2 Bulan Kemudian ….“Aku sudah menyiapkan semuanya, kau hanya menurut apa yang diperintahkan oleh Dokter.”Kendrick menatap Diana yang duduk di kursi penumpang, wanita yang hanya bergumam. Mereka saat ini sudah berada di basement rumah sakit untuk melakukan tes DNA.“Kalau memang ini anakmu, kau harus bertanggungjawab,” ujar Diana dengan yakin, diangguki oleh Kendrick.“Jika terbukti itu bukan anakku, kau harus terima konsekuensi yang akan aku berikan.”Dina terdiam, jujur saja dirinya sedang tidak tenang, resah, cemas, dan semacamnya bercampur jadi satu. Ia bergumam untuk menetralkan suasana hatinya.“Turun,” titah Kendrick dengan tegas, ia keluar dari dalam mobil dan melangkahkan kaki mendekati pintu penumpang. Memastikan Diana tidak kabur.Diana keluar dari dalam mobil, lalu mencoba untuk mengamit lengan kekar Kendrick, tetapi mendapatkann penolakan dari pria di sisi kanannya.“Aku tidak ingin muntah saat ini, jangan menyentuhku.”Kendrick seolah tidak peduli dengan keadaan Diana
“Jadi apa yang kau ingin katakana? Aku dibolehkan untuk bekerja kembali?”Vindry terkekeh saat melihat raut wajah Kendrick yang menatapnya dengan datar, lalu ia menyandarkan kepala dibahu sang suami.“Hasil USG punyanya Diana,” ujar Kendrick, memberikan ponselnya kepada Vindry, dan istrinya langsung menegakkan kepala untuk melihat foto yang ada pada layar ponsel milik Kendrick.Vindry memperhatikannya dengan serius, walaupun masih terlihat samar, tetapi dirinya bisa melihatnya. Wajah pada janin di dalam foto USG memang tidak ada miripnya dengan Kendrick.“Kau yang menemani Diana untuk cek?” tanya Vindry, menatap Kendrick yang memberikan kode untuk melihat nomor siapa yang mengiriminya foto.“Aku tidak pernah menemaninya untuk pergi ke dokter kandungan, tetapi seseorang mengirimi foto tersebut,” ujar Kendrick, dirinya tidak ingin sang istri menaruh curiga kepadanya.Vindry menaikkan sebelah alisnya, lalu bergumam saat melihat nomor tersebut disimpan oleh Kendrick.“Nomornya tidak kau s
“Kau tidak ke kantor?”Vindry menatap Kendrick yang tiba-tiba memeluknya dari belakang, mereka saat ini sedang berada di dapur. Kendrick menaruh dagunya di bahu sang istri, melepas rindu setelah satu hari kemarin tidak berbicara.“Aku merindukanmu,” ujar Kendrick dengan lembut, membiarkan Vindry mengaduk segelas susu putih.Vindry hanya bergeming, tidak berbicara lagi, dan mencoba untuk melepaskan diri dari Kendrick.“Tidak cukupkah satu hari kau mendiamkanku?” tanya Kendrick, jangan ditanya seberapa frustasinya ia satu hari kemarin dann pada pagi hari ini.Vindry benar-benar tidak menjawab apa yang ditanyakan oleh Kendrick, membiarkan Kendrick memeluknya saat ini. Jujur saja, dirinya tidak bisa menolek perlakuan manis sang suami, tetapi rasa kesal masih dirasakan olehnya.“Kau masih marah kepadaku?” tanya Kendrick, tidak menyerah begitu saja untuk mengajak sang istri berbicara. Tetapi Vindry hanya bergeming, dan meminum dengan santai susu hamilnya.“Aku tidak ada berbohong kepadamu,
