Share

Bab 24

Penulis: Hibatillah S.
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-28 14:47:47

Di atas tempat tidur Bella sudah ada sebuah kotak besar berwarna pink yang cantik.

"Apa ini Ra?" Tanya Bella terlihat senang.

"Buka aja."

Bella tidak sabaran membuka kotak itu. Ia menarik pita yang tersimpul rapi di atas kotak. Lalu membuka tutup kotaknya. Sesuatu berwarna putih langsung melompat keluar begitu tutup kotak terbuka.

"Wahhh apa ini Ra?"

"Meooonggg..." Hewan berbulu putih yang sangat lucu itu pun mengeong pelan.

"Aaaaa... Garaaaa... Terimakasih hadiahnya." Bella mengambil kucing itu. Membelai bulu putihnya yang lebat.

"Suka hadiahnya?" Tanya Gara.

"Bukan suka lagi. Sangat suka."

Grep!

Bella menghambur tanpa sadar ke pelukan Gara karena saking senangnya.

"Terimakasih ya Ra."

"Kau sudah dua kali bilang terimakasih loh." Gara mengingatkan.

"Aku bakal bilang terimakasih terus karena aku benar-benar suka hadiah dari kamu."

"Aku kan kemarin sudah bilang tidak menerima ucapan terimakasih. Hanya menerima ciuman. Mana katanya kemarin mau cium aku di rumah?"

"Eh, kenapa mesti nagih
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 25

    "Bel, bangun." Gara membangunkan Bella.Bella tampak mengeliat dibalik selimut."Lima menit lagi Ra."Gara sudah rapi dan wangi dengan seragamnya tapi Bella, sudahlah jangan ditanya lagi. Ini pun sudah pukul tujuh. Jika bukan karena sesiang ini mana mungkin Gara mau membangunkan Bella.Sementara di rumah ini sudah tidak ada lagi yang mau membangunkan Bella. Alasannya jelas karena Bella sekarang sudah menikah. Semua orang tak enak pada Gara. Bahkan Tuan Rano juga tidak mau lagi membangunkan putrinya. Hanya Gara seorang saja yang bisa mengusik tidur lelap putri keluarga Hyuugo itu."Lima menit lagi aku tinggal ya. Ini aku sudah baik hati loh mau bangunin kamu. Kalau kamu nggak mau bangun ya udah aku berangkat sendirian aja.""Mataku lengket Ra."Gara tersenyum."Kalau nggak lengket berarti lepas Bel. Bisa ngelinding kemana-mana tuh bola mata." Celetuk Gara."Beneran loh Ra. Jangan bercanda. Aku tuh semalam jam tiga baru tidur.""Ya, kenapa nggak tidur lebih cepet?""Nggak bisa tidur aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-28
  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 26

    "Kenapa sih Van, La, ngebet banget ngajak ke kantin?" Tanya Bella yang heran karena ditarik oleh Vanilla ke kantin. Bahkan kesannya sangat memaksa. Ini terlihat seperti tidak biasa."Nggak apa-apa sih Bel. Laper banget aku tuh." Vanilla beralasan.Jika bukan karena dipaksa Vanilla dan Vano mungkin Bella tidak ke kantin. Soalnya tadi dia bawa bekel kok. Dia lebih senang makan roti buatan Gara ketimbang makanan di kantin."Kamu juga laper banget Van?" Bella menoleh pada Vano."Nggak sih. Aku tadi juga dibawain bekel sama Mama. Cuma kalo kalian ke kantin aku terus sama siapa?" Vano memasang wajah sok sedih."Ya, ampun Van laki-laki di kelas kita tuh ada selusin. Kenapa mesti kemana-mana ngekor kita sih? Gabung dong sama laki-laki lainnya." Vanilla menyalak."Kalo kalian nggak diikuti nanti kalo ada apa-apa yang melindungi kalian siapa?""Alah bilang aja kan kamu nggak punya temen lain selain kita. Ya kan Van?" Tanya Vanilla."Jangan jujur-jujur amat dong La." Vano nyengir kuda.Saat mere

