Share

Terpaksa Menikahi Pembantuku
Terpaksa Menikahi Pembantuku
Penulis: Vhiaraya

1. Jangan Lakukan Ini, Tuan!

"Aawww!" Hely memekik terkejut. "Ma-maaf, Tuan. Sa-saya tidak bermaksud untuk masuk ke kamar Tuan tanpa izin. Sa-saya ha-hanya ingin meletakkan baju pengantin, Tuan, saja."

Hely menoleh menatap tuxedo yang ia letakkan di atas tempat tidur sebelumnya. Wanita itu terus menunduk sama sekali tidak berani menatap majikannya.

"Kalau begitu, saya permisi." Hely pamit dan bersiap keluar. Sayangnya, ia kembali didorong ke tempat tidur. "A-aww!"

Merasa ada yang aneh, Hely memberanikan diri untuk mengangkat kepala. Namun, ia dikejutkan dengan gerakan tangan majikannya yang sedang melepas jas dan melemparnya ke sembarang arah. Terlebih selang beberapa detik, pria itu mulai melepas kancing kemejanya.

"Tu-tuan? A-apa ya-yang sedang Tuan lakukan?" tanya Hely terbata. Tubuh dan suaranya sudah mulai bergetar

Di sana, Ze terlihat sedang melucuti pakaiannya satu per satu. Takut terjadi hal buruk, Hely beranjak melangkah maju hendak keluar.

"Maaf, Tuan. Saya mau permisi keluar karena baju pengantinnya sudah saya antar." Baru berdiri , pergelangan tangannya direngkuh dengan paksa.

"Kau mau ke mana, hum?" tanya Ze dengan nada menggoda.

"Saya mau ke dapur, Tuan, ada yang harus saya kerjakan," jawab Hely menunjukkan raut takut.

"Nanti. Kau boleh ke dapur setelah urusan kita selesai, Mine," ujar Ze sambil mendorong Hely ke tempat tidur.

Karena pengaruh alkohol, Ze berhalusinasi bahwa wanita yang ada di hadapannya adalah Minerva, calon istrinya.

"Saya Hely, Tuan, bukan Nona Minerva," ujar Hely berusaha menjelaskan.

Lagi-lagi, Hely beranjak bangun. Namun belum sempat berdiri, Ze sudah kembali mendorongnya hingga ia jatuh terlentang di atas tempat tidur.

"Ayolah, Mine. Besok pagi kita menikah. Jadi, tidak masalah kalau kita melakukannya sekarang."

"Jangan lakukan ini, Tuan, saya mohon! Saya Hely dan bukan Nona Minerva," lirih Hely memohon. Ia beranjak duduk dan bergerak mundur secara perlahan.

Sementara Ze, dia melihat Hely yang memberingsut ketakutan di ujung kepala ranjang membuatnya ikut naik. Ia menarik paksa tangan Hely dan langsung mengungkung tubuh wanita itu.

"Aku akan melakukannya dengan lembut. Jadi, kau perlu takut," bisik Ze di telinga Hely.

"Tidak, Tuan, jangan! Jangan lakukan ini pada saya, Tuan!" teriak Hely memohon.

Tangannya bergerak memukuli dada bidang pria itu dan kakinya pun tidak berhenti menendang. Air matanya sudah memgerucuk deras bak menganak sungai. Namun sayangnya, hal itu tidak membuat Ze merasa kasihan. Pria itu semakin giat menggerilya menikmati setiap jengkal tubuh Hely.

Di tengah keputusasaan Hely, tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki yang terburu-buru. Suara sepatu pantofel yang diadu dengan lantai marmer itu semakin mendekat. Sepersekian detik kemudian, terdengar suara ketukan pintu berkali-kali.

Melihat secercah harapan, Hely berteriak meminta tolong sambil menatap ke arah pintu. "To-tolong! Siapa pun di luar, tolong aku!"

Mendengar suara wanita itu, sontak Ze mengangkat kepala dan membungkam bibir Hely dengan bibirnya. Tubuhnya terus bergerak lincah tanpa merasa kelelahan sedikit pun.

Dalam hitungan detik, kenop pintu bergerak ke bawah, dan pintu terbuka lebar. Terpampanglah dua sosok paruh baya dengan setelan pasangan berdiri di depan pintu dengan terkejut.

"To-long sa-ya, Tu-an, Nyo-nya," lirih Hely terputus-putus.

"Apa yang kau lakukan, Ze?" tanya Asilas dingin.

Asilas Cartwheel merupakan ayah dari Ze Cartwheel. Pria paruh baya itu begitu terkejut melihat putranya sedang berada di atas tubuh seorang asisten rumah tangga. Terlebih dengan istrinya, Diana. Wanita itu menutup mulutnya yang terbuka lebar dengan manik mata terbelalak. Bahkan tubuhnya terhuyung ke samping dan hampir terjatuh.

"Sayang." Asilas terkejut mendapati istrinya terhuyung. Pria paruh baya itu lekas meraih tubuh sang istri dan memeluknya.

"Ze, Pa. Bagaimana bisa putra kita melakukan hal keji itu pada Hely? Bagaimana bisa dia melakukannya di saat ke esokan harinya akan menikah dengan Mine?" Wanita itu menangis meratapi perbuatan putranya.

"Papa juga tidak tahu, Ma, tapi yang paling penting sekarang Mama tenang dulu," balas Asilas menenangkan. Padahal, ia sama kacaunya dengan sang istri.

"Tapi, Pa--."

"Tidak ada kata tapi, Sayang. Kita akan menyelesaikan masalah ini sama-sama," potong Asilas percaya diri.

Sementara itu, Ze mulai bergerak dan berbaring di samping. Sementara Hely, wanita itu lekas menyembunyikan tubuh polosnya menggunakan selimut. Ia bergerak turun dan duduk meringkuk di lantai.

"Anak itu benar-benar," ujar Asilas geram. Ia sudah berteriak sebelumnya dan sang putra sama sekali tidak menghiraukannya. "Mama tunggu di sini sebentar!" Lalu, ia melangkah cepat ke arah kamar mandi.

"Papa mau apa ke kamar mandi?" tanya Diana khawatir. Namun sayangnya, sang suami tak menghiraukan pertanyaannya.

Tidak berselang lama, Asilas keluar dari kamar mandi sambil membawa seember penuh air dingin. "Bangun, Ze!" teriak Asilas sambil menumpahkan air itu ke tubuh putranya.

Sontak, Ze langsung terbangun. Pria itu terduduk dengan terkejut. Raut wajahnya memerah dan terdengar suara eratan gigi yang saling diadu.

"Siapa yang berani melakukan ini padaku?!" Ze sama sekali tidak melihat kondisi tubuh polosnya. Ia juga sama sekali tidak menyadari keberadaan ayah dan ibunya di sana.

Ze bertanya, tetapi tidak mendapat jawaban apa pun. Namun tiba-tiba, pukulan keras mendarat di kepalanya. Sontak, kepala pria itu terdorong ke samping. Dengan tangan yang terkepal kuat, ia menggertakkan giginya.

"Siapa kau? Beraninya ...." Ze menoleh ke belakang dan mendapati sang ayah berada tepat di sampingnya, "Pa-papa? Apa yang Papa lakukan di sini? Lalu, kenapa Papa memukul kepalaku?" tanya pria itu terkejut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status