“Nggak!” tolak Ipang langsung. “Nggak ada ya kamu ketemu sama dia.”
Julie langsung meringis begitu Ipang memberi penolakan dengan telak. Perempuan itu menatap ke luar jendela mobil sambil menggigit martabak tipker cokelat keju favoritnya.
Usai makan malam bersama di rumah, Ipang dengan iseng mengajak Julie untuk mencari camilan keluar. Julie pun tak keberatan karena dulu ia juga sering keluar malam-malam hanya untuk.beli martabak dengan kedua kakaknya.
Mereka pun mampir ke Martabak Pecenongan 78 untuk membeli martabak favorit Julie, martabak tipker cokelat keju, yang memang tipis dan kering hingga Ipang mengatakan kalau martabak itu lebih mirip dengan crepes.
Ipang tahu kalau istrinya adalah perempuan yang baik. Namun, ia tetap saja terkejut ketika mendengar kalimat pertama yang dilontarkan begitu mereka bertemu dengan Priska.“Kamu dan kandunganmu baik-baik aja?” tanya Julie begitu mereka memasuki kamar yang ternyata ditempati oleh Priska.Di sana Priska tak sendirian, ada Aldi yang duduk di samping ranjang menemani istrinya.“Baik,” jawab Priska dengan agak lemah. Wajahnya masih agak pucat, tapi seperti yang ia katakan pada Julie, ia baik-baik saja. “Maaf karena bikin kalian yang harus ke sini.”“It’s okay. Keadaannya juga nggak mendukung kan,” jawab Julie.Ald
Secara sadar dan setelah observasi mendalam, Ipang sadar kalau selama ini ia tidak punya obsesi terhadap apa pun.Sampai kemudian ia tahu kalau istrinya dulu rajin menulis buku harian.“Kamu beneran nggak apa-apa makan malam sama Papa Bagindo hari ini?”Kepala Ipang yang tadinya dipenuhi strategi untuk merayu istrinya supaya ia diizinkan membaca buku hariannya, langsung blank begitu Julie berbalik menghadap ke arahnya dan bertanya.Saat ini mereka memang ada di rumah orangtua Julie. Setelah huru-hara mengenai Priska selesai, mertua Ipang itu dengan kasual mengajaknya makan malam bersama di akhir pekan, juga seraya mengajak Suri dan ayahnya.
Makan malam itu berjalan dengan sempurna.Setidaknya, begitu menurut Julie dan Suri.Julie sendiri tak tahu apa yang dibicarakan Ipang sepanjang menunggu makan malam bersama ayahnya dan ayah mertuanya. Julie benar-benar meninggalkannya sendirian di sana karena ia ikut ibunya dan Suri untuk menyiapkan makan malam.“Udah pakai skincare?” tanya Ipang begitu keluar dari kamar mandi dengan pakaiannya yang sudah berganti menjadi piyama.Hari ini mereka memutuskan untuk menginap di rumah orangtua Julie, jadi Ipang malam ini memakai piyama yang dibawakan oleh istrinya dan ternyata merupakan piyama baru.Piyama yan
[Ipang dan Julie kelas 3 SMA]“Apa sih yang bikin kamu suka sama Mas Ipang?” Suri masih penasaran kenapa sahabatnya itu bisa menyukai kakaknya. “Perasaan masih banyak cowok yang lebih oke di luar sana. Tuh, si Boy aja keliatannya suka sama kamu.”“Boy yang anak sekelas kita waktu kelas satu kemarin?” tanya Julie dengan bingung, bukannya menjawab pertanyaan Suri, ia malah bertanya balik. “Yang ganteng itu?”“Iya.” Suri mengangguk penuh semangat. “Dia kan keliatan sedih banget pas kamu masuk kelas akselerasi. Terus masih suka nanyain kamu kok ke aku atau Candy.”Candy menganggu
Ipang menatap buku harian di tangannya, lalu berganti kepada istrinya yang masih berbaring di sampingnya dengan mata terpejam.Lelaki itu menghela napas dan menutup buku harian tersebut. Dengan hati-hati, ia menaruhnya di atas nakas dan berbaring di samping istrinya.Hari sudah beranjak pagi dan Ipang belum tidur sama sekali. Semalaman ia tak bisa berhenti membaca buku harian yang isinya dipenuhi dengan tulisan Julie.Tidak hanya tulisan, perempuan itu juga menempelkan beberapa barang yang menurutnya patut untuk dikenang—struk belanja atau ketika makan di sebuah restoran, tiket nonton di bioskop, dan bahkan beberapa foto polaroid.Meskipun untuk struk belan
“Kayaknya kamu jadi lebih ceria dari terakhir kali kita ketemu, Jules.”“Oh, ya? Masa?” Refleks, Julie menangkup kedua pipinya dan terkikik geli ketika menyadari gestur konyolnya tersebut.“Aku seneng liatnya.” Ario ikut tersenyum ketika menatap Julie. Namun setelahnya ia langsung berdeham. “Maksudku, aku seneng liat kamu lebih ceria. Kalau kata-kataku barusan didenger Ipang, bisa dijadiin tiang pancang aku sama dia.”Julie tak bisa menahan diri untuk tidak tergelak mendengar gurauan Ario. “Nggak bakal jadi tiang pancang juga kali, Mas.”“Semoga ya.” Ario meringis. “Oh ya, jadi kita uda