“Tidak bisakah kau dirumah saja hari ini?”Vindry merapihkan dasi sang suami, lalu menatap kedua mata Kendrick yang sedang menatapnya saat ini. Ia menunggu respon dari suaminya, cukup lama dan membuatnya jengah.“Tidak perlu kau kembali lagi ke sini. Aku tidak membutuhkanmu,” ujar Vindry dengan kesal, lalu melenggang pergi meninggalkan Kendrick yang berdecak.Kendrick menyusul Vindry yang pergi ke kolam renang setelah bertanya kepada salah satu asisten rumah tangganya, dan benar saja. Istrinya duduk di pinggir kolam dengann kedua kaki yang masuk ke dalam air.“Aku harus bertemu dengan Diana hari ini, aku tidak ingin kecolongan,” ujar Kendrick, hanya ditanggapi dengan bergumam dari Vindry.Pria dewasa itu melihat jam arloji yang melingkar pada pergelangan tangannya, lalu menatap sang istri yang memainkan kedua kaki di dalam kolam renang.“Kau bertemu dengannya, aku pastikan kau tidak akan bertemu denganku dalam waktu lama,” ujar Vindry dengan penuh penekanan, tanpa menatap Kendrick yan
“Kapan kau akan mengakhirinya?”Erlangga menatap Kendrick yang duduk di kursi sisi kanannya, mereka saat ini berada di balkon kamar bawah gelapnya langit.Erlangga memang mengosongkan jadwalnya hari ini untuk menemani sang adik yang ditinggal satu hari full oleh Kendrick, dan ia kesal dengan adik iparnya yang baru pulang satu jam yang lalu, pukul 10 malam.“Secepatnya aku akan mengakhiri semua ini,” jawab Kendrick dengan tegas, menatap kedua mata elang milik Erlangga.“Bagaimana progressnya? Aku tidak ingin melihat adikku semakin terpuruk karena rencanamu itu,” tanya Erlangga, membuat Kendrick melirik ke dalam kamar.Kendrick melihat sang istri yang sedang terlelap memeluk boneka besar darinya, ia menyadari rencananya saat ini memang menyakiti Vindry. Waktunya harus terbagi, dan sering sekali lepas kontrol disaat sedang lelah.“Vindry sedang hamil, kau harus ingat itu. Dokter mengatakan, usia kehamilan Vindry saat ini memungkinkan keguguran disaat sedang banyak kefikiran,” imbuh Erla
“Terimakasih, Kendrick.”Kendrick melangkahkan kaki memasuki apartement milik Diana, meninggalkan Diana yang terlihat berbinar dengan apa yang dibawa olehnya.Laki-laki itu memasuki kamar yang biasa disinggahi jika berkunjung ke apartement milik Diana, duduk di pinggir ranjang dan menatap sekeliling ruangan.Kendrick seperti sedang mencari sesuatu yang bisa ia gunakan sebagai bukti yang kuat. Foto yang dikirimkan kepada sang istri, mereka melakukannya di kamar ini.“Kau harus merasakan apa yang dirasakan oleh Zaiden,” gumamnya, lalu beranjak dan membuka laci.Tok! Tok!“Kendrick, ayok makan malam. Aku sudah membuatkan sup untukmu,” ujar Diana di depan pintu kamar, dan tidak ditanggapi apapun oleh Kendrick.“Kendrick,” panggil Diana, dirinya tidak menyerah begitu saja. Sedangkan Kendrick berdecak dan menutup kembali laci setelah merapihkan isi laci.Laki-laki itu melangkahkan kaki mendekati pintu kamar, lalu membukanya dan menatap datar Diana yang tersenyum kepadanya.Kendrick member
“DIMANA VINDRY?” Kendrick berteriak setibanya di rumah, dan dirinya tidak menemukan keberadaan istrinya. Ia ingin melepas penatnya hari ini, tetapi Vindry menghilang membuatnya semakin penat. “AKU TANYA. DIMANA VINDRY?” Keenam asisten rumah tangga Kendrick hanya menunduk ketakutan, mereka takut dengan sosok tuan majikan mereka saat ini. “Mommy membawanya untuk pergi mencari makan,” ujar Daddy dengan santai, menghampiri Kendrick yang sedang menatapnya. “Bibi bisa membuatkan makanan yang Mommy inginkan, Dad.” Daddy menaikkan sebelah alisnya, lalu berkata, “Kau tidak perlu berlebihan, Erlangga bersama mereka.” Kendrick berdecak kesal, “Kemana?” tanyanya, dan hanya dijawab dengan kedua bahu yang menaik. Daddy berdiri dibelakang enam asisten rumah tangga Kendrick, “Kalian bisa melanjutkan tugas kalian,” tegasnya, membuat keenam asisten rumah tangga yang berjenis kelamin perempuan itu memutar tubuh dan mengangguk. “Apa yang sedang kau alami hari ini?” tanya Daddy, ia berdiri dihadap
