Effendy menatap Ashley, melihat wanita itu menekuk wajahnya. Kedua orangtuanya telah meninggalkan kediaman Abimanyu. Kini hanya tersisa mereka berdua.
"Apakah kamu puas?" Effendy menatap Ashley dengan rasa lelah."Puas apa? Papa hanya untuk ingin kamu memperlakukan aku dengan baik, Mi Amor. Aku adalah ibu dari putramu.""Sejak awal aku sudah mengatakannya, apakah aku harus mengulanginya lagi?" Effendy menekan. "Aku tidak mencintaimu Ashley. Semua yang terjadi di Bali itu adalah kesalahan. Aku menutup mata kalau kamulah yang merencanakan sesuatu dengan minuman itu. Aku terus menyalahkan diri sendiri karna merasa akulah yang sepantasnya bersalah karna tak mampu menolak minuman yang kamu berikan Lily. Aku mempertanggungjawabkan hal yang disebabkan oleh jebakanmu." Tegas Effendy. Dia tahu. Sejak awal dia tahu bahwa ada yang salah dengan minuman yang diberikan Ashley padanya. Dia merasakan hasrat tak biasa yang menggebu dengan segera. Effendy masih mempertahankan akal sehatn"Apa ini?" Effendy mengernyit. Andika hanya menjawab datar, "Bukalah."Chislon Abimanyu meraih amplop itu, baru saja dia hendak membukanya, ponselnya kembali berdering.Chislon mengeluarkan ponselnya dan melihat si pemanggil. Itu adalah Dewi Bimantara.Merasa tidak biasanya ibunda Ashley menelponnya, Chislon akhirnya mengangkat."Hallo, Ma." Panggilnya luwes. Sejak dulu Chislon memang terbiasa memanggil Dewi seperti itu karna wanita itu sendiri yang memaksanya memanggilnya demikian."Kamu ada waktu sekarang?"Chislon diam-diam menghela napas, "Ada apa Ma?""Mama ingin bicara denganmu. Tidak, ini tidak dengan ayahnya Ashley. Mama hanya ingin bicara empat mata dengan kamu.""Dimana?""Restoran Nafelion,""Aku ke sana."Effendy menutup ponsel, dia melanjutkan gerakannya tadi yang hendak membuka amplop yang di sodorkan oleh Andika, namun dokter muda yang merupakan sahabatnya itu melarang pelan, "Kamu sepertinya ada janji dengan Nyonya Bimantar
Effendy tahu bahwa pergi ke kediaman Bimantara untuk membawa Astakara kembali hanya akan membuat suasana semakin panas.Laki-laki itu akhirnya kembali ke kediamannya. Malam itu setelah membersihkan diri, Effendy mendapati sebuah pesan dari salah satu orang kepercayaannya. Itu adalah sebuah laporan kalau Andika datang mengunjungi apartemen Eleanor, tetapi ia sudah kembali ."Dia benar benar menyukai Ele?" Gumam Effendy dengan hati mendadak tidak suka. Mengingat Andika, dia teringat tentang amplop yang di berikan kawannya itu. Dia membuka, mendapati sebuah flashdisk, juga beberapa berkas bukti pemalsuan surat rumah sakit.Hati laki-laki itu mulai merasa tidak enak. Dia yang awalnya mencibir melihat Andika masih menggunakan flashdisk di zaman inovasi ini, mulai merasa penasaran.Dia mengeluarkan laptop dan memeriksa apa yang ada di sana.Di sana hanya satu file yang tampaknya sebuah rekaman. Ketika dia memutarnya, ia tahu bahwa itu adalah rekaman suara Ashley. "Aku akan berpura-pura ha
Ketika Eleanor bangun pada keesokan hari, presensi Effendy tak lagi ditemukannya, hanya sisa sisa kehangatan tubuh lelaki itu yang sempat dihidunya. Effendy mungkin pergi subuh tadi. Itu baru pukul setengah tujuh.Ada rasa sedikit tidak rela yang di rasakan Eleanor, sehingga membuatnya menepuk nepuk pipinya untuk mencari kesadaran. Biar bagaimanapun, Effendy adalah tunangan orang lain. Dia turun dari ranjang, mendapatkan sebuah note di atas nakas dengan tulisan elegan tegak bersambung, yang diyakininya sebagai tulisan Chislon Abimanyu.Maaf aku pulang tanpa memberitahu, kamu masih lelap tertidur. Terimakasih Eleanor.Segurat senyum hangat singgah di bibir Eleanor.***Mobil Effendy berhenti di depan gerbang kediaman Abimanyu, dia menyetir sendiri. Sayangnya, gerbang itu tidak kunjung dibukakan. Effendy turun dari mobilnya, dia mengenakan pakaian kasual yang membuatnya terlihat seperti ABG. Sang Tuan Muda Abimanyu itu melihat satpam kediaman yang menatapnya tidak enak."Mang Nurdin,"
