“Akhir-akhir ini kenapa sering turun gerimis ya. Padahal seharusnya bulan ini sudah masuk musim kemarau. Cuaca rupanya sedang tidak menentu kali ini. Oh ya Dek, kamu tadi bawa jaket tidak? Takutnya nanti kamu kedinginan.” Rindu hanya tersenyum saja menatap Raja penuh cinta. Suasana hati Rindu pagi ini teramat senang dan berbunga-bunga. Betapa tidak Raja begitu memperhatikannya. “Dek, malah senyum-senyum sendiri. Tahu-tahu kalau suamimu ini memang ganteng cenderung manis. Tapi jangan dipandangi terus-terusan begitu malu tau.” Raja memegang dagu Rindu sambil melihat bolak-balik seluruh wajah Rindu. Mulai mengecek barangkali masih pucat atau ada kendala apa tentang kesehatannya sambil terus fokus mengemudi. “Apa sih Mas, kenapa juga wajah Adik sampai di cek seperti itu. Memangnya semalam belum puas apa?” cetus Rindu sambil mencubit pipi Raja gemas. “Enggak Cuma mau cek kesehatan kamu. Alhamdulillah tanda-tanda arah ke lebih baik rupanya. Aku jadi tenang akhirnya kamu sembuh benar. A
“Loh Mas itu Doni ditangkap polisi.” Rindu menunjuk ke arah kanan mobil kami yang sedang melaju. Tepatnya di tepi jurang pas kita lewat setelah membeli minuman kemasan botol di warung. “Mana Dek? Salah liat mungkin kamu.” Aku coba mencari keberadaan Doni sesuai arah yang ditunjuk oleh Rindu. Ternyata benar dia Doni tengah diborgol oleh dua polisi lalu lintas. “Halah itu loh sayang sebelah pohon gede itu,” ucap Rindu kembali menunjukkan dimanah Doni di tangkap. Aku coba memelankan laju mobilku. “Oh ia dia Doni, oh aku tahu Dek sekarang. Berarti benar tadi Doni mengira mobil tetangga kita itu milik kita. Berarti dia salah sasaran Dek dan yang meletus tadi. Bisa jadi mobil tetangga kita yang jatuh ke jurang.” Aku lalu berasumsi akan salah sasaran dari target Doni. Pada akhirnya dia ditangkap kembali oleh kesatuan polisi lalu lintas. “Biarlah agar peristiwa kali ini menjadi satu pelajaran bagi Doni. Semoga dia sadar dan kembali ke jalan yang lurus. Lalu dia tak lagi mengganggu kehi
“Loh Mbak Bunga kenapa?”Rindu melihat Bunga yang tengah duduk di kursi roda jua. Tapi berbeda dengan Rindu yang duduk di kursi roda. Karena untuk mengistirahatkan kakinya. Agar lekas sembuh tak banyak bergerak. Sebab bila bergerak terlalu aktif tentu pulihnya akan lama. Sedangkan Bunga duduk di kursi roda. Sebab memang kedua kakinya tidak ada. Karena kesalahan Rudi beberapa bulan yang lalu. Setelah peristiwa diselamatkannya mereka oleh Raja dan Agung.Bunga mengalami kecelakaan hebat saat berkendara. Sebetulnya bukan murni kesalahan Rudi. Karena waktu itu Rudi sudah mengingatkannya. Agar tetap di rumah tak pergi dari rumah selama Rudi bertugas ke luar kecamatan. Rudi seakan mendapat penglihatan yang aneh sebelum kejadian. Akhirnya motor yang di naiki Bunga masuk ke galam kolong truk yang melintas berlawanan arah dengannya. Beruntung nyawa Bunga masih dapat tertolong. “Mbak Rindu tidak apa-apa kok saya. Mungkin ini memang sudah takdir saya seperti ini. Selamat ya Mbak atas kesemb
“Ayah aku takut!” Rindu agaknya trauma tentang beberapa bulan silam. Saat tragedi depan kamar Bu Juariah terjadi. Saat Doni hampir saja mengambil mahkota gadisnya. “Tenang Bunda kamar Ibu sudah direnovasi. Ruangan yang waktu itu sudah ditiadakan di ganti menjadi sebuah ruangan perpustakaan milik Ayah. Buku-buku tulisanku dahulu juga ada di sana.” Raja mengusap pelan kepala di atas hijab yang merah muda yang Rindu kenakan. Mengelus pundaknya perlahan agar Rindu tetap tenang. “Asallamualaikum semuanya, lihatlah Ayah, Ibu Tuan Putri kita telah kembali. Eh ada Dek Santi ya kapan pulang.” Raja memberi salam lalu mengarahkan kursi roda ke arah keluarganya yang sedang duduk-duduk santai di ruang tengah. Raja juga menyapa Santi yang tengah asyik bermain ponselnya. “Mas siapa Santi itu?” ucap Rindu berbisik pelan menatap Raja sambil mendongak kepala. “Santi itu adik sepupu aku yang sedari kecil sering di sini. Bahkan sudah dianggap sebagai putri Ayahku sendiri. Tenang masalah Santi bisa
