Julie terbangun dengan tubuh yang pegal-pegal, tapi merasakan kehangatan dari pelukan Ipang.
Ia menoleh ke belakangnya dan mendapati Ipang masih tertidur dengan nyaman. Lelaki itu sudah mengenakan kaosnya lagi, sementara Julie memakai piyamanya tanpa bra.
Tubuhnya terlalu lelah dan ia hanya menurut saja saat semalam Ipang membantunya membersihkan diri dan memakaikannya pakaian.
Dengan hati-hati, Julie mengurai pelukan Ipang di pinggangnya dan beranjak turun dari ranjang. Langkahnya tertatih-tatih, tapi sebisa mungkin ia menguatkan dirinya sampai dapur.
Di dapur, Julie segera membuka kabinet dan mencari Pop Mie yang kemarin ia taruh di sana. Beruntung ada dispenser yang galonnya masih terisi penuh, jadi Julie tak perlu menunggu air hingga masak di kompor dan langsung menyeduh Pop Mie-nya saat itu juga.
“Buka mulutnya, Jules.”“Kenyaaang.”Ipang tertawa dan mengangguk. “Oke, aku yang habisin.”“Tumben kamu dangdut banget, Mas, ngajak makan sepiring berdua.”“Ya nggak apa-apa, biar aku bisa suapin kamu.”“Kayaknya suapin aku jadi hobi baru kamu ya?” tanya Julie sembari mengisi gelas mereka yang sudah kosong.“Iya, anggap aja latihan buat nyuapin anak kita nanti.”Julie tertawa mendengarnya. Hari sudah siang dan mereka hanya berdua di bangunan vila utama, sementara yang lain pergi mengelilingi Bandung karena Nilam dan adik tiri Ipang yang lain ingin berburu kafe-kafe hits nan lucu di sana.
“Kamu kelihatan glowing banget hari ini,” komentar Suri. “Aku mau komentar yang macem-macem tapi kamu kan nikahnya sama masku sendiri. Aneh nggak sih kalau aku ngeledekin kamu yang iya-iya?”Celotehan Suri memancing gelak tawa Julie.Malam ini, Julie ingin ikut makan malam dengan yang lainnya karena tidak enak jika seharian benar-benar menghilang dari semua orang.Ipang setuju saja, meskipun kini usai makan malam, lelaki itu melipir ke teras karena harus menerima telepon dari salah satu sahabatnya untuk membahas mengenai Red House—salah satu usaha sampingan yang ia jalani dengan kelima sahabatnya.“Bakalan aneh kayaknya, jadi sebelum kamu mencoba, lebih baik urungkan niat kamu.”Suri cemberut dan tawa Julie semaki
[Hari kedua Julie menginap di rumah Suri. Julie kelas 1 SMA. Ipang kelas 2 SMA.]“Cowok yang tadi siapa, Ri?”“Yang mana?”“Yang ikut makan malam bareng kita tadi,” jelas Julie. Ia berbalik supaya bisa menghadap Suri yang masih duduk dan tengah memainkan ponselnya, sambil bersandar di headboard ranjangnya. “Aku nggak pernah liat dia sebelumnya.”“Dasar pikun,” ledek Suri. “Itu anak baru Papa. Kamu bulan lalu ketemu dia pas aku ajak temenin dateng ke acara arisan keluarga. Bahkan kuliat kamu nemenin anak itu ngobrol kok.”Ada kernyitan tak suka di wajah Suri saat mengatakan hal tersebut. Julie kembali mengingat hari y
[Hari kedua Julie menginap di rumah Suri. Julie kelas 1 SMA. Ipang kelas 2 SMA.]Lelaki itu meraih pergelangan tangan Julie dan melihat kalau terdapat goresan yang melintang di telapak tangan Julie.“Ke….” Julie panik mencari alasan yang tepat. Ia boleh pintar di akademis, tapi Julie cukup bodoh untuk mengarang alasan. “Kegesek kawat.”“Kawat di mana?”“Di taman.”“H-hei—”Julie dan Ipang menoleh, mendapati Raden yang menatap Julie dengan panik sembari menyembunyikan pisau di belakang punggungnya ketika sadar kalau Julie tengah bersama Ipang.Tapi Ipang sudah melihat benda tersebut. Ia menggeram marah saat sadar