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-28
  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 27

    "Apa lagi ini Kak Edo?" Tanya Bella. Ia juga harus bersikap menghargai Edo."Hadiah kecil aja. Buka deh!"Hadiah kecil Edo bilang. Padahal kotaknya aja segede gaban."Buka deh Bel. Aku penasaran nih," ujar Vanilla.Dengan sedikit ragu pada Gara, Bella pun membuka tutup kotak itu. Di dalamnya terdapat sebuah boneka beruang berwarna biru laut yang cantik dengan ukuran jumbo. Boneka itu terbuat dari kwalitas premium yang sudah barang pasti harganya menyentuh angka jutaan."Ya, ampun. Kok Kak Edo bisa tahu sih Bella suka boneka beruang? Warna biru lagi. Cantik banget."Edo tersenyum lebar. Sebuah senyum derita untuk Gara."Hehe... Tahu dong. Soalnya Bella pernah tuh post foto di kamar yang banyak boneka jadi aku pikir pasti kamu suka boneka.""Uhh... Lucu banget bonekanya. Makasih banyak loh Kak.""Iya Bella. Sama-sama.""Kak Edo nggak adih nih. Masa Bella doang yang ultahnya di kasih surprise. Kemarin Vano ulatah dibiarin tuh.""Ya, ampun Vano bisa dikira terong makan terong aku kalo kas

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-28
  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 28

    "Bella pulang. Bi... Bibi Ina. Oh, hai si Putih." Bella menyapa kucing anggora Turki berwarna putih yang sedang duduk di atas sofa."Meoonggg..." Kucing itu melompat turun. Ia mengesekkan kepalanya ke kaki Bella. Bella langsung berjongkok untuk membelai si Putih."Oh, Nona Bella sudah pulang?" Tanya Bibi Ina dengan senyuman ramah.Gara berdiri di belakang Bella. Ia menenteng boneka pemberian Edo dengan kesal."Bi, ini buat Bibi aja deh." Gara memberikan boneka itu pada Bibi Ina."Ra, jangan dong," protes Bella. Ia sudah berdiri sambil menggendong si Putih."Aku bisa beliin kamu setoko yang kayak gini tau nggak Bel," kesal Gara.Bibi Ina diam saja terjebak di antara Nona Muda dan Tuan Muda."Ya, tau. Tapi itukan dikasih Kak Edo. Nanti dikira nggak menghargai pemberiannya loh kalo dikasih ke Bibi Ina.""Bodo amat ya Bel. Aku nggak suka kamu kesenengan dapet hadiah dari Edo. Nah, Bi, ambil aja." Gara memaksa Bibi Ina untuk menerima boneka besar itu."Ih, Gara. Aku suka warnanya loh," Be

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-28
  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 29

    Bella turun dengan memasang wajah ceria. Padahal jauh di dalam hatinya ia masih merasa marah dan sedih akibat pertengkarannya dengan Gara."Bibi Ina..." Sapa Bella tersenyum manis."Eh, Nona Muda.""Lagi apa Bi?" Tanya Bella melihat aktivitas Bibi Ina di dapur."Mau masak makan malam. Nona mau request masakan apa?""Apa aja Bella makan kok Bi. Bella kan nggak pernah pilih-pilih makanan.""Ya, siapa tahu kan Nona lagi pengen suatu menu.""Bikin ayam goreng dong Bi. Bella kangen masakan rumahan Bibi.""Oke, ayam goreng. Mau pake sayur juga?""Sayurannya terserah bibi aja.""Oke siap."Bella melihat-lihat berbagai sayuran dan bumbu-bumbuan dapur yang berserak di atas meja. Lalu Bella terpikir untuk belajar masak. Daripada ia gabut kan? Mau mager di kamar males ketemu Gara. Mau rebahan di sofa malah lebih kelihatan gabutnya."Bi, ajari Bella masak dong."Bibi Ina tersenyum."Boleh. Tumben Nona mau belajar masak. Pasti karena pengen masakin Tuan Muda ya?" Goda Bibi Ina."Mana ada Bi. Bella