“Enaknya kasih hadiah apa buat Mas Ario sama istrinya ya, Mas?”“Hm….” Ipang mengusap dagunya. “Borgol bulu-bulu, cambuk dari kulit gitu, atau penutup mata. Gimana?”Ipang langsung tergelak ketika istrinya melotot begitu mendengar ide kado pernikahan untuk Ario darinya.“Maaas, sembarangan deh ngomongnya.” Julie menggerutu sembari menoleh ke sekitarnya dengan panik. “Kalau ada yang denger gimana coba?”“Nggak apa-apa, siapa tahu bisa menginspirasi yang lain.” Tangan Ipang terjulur untuk mengusap sudut bibir Julie di mana ada bercak kuah udon. “Serius, itu ide da
“Kamu mau kondangan atau memikat mantan lagi? Cantik banget.”Julie langsung mendelik begitu mendengar ucapan Candy. “Itu muji atau ngatain ya?”“Dua-duanya.” Candy langsung nyengir lebar. “Tapi serius, belum full makeup buat kondangan aja udah cantik pakai gaun itu. Gimana nanti pas hari H?”Julie berputar di depan cermin yang ada di butik milik Shua Tanaka tersebut. Hari ini ia mengajak Candy makan siang bersama lalu memilih gaun yang rencananya ia beli untuk ia pakai ke resepsi pernikahan Ario.Sebenarnya ia ingin mengajak Ipang, tapi suaminya itu sedang sibuk akhir-akhir ini, mengejar ketertinggalannya
"Kamu siap-siap dulu aja, Babe. Biar anak-anak aku yang urus," kata Ipang kepada Julie yang tengah menggendong Retta, anak ketiga mereka. Lelaki itu baru saja selesai membantu Taka berpakaian."Nggak repot kalau kamu yang urus anak-anak sendirian?"Berbeda dengan Julie yang meragu, Retta di gendongan Julie tampak bertepuk tangan tidak sabaran untuk berpindah ke gendongan sang ayah.Anak ketiga mereka yang menggemaskan itu terlahir sempurna, seorang anak perempuan yang lahir di bulan Maret dan diberi nama Diajeng Maretta Ailendra. Sama halnya dengan Raras, Retta bisa dibilang lumayan manja dengan Ipang."Nggak." Ipang menggeleng dengan yakin. "Kan udah pada mandi sama ganti pakaian."
“Pa, nanti Mas bisa main mobil-mobilan sama adek di perut Mama?”“Bisaaa.” Ipang mengangguk dengan yakin. “Mas bisa ajak Adek main mobil-mobilan atau boneka-bonekaan kayak pas main sama Raras.”“Asyiiik! Nggak sabar! Nggak sabar!”Suri yang sedang menemani dua keponakannya itu ikut bertepuk tangan senang dengan Taka, sementara Raras yang ada di pangkuan Ipang juga ikut tertawa saja. Meskipun baik Ipang maupun Suri yakin kalau Raras belum mengerti dengan apa yang mereka bicarakan.Siang itu Ipang dan Suri duduk-duduk santai di ruang keluarga kediaman Ipang. Julie sedang tidur siang dan Ipang berinisiatif mengajak anak-anaknya bermain, supaya istrinya bisa beri
Pangeran Biyas Ailendra: Bro.Badai Tanaka: Apa?Narayata Darmawangsa: ???Kalu Rakai Parvaiz: Apaan? @Pangeran Biyas AilendraKsatria Auriga Abimayu: Kalau ngomongnya tanggung-tanggung, nanti pantatnya kelap-kelip.Yogaswara Hemachandra: Apaan? Mau ngutang makanya lama ngetiknya? @Pangeran Biyas AilendraPangeran Biyas Ailendra: @Yogaswara Hemachandra SialanPangeran Biyas Ailendra: Aku
“Kamu yakin bisa ngehabisin semua ini?”Julie melirik sinis Candy yang barusan menanyakan pertanyaan sensitif untuknya—yah, setidaknya sensitif untuk Julie belakangan ini.Kenapa sih belakangan ini banyak yang sering nanya aku bisa habisin makananku atau nggak?!Candy segera menyadari kesalahannya. “Iya, iya, ampun,” katanya dengan cepat. “Aku cuma takut kamu kekenyangan dan nggak habis, terus nanti jadi sedih karena ngerasa buang-buang makanan.”Kunyahan Julie memelan dan bibirnya mengerucut sebal. “Bener sih kata kamu,” sahut Julie. “Tapiii, kali ini aku beneran yakin bisa ngehabisin makanan i
Ipang menatap anak-anaknya yang sedang bermain dengan mertuanya. Tatapannya melembut dan senyum selalu terpatri di wajahnya. Siapa pun yang melihat Ipang saat ini, bisa langsung tahu kalau lelaki itu sangat menyayangi keluarganya.“Senyum-senyum mulu,” komentar Janu yang baru saja duduk di sebelah Ipang. “Lagi mikir mau nambah anak ya?”Ledekan itu kerap kali didengar oleh Ipang dari mulut kakak iparnya, sejak sebelum Raras lahir. Saat itu, usia kandungan Julie sudah tujuh bulan dan mereka sedang berkumpul di kediaman ayah mertua Ipang.Selain keluarga Ipang, keluarga Julie memang punya agenda kumpul rutin yang masih terlaksana hingga kini.