“Hasilnya negative, dan terbukti seratus persen bukan anakmu,” ujar Chandra, memberikan amplop kepada Kendrick yang duduk di kursi kerja.Kendrick tersenyum menang, ia mengambil amplop berwarna putih dan terdapat logo rumah sakit, tentu saja langsung memeriksanya.Chandra duduk di kursi kosong berhadapan dengan Kendrick, lalu berkata, “Itu yang asli, lebih cepat satu hari dari prediksi. Mungkin nanti malam Diana akan datang ke rumah sakit untuk menukarnya.”“Memangnya ada yang lainnya di rumah sakit?” tanya Kendrick, diangguki oleh Chandra.“Duplikatnya, hampir sama yang asli. Yang asli stempelnya berwarna merah, yang duplikat berwarna biru.”Kendrick menaikkan sebelah alisnya, “Lalu?” tanyanya, ia sudah berdiskusi dengan Chandra dan Argantara untuk mereka berdua saja yang meng-handle.“Besok pagi, aku dan Arga akan memeriksanya. Jika memang berubah amplopnya, aku akan menukar kembali duplikat yang lainnya,” ujar Chandra, membuat Kendrick terdiam.Kendrick melihat tulisan tinta print
“Miquera, kau dengar Mommy?” Vindry menatap anak perempuannya yang bernama Miquera Milo Yumna, dan Miquera hanya terdiam dengan pandangan menunduk. “Terus, Mom. Miquera memang susah sekali diberitahu, kalau sudah kejadian saja baru menangis meraung-raung,” timpal anak laki-laki mengenakan T-shirt berwarna hitam dan celana selutut, Miqueza Milo Intezar. “Abang diam,” tegas Kendrick tanpa membentak, ia menatap Miqueza yang mengulum bibir di sisi kirinya. Vindry menghela nafas, memijat keningnya yang terasa pening. Anak perempuannya yang berusia 5 tahun telah melakukan kesalahan. “Coba jelaskan satu kali lagi kepada Mommy, supaya Mommy tidak salah mengambil sikap kepadamu,” ucap Vindry dengan lembut, membelai surai panjang milik Miquera. Miquera menatap Mommynya yang tersenyum kepadanya, ia bergumam dan memainkan jemarinya. “Aku sedang bermain di taman bersama dengan Abang, lalu Naira mendorongku sampai terjatuh. Aku tidak terima, aku mendorongnya kembali,” ucap Miquera, menatap
“Tujuh tahun dan empat tahun? Jadi, sebelas tahun hukumannya?” Vindry menatap Kendrick yang duduk di sisi kanannya, dan sang suami menganggukkan kepala tanpa menoleh. “Ya, dia pantas mendapatkannya,” ucap Kendrick, menatap sang istri yang bergumam. Mereka berada di dalam ruang persidangan, dan keputusan hakim sudah ditetapkan. Pada persidangan saat ini, Zaiden sebagai pelapor dan Diana sebagai tersangka. Zaiden memenangkan persidangan pada pagi hari ini, Diana ditetapkan bersalah atas laporan yang dibuat oleh Zaiden dengan bukti yang valid. “TIDAK! AKU TIDAK BERSALAH! “ Vindry sedikit terkejut, ini bukan pertama kalinya ia mendengar Diana berteriak di ruang persidangan setelah hakim mengetuk palu. Kendrick merangkul Vindry, membantu istrinya untuk berdiri dan membawanya keluar. Tetapi belum sempat mereka melangkah, Diana kembali berteriak. “KENDRICK, INI SEMUA RENCANAMU UNTUK MENGHANCURKANKU, KAN?” “KAU MANUSIA TIDAK PUNYA HATI!” “ARGHH! LEPASKAN AKU! AKU TIDAK SALAH! AKU DIJ