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-28
  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 30

    Pukul sembilan malam saat Gara selesai belajar Bella sudah terlihat tidur terlelap. Memang gadis itu selalu tidur lebih dulu daripada Gara. Ia selalu melewatkan belajar. Bella tidak akan membuka buku jika tidak sedang ada PR. Sementara Gara sangat rutin belajar sebelum tidur. Gara disiplin membagi waktu. Hidupnya sangat teratur.Gara melirik Bella sekilas. Ia merebahkan tubuhnya di samping Bella. Sempat bermain gawai beberapa saat. Ia melewatkan spam chat dari Sabia. Belakangan ini Gara memang mulai kurang membalas chat dari Sabia. Waktunya habis untuk bersama Bella."Tidur yang nyenyak Bel. Besok bangun pagi," gumam Gara. Ia meletakkan gawainya di nakas lalu bersiap tidur.Seperti hari-hari lainnya saat tengah malam Bella akan bermimpi buruk. Ia selalu melihat kejadian yang sama di dalam mimpinya. Mobil yang menghantam pembatas jalan, darah yang menetes di hamparan salju, kepala yang pecah, mata yang terkeluar, lalu Bella akan menjerit histeris ketakutan saat ada lampu terang yang men

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30
  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 31

    Bella membuka matanya. Tidak ada kantuk yang tersisa. Tidur berkualitas memang membuat tubuh menjadi segar.Bella menoleh. Gara masih terlelap. Tangannya setia melingkar memeluk pinggang Bella. Sepertinya laki-laki itu tetap memeluk Bella sepanjang malam yang tersisa."Jam berapa sih?" Bella meraih gawainya. Ia menghidupkan layar gawai untuk melihat jam."Wastaga jam 8!" Pekiknya kaget. Pantas tubuhnya segar. Eh, dia bangun kesiangan."Ra, Ra, bangun Ra. Kita sudah terlambat sekolah loh." Bella mengguncang bahu Gara. Laki-laki itu mengeliat.Sebenarnya tadi pagi Gara sudah bangun. Tapi karena tidak tega membangunkan Bella akhirnya hari ini ia memilih tidak sekolah. Yah, sesekali mungkin tidak apa-apa. Toh, Gara sudah sangat rajin sebagai siswa."Jam berapa Bel?" Gara membuka matanya."Jam delapan Ra!" Bella sudah akan melompat dari tempat tidur ketika Gara menarik tangannya."Kenapa Ra?" Bella menoleh."Kita nggak usah sekolah hari ini.""Hah? Serius? Seorang Gara ngajak tidak masuk s

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30
  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 32

    Gara masih menggandeng tangan Bella saat mereka melewati wahana ice skating. Gara menoleh."Mau nyoba main?" Tanya Gara."Aku nggak bisa Ra. Nanti malah jadi tontonan orang. Malu-maluin yang ada.""Aku ajarin.""Kamu bisa?""Dikit." Gara main tarik tangan Bella saja. Mereka berbelok ke wahana itu."Duduk sini bentar," perintah Gara menyuruh Bella menunggu di bangku panjang.Gara mengurus tiket. Tak berapa lama ia datang lagi ke tempat Bella sembari membawa dua pasang sepatu. Tanpa berkata apapun ia langsung melepaskan sepatu Bella, menukarnya dengan sepatu ice skating."Padahal kalau cuma pake sepatu gitu aku pun bisa," ujar Bella."Nggak apa-apa. Nggak tiap hari juga aku makein kamu sepatu kayak gini," jawab Gara sambil menyimpulkan tali sepatu Bella."Apa nggak love you sekebon aku kalo kamu so sweet gini Ra? Hehehehe..."Gara hanya mencibir candaan istrinya."Udah. Jangan tegak dulu. Nanti kamu bisa jatuh kalau nggak biasa pake sepatu itu." Padahal Bella baru saja akan beranjak tap

