“Aku mau minta maaf.”
“Lagi musim minta maaf atau gimana ini?” tanya Julie balik dengan kebingungan.
Julie mengangguk samar pada satpamnya, mengisyaratkan pada lelaki paruh baya itu kalau ia bisa membiarkan Abby dan kembali ke posisinya semula.
Abby pikir Julie akan mengajaknya masuk ke A Class, tapi perempuan itu malah berjalan kedai kopi yang berjarak tiga ruko dari A Class dan duduk begitu saja di salah satu kursi dengan meja berpayung yang ada di luar.
Abby menatap Julie dengan ragu, tapi mau tak mau ia pun mengikuti Julie dan duduk berhadapan dengannya. Seorang pegawai kedai kopi itu menghampiri mereka dan Julie lang
“Nggak!” tolak Ipang langsung. “Nggak ada ya kamu ketemu sama dia.”Julie langsung meringis begitu Ipang memberi penolakan dengan telak. Perempuan itu menatap ke luar jendela mobil sambil menggigit martabak tipker cokelat keju favoritnya.Usai makan malam bersama di rumah, Ipang dengan iseng mengajak Julie untuk mencari camilan keluar. Julie pun tak keberatan karena dulu ia juga sering keluar malam-malam hanya untuk.beli martabak dengan kedua kakaknya.Mereka pun mampir ke Martabak Pecenongan 78 untuk membeli martabak favorit Julie, martabak tipker cokelat keju, yang memang tipis dan kering hingga Ipang mengatakan kalau martabak itu lebih mirip dengan crepes.
Ipang tahu kalau istrinya adalah perempuan yang baik. Namun, ia tetap saja terkejut ketika mendengar kalimat pertama yang dilontarkan begitu mereka bertemu dengan Priska.“Kamu dan kandunganmu baik-baik aja?” tanya Julie begitu mereka memasuki kamar yang ternyata ditempati oleh Priska.Di sana Priska tak sendirian, ada Aldi yang duduk di samping ranjang menemani istrinya.“Baik,” jawab Priska dengan agak lemah. Wajahnya masih agak pucat, tapi seperti yang ia katakan pada Julie, ia baik-baik saja. “Maaf karena bikin kalian yang harus ke sini.”“It’s okay. Keadaannya juga nggak mendukung kan,” jawab Julie.Ald
Secara sadar dan setelah observasi mendalam, Ipang sadar kalau selama ini ia tidak punya obsesi terhadap apa pun.Sampai kemudian ia tahu kalau istrinya dulu rajin menulis buku harian.“Kamu beneran nggak apa-apa makan malam sama Papa Bagindo hari ini?”Kepala Ipang yang tadinya dipenuhi strategi untuk merayu istrinya supaya ia diizinkan membaca buku hariannya, langsung blank begitu Julie berbalik menghadap ke arahnya dan bertanya.Saat ini mereka memang ada di rumah orangtua Julie. Setelah huru-hara mengenai Priska selesai, mertua Ipang itu dengan kasual mengajaknya makan malam bersama di akhir pekan, juga seraya mengajak Suri dan ayahnya.
Makan malam itu berjalan dengan sempurna.Setidaknya, begitu menurut Julie dan Suri.Julie sendiri tak tahu apa yang dibicarakan Ipang sepanjang menunggu makan malam bersama ayahnya dan ayah mertuanya. Julie benar-benar meninggalkannya sendirian di sana karena ia ikut ibunya dan Suri untuk menyiapkan makan malam.“Udah pakai skincare?” tanya Ipang begitu keluar dari kamar mandi dengan pakaiannya yang sudah berganti menjadi piyama.Hari ini mereka memutuskan untuk menginap di rumah orangtua Julie, jadi Ipang malam ini memakai piyama yang dibawakan oleh istrinya dan ternyata merupakan piyama baru.Piyama yan
[Ipang dan Julie kelas 3 SMA]“Apa sih yang bikin kamu suka sama Mas Ipang?” Suri masih penasaran kenapa sahabatnya itu bisa menyukai kakaknya. “Perasaan masih banyak cowok yang lebih oke di luar sana. Tuh, si Boy aja keliatannya suka sama kamu.”“Boy yang anak sekelas kita waktu kelas satu kemarin?” tanya Julie dengan bingung, bukannya menjawab pertanyaan Suri, ia malah bertanya balik. “Yang ganteng itu?”“Iya.” Suri mengangguk penuh semangat. “Dia kan keliatan sedih banget pas kamu masuk kelas akselerasi. Terus masih suka nanyain kamu kok ke aku atau Candy.”Candy menganggu
Ipang menatap buku harian di tangannya, lalu berganti kepada istrinya yang masih berbaring di sampingnya dengan mata terpejam.Lelaki itu menghela napas dan menutup buku harian tersebut. Dengan hati-hati, ia menaruhnya di atas nakas dan berbaring di samping istrinya.Hari sudah beranjak pagi dan Ipang belum tidur sama sekali. Semalaman ia tak bisa berhenti membaca buku harian yang isinya dipenuhi dengan tulisan Julie.Tidak hanya tulisan, perempuan itu juga menempelkan beberapa barang yang menurutnya patut untuk dikenang—struk belanja atau ketika makan di sebuah restoran, tiket nonton di bioskop, dan bahkan beberapa foto polaroid.Meskipun untuk struk belan
“Kayaknya kamu jadi lebih ceria dari terakhir kali kita ketemu, Jules.”“Oh, ya? Masa?” Refleks, Julie menangkup kedua pipinya dan terkikik geli ketika menyadari gestur konyolnya tersebut.“Aku seneng liatnya.” Ario ikut tersenyum ketika menatap Julie. Namun setelahnya ia langsung berdeham. “Maksudku, aku seneng liat kamu lebih ceria. Kalau kata-kataku barusan didenger Ipang, bisa dijadiin tiang pancang aku sama dia.”Julie tak bisa menahan diri untuk tidak tergelak mendengar gurauan Ario. “Nggak bakal jadi tiang pancang juga kali, Mas.”“Semoga ya.” Ario meringis. “Oh ya, jadi kita uda
“Enaknya kasih hadiah apa buat Mas Ario sama istrinya ya, Mas?”“Hm….” Ipang mengusap dagunya. “Borgol bulu-bulu, cambuk dari kulit gitu, atau penutup mata. Gimana?”Ipang langsung tergelak ketika istrinya melotot begitu mendengar ide kado pernikahan untuk Ario darinya.“Maaas, sembarangan deh ngomongnya.” Julie menggerutu sembari menoleh ke sekitarnya dengan panik. “Kalau ada yang denger gimana coba?”“Nggak apa-apa, siapa tahu bisa menginspirasi yang lain.” Tangan Ipang terjulur untuk mengusap sudut bibir Julie di mana ada bercak kuah udon. “Serius, itu ide da