“Perlu pakai bahasa apa lagi supaya kamu ngerti untuk nggak deket-deket sama istriku?”Ipang yang baru kembali naik ke lantai dua usai menyudahi telepon dadakan dari Ksatria, salah satu sahabatnya, menatap tak suka ketika Ipang duduk di dekat istrinya, Julie.“Maaas,” tegur Julie (yang sebenarnya lebih mirip dengan rengekan), ketika Ipang sudah menunjukkan ekspresi siap berperang dengan Raden.Julie tidak ingin ada baku hantam antara suaminya dan Raden—dan lebih parahnya lagi kalau hal itu terjadi di depan adik tiri Ipang yang lain.“Santai, aku belum bawa kabur istrimu kok,” sahut Raden dengan tenang, seakan tak masalah ditatap sebegitu galaknya oleh Ipang.Ipang ikut duduk di atas karpet tersebut, berdampingan dengan Julie dan ti
“Gimana weekend kemarin? Dari update di Instagram kayaknya seru juga liburan kalian.”“Lumayan seru sih, apalagi udara di sana agak beda dari Jakarta.”Hari ini adalah hari Senin, di mana akhirnya Julie belajar untuk benar-benar libur dari salon setiap hari Senin seperti yang sudah seharusnya—setelah bertahun-tahun masuk kerja terus. Candy mengajaknya pergiCandy mengangguk sambil tersenyum penuh arti. “Kayaknya kamu juga seru-seruan terus sama Mas Ipang ya?”Awalnya Julie tidak mengerti dengan apa yang dimaksud Candy. Hanya saja ketika tatapan Candy jatuh ke dada Julie, Julie segera menunduk untuk menemukan bajunya yang agak turun hingga memperlihatkan sekitaran dada bagian atasnya, yang terdapat bercak-bercak merah.
“Kok nggak mau sih?”“Males, mending di rumah aja.”Julie terkekeh geli ketika malam ini ia membahas lagi perihal balasan singkat Ipang yang membuatnya tertawa, karena entah kenapa sesuai dengan dugaan Julie. Balasan Ipang yang merupakan satu huruf ‘G’ dan artinya ‘nggak’ itu, masih teringat oleh Julie sampai sekarang.Pasti lelaki itu tidak mau untuk datang ke pernikahan Raveno.“Ya udah, aku dateng sama Suri dan Candy ya kalau gitu?”Pertanyaan Julie membuat Ipang mendelik. Lelaki itu sebenarnya lebih khawatir kalau Julie akan merasa sedih ketika melihat Raveno ada di pelaminan bersama perempuan lain.Bagaimanapun, harus ia akui kalau perasaannya pada Priska tidak bisa diband
“Ke The Clouds? Asyiiik!”Antusiasme di dalam suara Julie yang tidak disembunyikan tersebut membuat Ipang melirik istrinya. “Kamu antusias banget kayaknya aku ajak ketemu temen-temenku.”“Soalnya temen-temen Mas ganteng semua sih. Seger liatnya.”Ipang langsung menghela napas begitu mendengar jawaban jujur Julie barusan, sementara Julie terkikik geli karenanya.Usai dari resepsi pernikahan Raveno dan Kina, Ipang mengajak Julie ke The Clouds karena Ksatria mengatakan mereka perlu bertemu langsung untuk membahas mengenai laporan yang mereka terima beberapa hari yang lalu.Awalnya Ipang pikir Julie tak akan mau, tapi istrinya itu terlihat antusias.“Emang yang paling ganteng di antara kami berenam