"Apa maksud lelaki itu, Ashley?" Tegur Cakrawibowo pada Ashley yang kini tersengguk dalam pelukan Dewi. Effendy sendiri telah berlalu meninggalkan kediaman mereka."Jangan paksa dulu dia bicara, Mas. " Ucap Dewi bermaksud membela."Lalu aku harus diam seperti orang bodoh?!""Dia masih shock, Mas!""Kamu tahu sesuatu, eh?" Cakra menatap Dewi dengan tajam. Dewi Bimantara menatap suaminya dengan wajah kalut, namun dia tidak mengatakan apapun.Cakra tersenyum sinis, lalu berkata lagi, "Kamu terlalu lama menganggap dirimu bisa menggantikan aku, sehingga kamu mengabaikan kehadiranku, Dewi. Apa kamu kira aku tidak tahu semua kegiatanmu selama ini?"Dewi menatap suaminya, "Apa maksudmu?""Kamu bertemu dengan perempuan itu." Tukas Cakra, "Perempuan yang ternyata adalah putri kandungmu, eh?"Ashley tampak terkejut dalam pelukan ibunya, tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh sang ayah. Dia menarik diri dari pelukan Dewi dan menatap ibunya dengan kebingungan.Wajah Dewi menjadi pias. "Kamu sala
Kemarahan yang di rasakannya membuat Ashley merasa kepalanya blank. Semua yang terjadi membuatnya memusatkan kemarahannya pada satu orang, Eleanor.Pagi itu, dia menghentikan mobilnya di depan Hadasa Publishing, hanya untuk mencari cari sosok Eleanor. Namun menunggu menjelang jam makan siang, wanita itu tidak datang.Ashley turun dari mobil dan menaikkan kaca mata hitamnya. Bibirnya kini telah berpoles lipstik gelap, mengurangi kesan pucat di wajahnya. Dengan langkah cepat dia masuk ke rumah penerbitan itu, di pintu dia bertemu dengan seorang perempuan dengan id card sebagai editor akuisisi yang sepertinya keluar untuk makan siang."Maaf, apakah Eleanor ada?" Tanya Ashley tak menyia-nyiakan kesempatan.Wanita bernama Rima itu menggeleng, "Ibu tidak datang hari ini, dia mengecek pembangunan toko bukunya.""Boleh aku minta alamatnya?" Ashley memasang wajah memelas, "Ini penting sekali,"Rima mengamati Ashley sebentar lalu mengangguk. Ashley memberikan ponselnya, di sana Rima mengetikkan
Pengadilan Negeri. Effendy tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan benar benar berada di sana, menuntut sahabatnya sendiri atau ex tunangannya.Ashley hadir seorang diri, memakai pakaian serba hitam seolah ia akan pergi ke pemakaman. Persidangan berlangsung alot.Pihak Effendy menuntut atas kasus penipuan yang di lakukan Ashley padanya. Sebenarnya, mengingat hubungan baik mereka di masa lalu, Effendy tidak akan sampai hati. Namun Ashley telah membuatnya kehilangan banyak hal, termasuk pernikahannya dengan Eleanor yang di amanatkan ibunya.Pengacara Ashley terus berusaha berdalih dan mematahkan tuduhan-tuduhan, namun semuanya terkena sanksi. Pada saat penyelidikan lebih lanjut di lakukan, itu terbukti bahwa bayi yang ada pada Ashley adalah anak kandung Eleanor. Miranti bahkan di datangkan sebagai saksi dan menerima imbas penghukuman. Effendy telah berusaha menghubungi Eleanor, mendatangi wanita itu, di apartemennya, namun dia tidak menemukan apapun. Saat Effendy menghampiri Darmawat