“Kau tidak tergoda dengan Diana, right?” Argantara menatap Zaiden yang menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat. Mereka saat ini sedang berada di apartement milik Chandra, bersama dengan Kendrick. “Tidak, Kak Arga. Aku sudah lama juga tidak bertemu dengannya, mungkin sekitar satu bulan,” ujar Zaiden, diangguki oleh Argantara. Chandra menyimpan dua toples di meja, ia baru saja mengambilnya dari dapur. Memilih untuk duduk di sisi kanan Kendrick. “Jadwal sidang pertamamu itu besok, kan?” tanya Chandra, menatap Kendrick yang bergumam. “Besok siang,” jawab Kendrick, diangguki oleh Chandra. “Kau menjadi saksi, right?” tanyanya kepada Argantara. Argantara menganggukkan kepala, “Ya. Aku menjadi saksi dalam kasusmu dan Zaiden,” ujarnya dengan santai. Jangan bertanya ‘bagaimana perasaan Argantara saat ini’, karena jawabannya sangat bahagia. Argantara berhasil membuat Diana ditahan, dan wanita itu harus menghadapi dua kasus yang berbeda. “Kau benar-benar kejam,” celetuk Chandra, meng
“Kau bertemu dengan Diana?”Chandra menatap Kendrick yang sedang menyeruput kopi di hadapannya, sahabatnya itu menggelengkan kepala.“Tidak. Aku malas bertemu dengannya jika bukan dipersidangan.”Chandra sangat mengerti, jika ia sedang dipoisisi Kendrick akan melakukan tindakan yang sama, tidak ingin bertemu dengan Diana.“Kau datang ke kantor polisi?” tanya Chandra, ditanggapi dengan bergumam dari Kendrick yang duduk santai di kursi kekuasaan.“Aku hanya mengantar Zaiden, karena Argantara sedang ada urusan ke luar kota. Zaiden bertemu dengan Diana, dan aku mengobrol dengan polisi disana,” jelas Kendrick, menatap Chandra yang sedang menatapnya.“Diana tidak melakukan kekerasan kepada Zaiden?”Kendrick menggelengkan kepala, “Diana memohon kepada Zaiden untuk Zaiden mencabut laporan, supaya dia bisa bebas.”“Masih bisa memohon? Tidak memiliki malu?” gerutu Chandra, ditanggapi dengan tertawa oleh Kendrick.“Diana sejak kapan memiliki urat malu? Dia mengatakan kepada Zaiden, tidak akan m
“Kau bahagia?”Kendrick menatap Vindry yang menganggukkan kepala dengan cepat. Mereka saling beradu tatap, dan saling tersenyum manis.“Beberapa bulan cuma di rumah, terus sekarang bisa ada di sini tuh rasanya seperti keluar dari dalam goa,” oceh Vindry, terkekeh dan menatap hamparan laut di depan sana.Angin pada sore hari ini cukup kencang, menerpa surai panjang milik Vindry. Perempuan itu meluruskan kedua kaki, dan mengusap perutnya yang semakin membesar.“Kau baik-baik ya di dalam sana. Sehat terus anak, Mommy,” monolog Vindry, tersenyum manis dan menatap Kendrick yang sedang memperhatikannya.“Menurutmu, anak kita laki-laki atau perempuan?” tanya Kendrick, menatap Vindry yang menaikkan sebelah alis.“Tadi kata dokter kemungkinan laki-laki. Kau berharapnya perempuan pada saat lahir nanti?”Kendrick menggelengkan kepala, hanya memastikan bahwa apa yang ia dengar tadi tidak salah.Sebelum mereka pergi ke pantai, mereka pergi ke rumah sakit untuk check kandungan Vindry, karena sudah
“Apakah kau sudah tenang? Dendam yang selama ini kau simpann, sudah terbalaskan?”Kendrick menatap Argantara yang menghela nafas. Sahabatnya itu mengangguk, dan menatapnya .“Sedikit, aku masih menunggu hasil putusan sidang. Aku harus memastikan bahwa Diana mendapatkan hukuman yang setimpal,” ujar Argantara, diangguki oleh Kendrick.“Kau tidak ada yang terluka?” tanya Kendrick, dijawab dengan gelengan kepala.“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua aman terkendali,” ucap Argantara, diakhiri dengan tertawa pelan.Rencana yang sudah disusun oleh Argantara selama beberapa tahun ini, berjalan lancar hari ini. Diana sudah ditangkap oleh Polisi, dan ditahan dengan bukti-bukti yang diberikan.“Kalian yakin kalau Bu Dewi tidak ada niatan jahat seperti Diana?” tanya Vindry yang duduk di sebelah Kendrick, menatap keempat pria dewasa didekatnya.Argantara menggeleng kepala, “Bu Dewi ini orang baik, beliau sudah memperingati Diana untuk berhenti dan mencari pekerjaan yang menghasilkan,” ujarn
