan untuk serah terima jabatan seluruh OSIS lama kepada OSIS baru.Sabia mengangguk. Edo sudah mau keluar dari kelas ketika Sabia memanggil."Edo!"Laki-laki yang dipanggil itu menoleh."Ya?""Kalau aku bilang jaga hati dari Bella apa boleh?" Tanya Sabia tampak ragu-ragu. Kemarin mereka memang baru saja melangsungkan pernikahan sederhana sehingga sekarang mereka sudah menjadi suami dan istri.Edo tersenyum singkat."Bella sudah jadi milik Gara. Jadi kamu jangan berpikiran yang aneh-aneh kepadaku Bi."Sabia membalas senyuman Edo. Tak berapa lama laki-laki itu benar-benar meninggalkan kelas.Sabia memilih untuk ke ruang OSIS, niatnya semula ingin melihat latihan acara serah terima jabatan ketua OSIS, namun di depan koperasi yang memisahkan gedung A dengan bangunan ruang OSIS Sabia bertemu dengan Gara."Ra!" Panggil Sabi
Bella tengah tertidur di kursi samping kemudi. Gadis kecil yang cantik jelita itu benar-benar damai sekali dalam tidurnya. Mamanya Bella tersenyum bahagia menyaksikan putri kecilnya."Lelah banget ya sayang mainnya hari ini sampe tidur pules banget," ucap mamanya Bella. Wanita itu mengemudikan mobilnya dengan tenang.Hari ini mereka baru saja bersenang-senang dari sebuah taman hiburan. Saking asyiknya main sampai-sampai mereka kemalaman di jalan saat pulang.Suasana yang tenang dan hati yang tenang seketika berganti panik kala mamanya Bella melihat datangnya sebuah truk dengan kecepatan tinggi dari arah depan. Truk itu sepertinya mengalami rem blong."Ini bagaimana? Ya Tuhan selamatkan kami," ucap mamanya Bella ketakutan.Ttttiinnnn!!! Tttiiinnnnnn!!!Truk itu mengklakson dengan keras membuat makanya Bella jauh bertambah panik. Sementara jarak truk itu semakin dekat saja.Demi menghindari tabrakan mamanya Bella membanting setir ke kanan.BBRRRAAAAAKKKKK!!!Sudut depan mobil itu mengha
Tok! Tok! Tok!"Bi, kamu lagi apa? Aku masuk ya," kata Edo.Sabia gemetar ketakutan. Ia meletakkan cutter itu di atas meja.Ceklek!Edo muncul di depan pintu tepat saat Sabia baru selesai meletakkan cutter. Edo jelas melihat hal itu. Apalagi sekarang posisi cutternya berpindah dari dalam gelas wadah pensil ke atas meja."Apa yang ingin kamu lakukan?" Tanya Edo penuh selidik.Sabia hanya menggeleng kaku. Edo meletakkan makanan dan susu yang dibawanya di atas meja. Ia kemudian meraih kadua bahu Sabia."Jangan gila Bi. Yang kita lakukan saja sudah gila. Kenapa kamu justru ingin menambah sesuatu yang lebih gila?"Sabia menggeleng. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis. Kehidupannya saat ini benar-benar di titik paling rendah. Ia tidak berdaya."Jangan pernah berpikir untuk mengakhiri hidup. Itu bukan solusi.""Tapi... Gara-gara aku orang tuamu."Edo meggeleng."Ini bukan gara-gara kamu saja. Tapi gara-gara kita. Kalau kamu memilih mengakhiri hidup. Bukan saja kamu yang mati tapi