Malam ini Rindu sedang asyik duduk di depan cermin meja riasnya. Rambutnya panjang tergerai perlahan ia sisir. Gelap masih tampak mendayu-dayu menyelimuti seluruh kamar. Hanya temaram sinar lampu hias menempel di sudut sebagai penerang. Ketika Raja datang menghampiri sambil mengendap-endap. Sampai saat Raja berdiri di sampingnya. Lalu Rindu menoleh perlahan menatapnya. “Waha, ha, huwa, ah enggak jadi maaf Bunda lanjut dah menyisir rambutnya, hehe.” Raja tertawa geli lalu kembali menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Merebahkan kembali lelahnya di atas tempat tidur empuk kamarnya sendiri. “Apa sih Ayah orang kok aneh enggak jelas!” ucap Rindu memutar tubuhnya menatap sang suami dengan tatapan aneh. “Kok aku yang enggak jelas Bunda. Ono no yang enggak jelas Author yang menulis. Orang romansa narasinya horor dasar. Begini kalau penulis spesialis novel horor di suruh mengikuti tren cinta-cintaan begini enggak jelas,” gerutu Raja. “Ayah itu Siska itu sebenarnya siapa sih. Bukanya kali
Ceklek, Santi mengunci pintu kamar Raja. Sedangkan Ibu Juariah dan Rindu sedang tertidur di dalamnya. Hari sudah sore menjelang magrib. Memang sengaja Santi melakukan hal ini. Agar ia leluasa pergi malam ini untuk menemui teman-temannya. Santi sudah berjanji dengan lelakinya yang bernama Alex. Lelaki itu berasal dari Negara Kanguru dan sangat berpengaruh pada Santi beberapa tahun ini. “Yes akhirnya aku bisa keluar dengan leluasa menemui Alex dan teman-teman. Ayah sedang tidak ada di rumah, bukankah dia baru saja berpamitan padaku. Pergi ke rumah Pak RT untuk merundingkan masalah kompleks di sini. Mas Raja juga belum pulang dari bekerja. Mari kita bersenang-senang tentunya.” Santi berlenggang melangkah pergi. Menuju tempat parkir bawah tanah dimanah mobilnya terparkir malas. “Ya Allah aku mendengar suara pintu di kunci dari luar. Apa aku yang salah dengar atau memang ada yang menguncinya dari luar. Ibu-Ibu bangun Ibu, ada yang mengunci pintu dari luar.” Telinga dan pendengaran
“Sial aku tahu jelas itu Santi yang mereka bawa. Aku harus membawanya pulang apa pun yang terjadi!” Roni yang kebetulan berada di dalam bar tengah asyik bercakap-cakap dengan temanya. Melihat Santi yang tengah digendong Alex masuk ke dalam satu lorong disalah satu bagian bar. “Hai siapa kau kawan yang tidak berkepentingan tidak boleh masuk ke dalam. Kau mengerti tidak pria kecil jangan membuat kami marah. Lalu terpaksa melakukan kekerasan.” Beberapa orang penjaga yang bertubuh kekar dan tinggi besar. Langsung mencegah Roni memasuki lorong saat mengikuti Alex dan teman-temannya. Alex masih tetap berdiri di depan mereka tak beranjak. Sambil terus mengamati kekuatan lawan dan jumlah lawan di depannya. Dalam hati Roni berkata, hem kalau aku melawan mereka. Tentu akan membutuhkan waktu sekitar lima menit sampai sepuluh menit. Bisa-bisa itu Santi segel gadisnya sudah dijebol oleh bule-bule gila itu. “Kenapa kau diam saja orang bodoh mau mati kau!” teriak salah satu penjaga dari dua pe
“Ayah tenanglah dulu bukankah kamu bilang Santi sudah ada pada Roni. Tadi catnya bukanya sudah di jalan menuju ke mari.” Rindu mengusap lengan Raja yang tampak kebingungan dan khawatir. Raja masih terlihat mondar-mandir lalu duduk kembali di atas kursi samping Rindu yang berada di atas kursi rodanya. “Anak itu memang dari sejak sekolah di Australia sulit di atur. Apalagi sejak ia kenal bule lelaki yang bernama Alex itu. Kalau saja aku yang jadi Roni tadi sudah aku babat habis dia!” Raja masih begitu emosi dan geram. Wajahnya memerah penuh rasa amarah tak terbendung. Bagaimana pun jua Santi sudah dianggap selayaknya adik sendiri oleh Raja. “Kalau Santi sudah sadar jangan dimarahi loh ya Ayah. Kasihan dia sedang tertimpa kemalangan. Kalau bukan kita yang menghibur dan menenangkannya siapa lagi.” Kata-kata Rindu seakan mengentakkan rasa hati Raja. Raja menatap kembali istrinya itu dengan penuh rasa kekaguman dan cinta. “Bunda terima kasih ya?” ucap Raja memegang pipi Rindu. “Teri