Julie menahan debaran jantungnya yang mulai menggila seiring dengan langkahnya menuruni undakan anak tangga.
Ia hampir tiba di lantai satu A Class. Saat itu lounge belum ramai karena mereka memang belum resmi buka, masih ada satu jam lagi menjelang jam operasional A Class resmi dibuka.
Ketika kakinya menjejak di anak tangga terakhir, Julie bisa melihat dengan jelas sosok Priska yang duduk di lounge dengan santai. Paha kirinya ditumpangkan ke atas paha kanannya, tangannya sibuk memainkan ponsel dan kepalanya sedikit menunduk.
Langkah Julie yang hari itu mengenakan kitten heels menggema di lounge yang lengang tersebut. Hal itu membuat Priska sepertinya menyadari kehadiran Ju
Ipang bersiul pelan sambil keluar dari mobilnya. Matahari siang itu bersembunyi malu-malu di balik awan kelabu. Namun, hal itu tak menyurutkan niat Ipang untuk mengajak istrinya kencan hari ini.Mumpung akhir pekan dan keduanya sedang tak sibuk.Ipang tak langsung masuk ke A Class. Ia berhenti di depan teras ruko sebelah A Class yang tempo hari ia belikan untuk Julie. Meskipun ia awam di dunia yang digeluti Julie, Ipang banyak mendengar dari adiknya kalau usaha Julie cukup maju.Menambah satu ruko lagi untuk memberikan pelayanan yang lebih maksimal pasti akan membuat A Class bisa semakin maju. Tentu saja Ipang su
“Aku mau makan sate taichan yang di samping Sency itu lho, Mas,” kata Julie sambil menatap ke luar jendela mobil Ipang dan menyaksikan bulir air hujan menempel di jendela. “Tapi hujan dan masih sore.”“Nanti agak maleman aja, gimana?” tawar Ipang.“Boleh deh.” Julie mengangguk. “Biar kayak anak muda gitu ya, pacaran di sate taichan Senayan, hehehe.”Ipang ikut tertawa. Kalau Julie tidak mengatakan keinginannya yang mau makan sate taichan di Senayan sana, mana tahu ia ada jajanan tersebut?Ketika mobilnya berhenti sejenak akibat kemacetan di ruas jalan Kemang (yang kemacetannya sudah tak mengherankan lagi
“Kamu geseran sini, Babe.”“Kenapa?”“Ada yang mau mepet-mepet sama kamu.”Julie melirik ke sebelahnya dan memang ada sekumpulan lelaki yang baru sampai, duduk tak jauh darinya. Kumpulan lelaki itu sepertinya teman satu geng motor atau sejenisnya karena motor yang mereka gunakan satu tipe semua.“Masa sih?”“Beneran, Babe. Kan kubilang, kamu kalau pakai seragam SMP juga masih cocok. Mereka pasti ngira kamu anak SMA atau baru masuk kuliah juga kayak mereka.”
Suri melirik kakaknya, lalu ganti melirik Julie yang ada di sebelahnya. “Mas Ipang kenapa? Bete banget mukanya kayak kurang jat—DUH!”“Aku tahu kamu mau ngomong apa,” sela Julie dengan galak setelah menyikut Suri, tapi malah membuat adik iparnya itu terkikik geli. “Nggak, dia bete bukan karena itu.”“Terus?”Julie mengawasi sekali lagi Ipang yang ada di kamar Suri di kediaman Ailendra tersebut.Saat sadar kalau Ipang tengah asyik sendiri memasukkan figura dan berbagai pajangan Suri dari rak ke dalam kontainer plastik, Julie menarik Suri supa
“Priska udah nggak ngehubungin Mas lagi?”Julie bangkit dari ranjang dan menghampiri suaminya. Ipang sejak tadi seperti kesulitan menyimpulkan dasinya, maka Julie menepuk pelan dada suaminya, lalu sang suami segera mengerti dan menyerahkan dasinya kepada Julie.“Nggak, kenapa? Kamu masih dihubungin dia?”“Nggak untungnya.” Julie agak berjinjit dan karena hal itu, Ipang merenggangkan kakinya supaya sang istri tak perlu berjinjit.Julie menyadari tindakan itu dan tersenyum lebar. “Pengertian banget kamu, Mas,” puji Julie. “Kamu tinggi gede sih, aku pad
Sialan, maki Ipang di dalam hatinya. Jadi perempuan yang bikin Ario dulu nelangsa selama setahun itu Julie?!Usai perkenalan yang cukup membuat Ipang terkejut (tapi dapat ia sembunyikan dengan baik), mereka lanjut membicarakan kebutuhan Julie secara profesional. Walau begitu, di kepala Ipang sudah muncul puluhan pertanyaan dan dialog yang sebenarnya tak ada jawaban pastinya.Bagaimana dulu Ario dan Julie bisa saling mengenal padahal mereka beda kampus?Apa yang membuat keduanya dulu putus?Karena Ipang tahu, Ario bukan tipe lelaki yang mempermainkan perempuan dan sangat setia kalau sud
“Selamat datang di A Class, Yo,” kata Julie sambil membuka pintu kaca A Class untuk mereka bertiga. “Ini salonku, sama kayak ruko sebelah, ada empat lantai. Kita liat sampai lantai empat dulu baru ke sebelah, gimana?”“Boleh.” Ario tentu saja setuju. “Emang kamu nggak capek?”“Nggaklah, aku udah biasa bolak-balik juga kok,” jawab Julie.Beberapa pegawai A Class mulai menatap kedua lelaki tampan yang berjalan di belakang Julie dengan tatapan kagum. Yang satu tentu saja sudah mereka kenali—suami atasan mereka yang jadi banyak incaran banyak perempuan
“Kamu nggak apa-apa nungguin Mas sendirian dulu di sana?” tanya Ipang dengan khawatir.Hari ini mereka janji makan malam di luar. Namun, Ipang tak bisa keluar kantor tepat waktu karena ada meeting mendadak yang tidak bisa di-reschedule.“Nggak apa-apa.” Julie baru saja menginjakkan kakinya di lantai 3A West Mall-nya Grand Indonesia. “Aku mau beli Ban Ban dulu, udah pengen itu dari kemarin. Mas mau nitip nggak?”“Ban Ban itu apa?”Pertanyaan Ipang yang disuarakan dengan polos berhasil membuat Julie terkikik geli. “Minuman, Mas. Ada macem-macem minumannya, kamu mau? Bisa dibawa pulang kok, jadi kalau ma