Andika mengangkat sebelah alisnya, tapi ekspresinya tidak menunjukkan keheranan, "Mengapa kamu menanyakan itu padaku?""Kamu tidak perlu berpura-pura, Andika." Balas Effendy sembari mendekat ke arah sang tuan rumah, sehingga kini mereka berdiri berhadap-hadapan. "Katakan, dimana kamu menyembunyikannya?""Atas dasar apa kamu menganggap akulah yang menyembunyikan Ele, hm?" Tanya Andika pula sembari menyeruput minumannya dengan santai. "Diluar sana, mengapa bukan Tristan yang kamu cari?"Effendy meraih kerah baju Andika, kehilangan pengendalian dirinya untuk pertama kali. "Jawab pertanyaanku!""Woah, santai, brother." Balas Andika, ekspresinya bahkan masih terbawa santai. "Mari, apa tidak sebaiknya kamu duduk dulu?" Tawar Andika. "Segalanya bisa dibicarakan dengan kepala dingin."Effendy mendengus dan melepaskan cengkramannya. "Kamu tidak perlu berbasa-basi, katakan dimana dia berada!""Dia tidak bersamaku, tapi aku tahu dimana dia berada..." Jawab Andika pula. Minumannya di serahkan pad
Dua hari kemudian, Eleanor yang tengah memelototi ponsel mendengar pintu unit itu di ketuk. Dengan sedikit tergesa, dia bergegas membuka pintu dan mendapati Andika tersenyum manis sembari membedong seorang bayi. Laki-laki itu melangkah masuk."Dia masih tidur," ungkap Andika pula. Dengan hati -hati, dia meletakkan Kaisar di atas tempat tidur yang hangat. Bayi yang kini sudah berusia tiga bulan itu terlelap dengan tenang."Kamu jauh-jauh membawanya kemari," Ele menatap Andika dengan tak dapat menyembunyikan senyumnya. "Aku sangat berterimakasih....""Seperti yang tertulis dalam kontrak kita," imbuh Andika dengan senyum yang terus terulas. Sorot mata penuh binar Ele meredup sebentar.Diciumnya bayinya yang sedang tidur. Kalau tak ingat ia sedang tidur, Ele pasti akan menggendongnya ke sana kemari."Ponselku hanya menyimpan satu kontak, aku perlu menghubungi bunda dan karyawan Hadasa." Ucap Eleanor sembari menatap Andika. "Ah, kartu lamamu hilang, Ele. Aku benar benar meminta maaf.""Ba
Tiga hari berlalu, Eleanor yang menyibukkan diri merawat Kaisar memilih untuk tidak menaruh harapan besar. Dia hanya ingin melihat, sejauh apakah usaha Effendy mematahkan dugaan perselingkuhan yang dia saksikan.Menepati janjinya, pagi itu Effendy kembali datang ke kediaman Winata.Namun kali itu, dia tidak sendirian, melainkan bersama perempuan Indo-Prancis yang Ele kenali sebagai Irliana. Perempuan yang berciuman dengan suaminya.Gemma membawa Kaisar bermain -main ke taman, Gemmi turut nimbrung bersama kakaknya ke sana.Di ruang tamu, Eleanor duduk bersama Ayahnya. Sedang Anita memilih untuk tidak turut campur. Dia tidak menampakan dirinya di ruang tamu.Sultan mempersilakan Effendy dan Irliana duduk. Memindai sosok Irliana sejenak, lalu laki laki itu bicara. "Saya mendengar, putri saya meminta Anda memberikan bukti kalau Anda memang tidak berselingkuh."Effendy mengangguk, "Ini Irliana, perempuan yang merupakan sahabat masa kecil saya, juga yang disalahpahami sebagai selingkuhan sa
Effendy tahu bahwa Sultan Winata adalah salah satu orang terpandang yang cukup famous di negeri ini. Yang membuat dia terkejut, adalah kenyataan yang dia terima bahwa Eleanor adalah putri Sultan Winata bersama dengan Dewi Bimantara. Kedua orangtua dari istrinya ternyata masih hidup.Sekembalinya ke kediaman, Effendy di kabarkan oleh salah satu maid bahwa ada sebuah paket untuknya. Ketika dia membuka, itu adalah surat perceraian, yang menunggu tanda tangannya.Secepat itu?Effendy meremas kertas itu dan membuangnya ke sembarang arah. Dia tidak akan Sudi menandatangi surat perceraian itu. Chislon merasa hatinya menjadi dingin dan sakit, dia merasa Eleanor tengah membalasnya. Dulu, dia yang melayangkan surat cerai pada istrinya.Effendy tak ingin menunggu waktu yang lama, dengan mengendarai mobilnya, Chislon menuju kediaman Sultan Winata. Dia tidak merasa kesulitan karna alamat itu begitu gampang dia peroleh dari Mahesa.Kediaman Sultan Winata masuk dalam kawasan elit. Ketika ia turun da