“Kau tidak bisa menyangkal, sudah terlihat jelas di rekaman tersebut, perempuan itu adalah kau.”Diana menggelengkan kepala, berusaha untuk meraih tangan Zaiden, tentu saja ditepis oleh laki-laki itu.“Itu bukan aku, badanku tidak sekurus itu,” ucap Diana, mencoba untuk tenang dan menatap Zaiden yang hanya menampilkan ekspresi datar.Zaiden menatap layar berwarna putih, memperlihatkan sebuah foto yang dimana dirinya dan Diana satu frame.Diana melebarkan kedua matanya, bodynya sangat mirip dengan perempuan yang ada di dalam rekaman CCTV.Wanita itu menelan air liurnya, panik dan takut menjadi satu. Ia terdiam sejenak, mengumpulkan keberanian untuk melawan Zaiden.“Body yang seperti aku itu memang banyak, bukan hanya aku,” ucap Diana setelah mendapatkan kembali keberaniannya.Zaiden menganggukkan kepala, lalu foto berganti menjadi plat mobil yang tertangkap pada rekaman CCTV dan surat dengan plat yang sama atas nama Diana Danira.“Aku tidak akan menuduhmu sebagai dalang jika aku tidak
“Kau merindukanku?”Zaiden hanya terseenyum mendengarnya, fokusnya hanya kepada Diana yang baru saja duduk di kursi sebrangnya.“Jalanan macet?” tanya Zaiden, diangguki oleh Diana.“Benar, jamnya karyawan pulang kerja,” ucap Diana, tersenyum manis kepada Zaiden yang tersenyum tipis.“Aku tahu kau lelah, jadi silahkan pesan apapun yang kau inginkan. Aku yang akan membayarnya,” ujar Zaiden dengan serius, membuat Dianna berbinar.“Kau serius?”“Apakah wajahku terlihat bercanda?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala dari Diana.Diana mengangkat tangannya ke udara, memanggil waitress dan melihat buku menu yang diberikan oleh waitress.Diana dan Zaiden berada di sebuah restoran mewah. Zaiden booking ruang VVIP yang ada di restaurant tersebut.Hening, sepi, tidak ada orang lain selain mereka berdua.“Kau pesan apa, Baby?” tanya Diana, menatap Zaiden yang tersenyum manis.“Sama saja dengan pesananmu.”Diana mengangguk, lalu menatap waitress yang melihat kembali catatan kecil yang dib
“Aku menyesali pernah terpesona dengan Diana.”Zaiden bergidik geli saat melihat dirinya dahulu, mengejar Diana sampai membuatnya harus terbaring di ranjang rumah sakit dengan waktu yang lama.Argantara tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh adiknya, ia menepuk bahu Zaiden sebagai bentuk rasa prihatin.“Dia itu waras atau tidak?” tanya Zaiden, menatap ketiga pria dewasa yang saat ini sedang bersamanya.“Apakah harus dijawab?” tanya Chandra, menyeruput kopi susu yang ia buat pada pagi hari ini.“Tidak, aku hanya bertanya.”Kendrick duduk bersandar dengan santai, pandangannya fokus kepada Zaiden yang duduk di sebrangnya.“Pengakuan dari orang suruhan Diana, bisa kau gunakan sebagai barang bukti,” ujar Kendrick, membuat Zaiden menatapnya.“Kau memaksanya untuk berkata jujur?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala.“Aku tidak pernah memaksakan orang lain,” ucap Kendrick dengan bangga.“Masih satu minggu aku menjebaknya,” gumam Zaiden, menatap ketiga pria dewasa di satu ruangan y