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 103

    "Udah?" Tanya Gara begitu Bella kembali ke ruang Kepsek."Udah," jawab Bella singkat."Terus, Bu Anjar mana?""Masih di belakang."Setelah percakapan itu suasana di dalam ruang Pak Kepsek menjadi hening. Mereka menunggu Bu Anjar membawa bukti yang mungkin bisa meringankan beban sanksi Bella dan Gara.Akhirnya Bu Anjar muncul juga setelah ditunggu-tunggu."Nunggu lama ya? Maafkan saya ya Bapak Ibu sekalian," ucap Bu Anjar sopan tak lupa diiringi senyuman ramah."Bagaimana dengan hasilnya Bu Anjar?" Tanya Pak Kepsek.Bu Anjar dengan gerakan sopan menyodorkan alat tes kehamilan itu ke atas meja Pak Kepek."Hasilnya Bella memang tidak hamil Pak," jawab Bu Anjar yang wajahnya jelas kentara jika ia menyembunyikan sesuatu. Rupanya Bu Anjar memilih untuk menukar hasil tes kehamilan Bella demi menyelamatkan bocah itu."Sekarang keputusan masalah ini ada pada Bapak Kepala Sekolah," ujar Bu Anjar."Baiklah, Gara dan Bella. Bapak masih belum bisa memutuskan sanksi ini. Bapak mesti memanggil wali

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 102

    SMA swasta pagi ini benar-benar gempar dengan berita pengakuan Gara di acara dance kompetition bahwa laki-laki yang memiliki banyak penggemar itu telah menikah dengan Bella.Kini Gara dan Bella duduk ruang kepala sekolah berhadapan dengan kepala sekolah beserta empat wakilnya."Jadi, tolong jelaskan bagaimana kronologi pernikahan rahasia ini Gara?" Tanya Pak Kepsek."Bukan apa-apa. Kejadian kamu ini bisa dianggap pelopor bagi siswa-siswi lain untuk mengikuti tindakanmu. Yang terjadi di masa depan justru akan ada banyak siswa SMA yang melakukan pernikahan di bawah umur," ujar Bapak Kepsek."Jika pernikahan saya dan Bella dianggap sebagai sebuah tindakan yang salah dan tidak patut dicontoh maka kami meminta maaf kepada seluruh pihak yang bersangkutan di SMA swasta. Kami menikah bukan karena sebuah kesengajaan yang direncanakan," terang Gara merendah.Ia memang siap menghadapi situasi ini kala mengumumkan pernikahannya dengan Bella."Jadi? Karena apa?" Tanya Pak Kepsek."Karena kasus pem

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 101

    "Kamu keren banget hari ini," puji Edo pada istrinya karena perempuan itu berani mengatakan hal sebenarnya di acara dance competition."Eh???" Sabia mendadak jadi blushing. Nggak biasa-biasanya Edo memuji dirinya."Beneran?" Tanya Sabia malu-malu."Bener." Edo berlutut di depan Sabia yang sedang duduk di sofa. Kemudian laki-laki itu mengusap perut istrinya."Kamu ngapain sih Do?" Tanya Sabia. Ia sebenarnya malu diperlakukan Edo seperti ini."Nggak apa-apa. Cuma pengen ngusap perut kamu aja. Udah keliatan agak buncit aja ya sekarang Bi?"Edo membuka baju Sabia dan mencium perut Sabia yang memang tidak serata sebelum-sebelumnya."Hai, kesayangan Papa gimana kabarnya hari ini?" Tanya Edo menyapa bayinya yang masih di dalam perut Sabia."Namanya juga udah empat bulan. Ini bahkan udah mulai kerasa gerak-gerak loh Do." Sabia memberitahu."Oh ya? Sejak kapan?" Tanya Edo antusias."Sejak dua hari yang lalu," jawab Sabia."Kok kamu diem aja nggak kasih tau aku?""Ck, kamukan sibuk tuh ngurusi