Berita tentang Adallard Quentin yang melakukan kekerasan pada istrinya langsung menjadi konsumsi publik, perihal semua perlakuannya yang terekam di siarkan langsung ke sosial media.Kepolisian Indonesia akhirnya menyerahkan kasus itu pada Polisi Prancis. Berbeda dengan sebelumnya, polisi Prancis tidak bisa berbuat banyak atau menutup mata karna tekanan publik.Irliana kembali ke Prancis untuk menghadiri sidang putusan dan juga untuk pengajuan perceraian terhadap suaminya. Dia berjanji pada Effendy akan kembali ke Indonesia setelah urusannya selesai. Dia berharap, Effendy juga bisa segera menemukan keberadaan Eleanor. Wanita itu tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih dan maaf berulangkali.Effendy melepasnya di bandara, hanya mengangguk atas semua ucapan ucapan Irliana."Kabari aku jika sudah menemukan istrimu, aku akan kembali ke Indonesia untuk membantu menjelaskan semuanya... Aku juga ingin meminta maaf secara langsung padanya..." Itu adalah ucapan terakhir Irliana sebelum beran
Harapan Effendy meredup, sampai keesokan hari, istri dan anaknya tidak pulang ke rumah. Sedang Irliana untuk sementara dia izinkan tinggal di kediaman utama agar bisa langsung memberikan klarifikasi jika Ele kembali sewaktu-waktu.Eleanor bak di telan bumi, ponselnya tidak dapat di hubungi. Effendy sampai menggunakan nomor baru untuk menghubungi, namun tetap tidak bisa. Itu menandakan kalau Ele mungkin sudah berganti nomor saat itu juga.Ketika Chislon memutuskan untuk datang ke panti asuhan ke esokan harinya, dia tidak menemukan Eleanor di sana, bahkan menurut sang bunda, Ele tidak datang ke sana sama sekali.Rasa bersalah, marah, cemas dan khawatir membuat Chislon merasa tidak tenang. Dia berdiri di balkonnya, mengerahkan orang-orangnya untuk mencari keberadaan sang istri."Aku benar-benar minta maaf, Chislon." Irliana menghampiri Chislon yang berdiri di balkon lantai dua. Laki laki itu baru saja mengecek laporan dari orang-orangnya yang masih nihil."Sekalipun kamu meminta maaf rib
Ketika Effendy tiba di rumah yang di tempati Irliana, dia melihat sosok Adallard yang berdiri bersandar di sisi mobil miliknya. Laki laki dengan cambang halus yang menghiasi dagunya itu tersenyum miring ketika berhadapan dengan sosok Effendy.Keduanya berhadapan -hadapan dengan tinggi tubuh yang tampak setara. "Effendy Chislon Abimanyu," eja Adallard menilai laki-laki di hadapannya dari atas sampai bawah. Dia membuka mulutnya dan berbicara dalam bahasa Prancis, dengan suara rendah dan manipulatif. "Aku sudah tahu, kamu, memang Chislon yang itu. Sahabat masa kecil istriku...." "Irliana tidak suka dengan kehadiranmu." Tandas Chislon dalam bahasa Prancis."Siapa yang perduli," Adallard mengangkat bahu dan tertawa pendek. "Seberapa kuatpun kamu berusaha melindunginya, apakah kamu pikir hukum akan melindungi seorang laki laki yang menyembunyikan seorang wanita dari suaminya?""Kamu tidak pantas menjadi suaminya." Effendy tersenyum sinis, menghunus lawan bicaranya dengan pandangan tajam l