“Babe.”“Ya, Mas?”“Suri udah punya pacar ya?”Julie menoleh dengan cepat—sangat cepat, hingga ia bsia mendengar tulang lehernya berderak karena gerakannya tersebut.Di sebelahnya, Ipang mengangkat satu alisnya, pertanda bahwa ia benar-benar membutuhkan jawaban atas pertanyaannya barusan.“Kok Mas tiba-tiba nanya begitu?” Julie memilih untuk bertanya balik terlebih dahulu.Di obrolan terakhir Julie dengan Suri, Suri bilang kalau ia belum bertemu atau berkomunikasi lagi dengan lelaki yang namanya belum Julie ketahui itu. Julie ba
“Kayaknya udah lama kita nggak makan siang di sini,” komentar Suri begitu masuk ke ruangan Julie diA Class.Julie terkekeh dan berpikir sebentar, baru kemudian mengangguk. “Iya juga, kita keseringanlunchdi luar atau di rumahku.”“Iya, soalnya masakan di rumahmu selalu enak dan aku suka main sama Taka dan Raras, hehehe.” Suri nyengir saat sadar bahwa salah satu alasan mereka jarang nongkrong diA Classlagi adalah karena keinginannya sendiri.Sejak memiliki anak, Julie belajar untuk membagi waktunya antara pekerjaan dan keluarganya.Kini Julie tidak lagi se-workaholicdulu. Ia mulai memberi keper
Waktu berjalan lumayan cepat. Setelah Bagindo akhirnya melunak dan mau mulai membiasakan diri dirawat oleh keluarganya, hari ini Bagindo diizinkan pulang ke rumah.Syukurnya, Bagindo belum membutuhkan operasi. Tapi lelaki paruh baya itu harus mengurangi intensitas pekerjaannya dan harussangatmemperhatikan pola hidupnya.Meski istrinya saat ini ada dua, nyatanya Bagindo selama ini tetap sering sesukanya. Saat Sinna dan Shanine sering menasehati serta mencoba mengatur hal-hal kecil nan penting demi hidupnya, Bagindo lebih sering membangkang.“Percuma punya istri dua tapi nggak ada yang didengerin,” cibir Salwa yang duduk di ruang tengah bersama Bagindo, Sinna, Shanine, dan hamp
“Kalian ini apa nggak punya kehidupan? Pulang sana! Ngapain di sini?”“Punya kok,” jawab Ipang. “Tapi aku mau di sini.”“Inget anak dan istrimu, Mas. Masa kamu tinggalin mereka begitu?!"“Mereka ngerti kok kenapa aku ke sini.”“Pulang sana! Besok juga Papa pulang. Ngapain sih kamu sampai nginep di sini berhari-hari?!” Kemudian seolah belum puas mengomeli Ipang, Bagindo beralih pada Raden yang duduk di sebelah Ipang. “Kamu juga pulang sana! Mamamu sama siapa di rumah?”“Sama Mama Salwa dan Mama Sinna. Ada Suri, Nilam, Sultan, dan Gusti juga kok.” Raden menjawab dengan santai. “Justru kalau kami pulang, Papa yang sendirian di sini.”“Ya, terus kenapa?”“Papa yakin mau sendirian?”Julie pernah bilang, katanya lelaki saat sedang sakit bisa dibagi menjadi dua kategori. Ada yang berubah jadi sangat manja sampai-sampai bertingkah seperti anak kecil (Ipang salah satunya) dan ada juga yang berubah jadi sangat galak hingga menyebalkan.Bagindo sepertinya adalah tipe kedua.Kalau dipikir-pikir,