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 100

    "CUKUP!!!" Teriakan keras itu membungkam mulut semua orang seketika."Gara?" Tanya Sabia yang sejak tadi diam saja di kursi penonton.Gara naik ke atas panggung. Ia berhenti di depan Bella."Ra..." Air mata Bella sudah tumpah. Trofi dan hadian di tangannya terlepas begitu saja. Saat ini hal yang ingin Bella lakukan adalah menghilangkan dari bumi daripada merasakan rasa malu yang tak tertanggungkan ini.Gara meraih kedua tangan istrinya."Bella, kita hanya punya dua tangan jadi kita tidak bisa membungkam mulut orang sebanyak ini. Tapi..." Gara mengarahkan kedua tangan Bella ke telinga."Kita bisa menutup telinga kita hanya dengan dua tangan agar kita tidak mendengar suara orang sebanyak ini."Bella menatap Gara dengan mata yang penuh dengan bulir-bulir kristal bening yang berjatuhan.Grep!Gara menarik tubuh Bella ke dalam pelukannya. Ya, laki-laki itu benar-benar memeluk Bella di hadapan banyak orang."Cih, kalian lihat saja kan. Dia benar-benar seperti gadis murahan yang bisa dipeluk

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 99

    Keadaan di belakang panggung sudah mulai ricuh. Mereka yang tidak bisa menerima kekalahan mulai melayangkan protes pada panitia acara. Tapi panitia acara mengatakan bahwa keputusan dewan juri adalah mutlak."Baiklah, ini saat-saat yang paling kita tunggu. Pengumuman juara pertama."Penonton di luar sepi. Benar-benar sepi. Seakan mereka siap menerima kejutan berikutnya."Juara pertama dance competition tahun ini diraih oleh...""SMA swasta!""Whoooaaaaaaaaaaaa!!!"Teriakan penonton di luar begitu membahana. Tepuk tangan, suita panjang, dan teriakan kemenangan menjadikan tempat ini benar-benar berisik sampai-sampai mengalahkan kerasnya bunyi pengeras suara."Good job anak-anak! Kalian luar biasa. Selamat menjadi juara!" Kata Edo kepada anak-anak seni tari yang tampil hari ini. Tak terkecuali pada Bella, Vano, dan Vanilla."Ini berkat arahan dan bimbingan Kak Edo juga loh. Kak Edo yang terbaik pokoknya." Bella tersenyum sambil mengacungkan jempolnya untuk Edo. Jika itu Edo yang dulu past

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 98

    Kompetisi dance tingkat kota yang sangat dinantikan di gelar hari ini. Kompetisi antar sekolah ini adalah kompetisi paling bergengsi di antara kompetisi-kompetisi yang lain. Pasalnya pemenang kompetisi ini akan menentukan prestasi dari sebuah sekolah.Antusiasme sekolah-sekolah lain juga sangat tinggi. Tiap tahunnya peserta kompetisi dance selalu bertambah. Bahkan tahun ini juga. Maka persaingan akan semakin ketat."Gara bagaimana dengan riasan wajahku?" Tanya Bella begitu suaminya memasuki ruang ganti yang disediakan khusus untuk para peserta lomba."Cantik," jawab Gara sambil mengelus pelan pipi mulus istrinya.Bella tersenyum mendengar pujian dari suaminya."Bella, kamu yakin akan mengikuti kompetisi ini?" Tanya Gara. Perasaan laki-laki itu khawatir karena peringatan Sabia sebelumnya."Kamu bicara apa Ra? Aku sudah tiga bulan berlatih keras demi kompetisi ini dan saat kompetisi ini tinggal hitungan menit untuk dimulai kamu justru melemparkan pertanyaan meragukan itu?""Aku hanya kh