Effendy terbangun pagi itu, menyadari dia tertidur semalaman sembari memeluk istrinya. Eleanor masih lelap, wanita itu sepertinya tidak sadar membalas pelukan suaminya. Laki-laki itu sudah bermaksud membereskan permasalahan mereka hari ini. Dia tidak bisa membiarkan Ele dalam persepsi salah tentangnya lebih lama.Dia mengusap rambut Eleanor, mencium dahinya. Saat itu, Ele terbangun. Sang istri tampak terkejut menyadari posisi mereka dan langsung melepaskan diri, menjauh lalu perlahan bangun dari tempat tidur.Sebelum Effendy bicara apapun, Ele telah bergerak masuk ke dalam kamar mandi.Effendy hanya bisa menghela napas kasar. Dia pelan bangkit, bermaksud mengecek bayinya lebih dulu. Nyatanya Kaisar belum bangun. Ketika dia kembali ke kamarnya, Eleanor sudah keluar dari kamar mandi.Merasa Ele masih belum bisa di ajak bicara, Effendy akhirnya masuk ke kamar mandi. Dia berencana tidak akan ke kantor hari ini. Saat Effendy keluar, dia mendapati istrinya tak lagi ada di sana. Selagi ia me
Ketika ia terbangun, Effendy lekas membasuh wajahnya, lalu bermaksud keluar untuk kembali mencari ponselnya. Itu baru menjelang pukul enam pagi.Effendy melihat Irliana berada di dapur, sibuk memasak sesuatu. Mungkin sarapan pagi. Ketika dia melihat Effendy, Irli mendekat dan menyodorkan sebuah benda dari balik celemeknya."Ini ponselmu, aku lihat ketinggalan di pantry," kata Irli pula. Effendy sedikit berpikir, semalam ia mencari sampai kesana, namun dia tidak menemukan gawai tersebut di meja pantry. Atau dia hanya kurang memperhatikan?"Terimakasih," sambut Effendy pula. Irli menjadi lebih diam."Kamu sudah akan kembali?" Tanya wanita itu setelah kesunyian mengendap di antara mereka beberapa ketika."Ya,"Irli terdiam sejenak, "Aku membuatkan sarapan untukmu, apa tidak bisa menunggu?"Tak tega melihat wanita itu semakin kecewa, Effendy mengangguk. Lagipula itu hanya nasi goreng, lima menit kemudian telah matang.Maka keduanya pun sarapan di meja makan dengan duduk berhadapan muka. S
Supermarket terdekat dari rumah yang ditempati Irliana bukan supermarket besar. Wanita itu akhirnya memilih pergi berbelanja untuk mengisi waktu. Selain itu, Irliana adalah seorang yang suka memasak dengan tangannya sendiri.Penjagaan dari para guard Abimanyu masih terus ketat di sekitarnya, namun tidak membuatnya risih. Lagipula, setiap keluar Irli selalu menggunakan topi, kacamata dan masker supaya dia tidak di kenali. Wanita itu menyusup di salah stand dan mulai memilih sayuran.Di sampingnya, mendekat seorang lelaki dengan keranjang troli, mulai turut memilih sayuran. Irli tidak menatap atau memerhatikan sosok di sampingnya. Dia memilih fokus memilah milah sayuran untuk menu yang di masaknya malam ini. Irli merasa antusias, dia ingin mengundang Effendy nanti."Begitu manis, pasti suami Anda bahagia punya istri seperti Anda." Seseorang berbicara dalam bahasa Prancis.Seperti mendengar suara dari neraka, Irli tersentak. Suara serak dan manipulatif itu sangat di kenalnya. Dia menole
Beberapa hari berlalu dengan normal. Akhir-akhir ini Effendy pulang ke rumah tepat waktu, bahkan dia mengambil cuti dua hari untuk membawa Ele dan Kaisar berjalan-jalan, menghabiskan waktu bersama istri dan anaknya. Meski kecurigaan Ele mengendur, namun dia tetap tak lantas berhenti lama sekali.Pagi itu, Effendy memutuskan ke kantor karna ada meeting tentang pemetaan program di Maluku, mengenai usaha tambang Ab Gallia yang ada di sana.Ketika dia mandi, Ele tengah merapikan seprei. Saat dia menimbang akan mengganti seprei itu dengan yang baru, wanita itu melihat layar ponsel suaminya menyala. Effendy terbiasa menaruh ponselnya di nakas dekat tempat tidur. Terbawa penasaran, Ele mendekat dan melihat notifikasi.[Kapan mengunjungiku? Aku bosan.]Kata terakhir di bubuhi emoticon sedih. Ele membaca nama yang tertera di sana. Irry L.Siapa Irry L?Eleanor melihat ke arah pintu kamar mandi nun di sana, masih mendengarkan bunyi shower yang menderu tanda suaminya masih dalam aktivitas mandin