“Aku tahu kamu atau kakakmu akan hubungin aku.”“Mas Ipang kan yang bikin Mas Aldi babak belur kayak gini?” teriak Abby dari sambungan telepon tersebut.Ipang mengernyit dan menjauhkan ponselnya selama beberapa saat, setelah dirasanya Abby tak lagi meneriakinya, Ipang kembali mendekatkan ponselnya.Lelaki itu berjalan menuju dapur yang sepi karena Julie dan keluarganya sedang berada di halaman belakang.“Itu balasan untuk Priska yang udah berani-beraninya nyentuh istriku.”“Tapi Mbak Priska kan nggak mungkin hajar istrimu itu sampai kayak kamu hajar Mas Aldi kan?” Nada suara Abby terdengar semakin meninggi. “Kami bisa lapor polisi soal ini.”“Silakan lapor,” sahut Ipang yang tak takut dengan ancaman kosong tersebut. “Emangnya kamu punya bukti kalau aku yang hajar Aldi?”Abby terdiam dan sadar kalau mereka memang tak memiliki bukti jika Ipang-lah yang menyuruh orang untuk menghajar Aldi.Selama Priska dan Aldi di Jakarta, keduanya tinggal di apartemen Abby yang tidak Abby tinggali kare
“Ayo mandi bareng, Babe.”Julie memutar kedua bola matanya. “Jangan sekarang deh, Mas. Nanti kelamaan, ditungguin sama Mama kan mau masak makan malam.”Ipang terkekeh mendengar jawaban Julie. Sebenarnya ia iseng saja mengajak istrinya mandi bersama, tapi melihat bagaimana Julie menjawab dengan serius membuatnya tak bisa menahan tawanya.Julie yang sudah berdiri di depan pintu kamar mandinya langsung berhenti melangkah, ia menatap suaminya dengan mata yang memicing. “Mas isengin aku ya?”“Iya. Nggak nyangka dijawab serius juga. Jadi kalau kita nggak ada yang nungguin, bisa dong mandi bareng?”
“Ipang.”“Iya, Bang?”“Gimana rasanya jadi orang ganteng, sampai-sampai masih diincar sama mantan calon istri padahal udah nikah, Pang?”“Uhuk!”Julie langsung melirik sadis kakak sulungnya yang tengah cengengesan usai melontarkan pertanyaan tersebut. “Abang! Yang bener aja dong nanyanya!”“Aku kan cuma penasaran.” Janu mengedikkan bahunya tanpa merasa bersalah. Di sampingnya, Ivanka langsung sibuk menyikut sang suami. “Beritanya lumayan heboh soal Priska yang kayaknya bersikukuh balik sama Ipang, padahal dia yang lari di hari pernikahannya.
Usai menghabiskan akhir pekan di rumah keluarga Julie, Senin itu mereka beraktivitas lagi seperti biasa.Ipang yang sisi protektifnya semakin terlihat jelas, terus mewanti-wanti Julie agar menghubunginya jika terjadi sesuatu dan bahkan mengusulkan agar mereka bisa pergi dan pulang bekerja bersama.“Nggak efektif, Mas,” kata Julie yang berharap suaminya mengerti kalau ia tidak ingin merepotkan lelaki itu. “Capek nggak sih bolak-balik? Kalau sesekali sih aku nggak masalah. Tapi aku kan nggak mau kita tua di jalan. Lagian aku kan berangkatnya aja lebih siang dari kamu.”“Aku bisa menyesuaikan jam kerjaku juga kok.”Julie kembali m
“Aku mau minta maaf.”“Lagi musim minta maaf atau gimana ini?” tanya Julie balik dengan kebingungan.Julie mengangguk samar pada satpamnya, mengisyaratkan pada lelaki paruh baya itu kalau ia bisa membiarkan Abby dan kembali ke posisinya semula.Abby pikir Julie akan mengajaknya masuk ke A Class, tapi perempuan itu malah berjalan kedai kopi yang berjarak tiga ruko dari A Class dan duduk begitu saja di salah satu kursi dengan meja berpayung yang ada di luar.Abby menatap Julie dengan ragu, tapi mau tak mau ia pun mengikuti Julie dan duduk berhadapan dengannya. Seorang pegawai kedai kopi itu menghampiri mereka dan Julie lang
“Nggak!” tolak Ipang langsung. “Nggak ada ya kamu ketemu sama dia.”Julie langsung meringis begitu Ipang memberi penolakan dengan telak. Perempuan itu menatap ke luar jendela mobil sambil menggigit martabak tipker cokelat keju favoritnya.Usai makan malam bersama di rumah, Ipang dengan iseng mengajak Julie untuk mencari camilan keluar. Julie pun tak keberatan karena dulu ia juga sering keluar malam-malam hanya untuk.beli martabak dengan kedua kakaknya.Mereka pun mampir ke Martabak Pecenongan 78 untuk membeli martabak favorit Julie, martabak tipker cokelat keju, yang memang tipis dan kering hingga Ipang mengatakan kalau martabak itu lebih mirip dengan crepes.
Ipang tahu kalau istrinya adalah perempuan yang baik. Namun, ia tetap saja terkejut ketika mendengar kalimat pertama yang dilontarkan begitu mereka bertemu dengan Priska.“Kamu dan kandunganmu baik-baik aja?” tanya Julie begitu mereka memasuki kamar yang ternyata ditempati oleh Priska.Di sana Priska tak sendirian, ada Aldi yang duduk di samping ranjang menemani istrinya.“Baik,” jawab Priska dengan agak lemah. Wajahnya masih agak pucat, tapi seperti yang ia katakan pada Julie, ia baik-baik saja. “Maaf karena bikin kalian yang harus ke sini.”“It’s okay. Keadaannya juga nggak mendukung kan,” jawab Julie.Ald
Secara sadar dan setelah observasi mendalam, Ipang sadar kalau selama ini ia tidak punya obsesi terhadap apa pun.Sampai kemudian ia tahu kalau istrinya dulu rajin menulis buku harian.“Kamu beneran nggak apa-apa makan malam sama Papa Bagindo hari ini?”Kepala Ipang yang tadinya dipenuhi strategi untuk merayu istrinya supaya ia diizinkan membaca buku hariannya, langsung blank begitu Julie berbalik menghadap ke arahnya dan bertanya.Saat ini mereka memang ada di rumah orangtua Julie. Setelah huru-hara mengenai Priska selesai, mertua Ipang itu dengan kasual mengajaknya makan malam bersama di akhir pekan, juga seraya mengajak Suri dan ayahnya.