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 97

    "Aku mau ngelatih dance anak-anak kelas 11 untuk terakhir kalinya sebelum semua jabatan kita di sekolah di copot besok," pamit Edo pada Sabia.Besok memang sudah dijadwalkan untuk serah terima jabatan seluruh OSIS lama kepada OSIS baru.Sabia mengangguk. Edo sudah mau keluar dari kelas ketika Sabia memanggil."Edo!"Laki-laki yang dipanggil itu menoleh."Ya?""Kalau aku bilang jaga hati dari Bella apa boleh?" Tanya Sabia tampak ragu-ragu. Kemarin mereka memang baru saja melangsungkan pernikahan sederhana sehingga sekarang mereka sudah menjadi suami dan istri.Edo tersenyum singkat."Bella sudah jadi milik Gara. Jadi kamu jangan berpikiran yang aneh-aneh kepadaku Bi."Sabia membalas senyuman Edo. Tak berapa lama laki-laki itu benar-benar meninggalkan kelas.Sabia memilih untuk ke ruang OSIS, niatnya semula ingin melihat latihan acara serah terima jabatan ketua OSIS, namun di depan koperasi yang memisahkan gedung A dengan bangunan ruang OSIS Sabia bertemu dengan Gara."Ra!" Panggil Sabi

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 96

    Bella tengah tertidur di kursi samping kemudi. Gadis kecil yang cantik jelita itu benar-benar damai sekali dalam tidurnya. Mamanya Bella tersenyum bahagia menyaksikan putri kecilnya."Lelah banget ya sayang mainnya hari ini sampe tidur pules banget," ucap mamanya Bella. Wanita itu mengemudikan mobilnya dengan tenang.Hari ini mereka baru saja bersenang-senang dari sebuah taman hiburan. Saking asyiknya main sampai-sampai mereka kemalaman di jalan saat pulang.Suasana yang tenang dan hati yang tenang seketika berganti panik kala mamanya Bella melihat datangnya sebuah truk dengan kecepatan tinggi dari arah depan. Truk itu sepertinya mengalami rem blong."Ini bagaimana? Ya Tuhan selamatkan kami," ucap mamanya Bella ketakutan.Ttttiinnnn!!! Tttiiinnnnnn!!!Truk itu mengklakson dengan keras membuat makanya Bella jauh bertambah panik. Sementara jarak truk itu semakin dekat saja.Demi menghindari tabrakan mamanya Bella membanting setir ke kanan.BBRRRAAAAAKKKKK!!!Sudut depan mobil itu mengha

  • Terpaksa Menikahi Putri Mafia   Bab 95

    Tok! Tok! Tok!"Bi, kamu lagi apa? Aku masuk ya," kata Edo.Sabia gemetar ketakutan. Ia meletakkan cutter itu di atas meja.Ceklek!Edo muncul di depan pintu tepat saat Sabia baru selesai meletakkan cutter. Edo jelas melihat hal itu. Apalagi sekarang posisi cutternya berpindah dari dalam gelas wadah pensil ke atas meja."Apa yang ingin kamu lakukan?" Tanya Edo penuh selidik.Sabia hanya menggeleng kaku. Edo meletakkan makanan dan susu yang dibawanya di atas meja. Ia kemudian meraih kadua bahu Sabia."Jangan gila Bi. Yang kita lakukan saja sudah gila. Kenapa kamu justru ingin menambah sesuatu yang lebih gila?"Sabia menggeleng. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis. Kehidupannya saat ini benar-benar di titik paling rendah. Ia tidak berdaya."Jangan pernah berpikir untuk mengakhiri hidup. Itu bukan solusi.""Tapi... Gara-gara aku orang tuamu."Edo meggeleng."Ini bukan gara-gara kamu saja. Tapi gara-gara kita. Kalau kamu memilih mengakhiri hidup. Bukan saja kamu yang mati tapi

DMCA.com Protection Status