“Antar aku ke rumah Mamih sama Papih.”Kendrick menoleh, dan pandangannya bertemu dengan Vindry, istrinya yang selalu dapat membuatnya emosi kepada orang lain. Ia tidak akan melepaskann Vindry, lagi.“Kau fikir aku akan menuruti apa yang kau inginkan?” tanya Kendrick, lalu menggelengkan kepala. “Aku tidak akan membiarkanmu kabur lagi,” tegasnya.Vindry menatap lurus ke depan, “Aku tidak akan kembali sampai kau mengakhiri hubunganmu dengan Diana,” ujarnya datar.“Aku akan mengakhiri hubunganku dengannya, tetapi tidak untuk sekarang,” balas Kendrick, tentu saja membuat Vindry bergumam dan menganggukkan kepala.“Kau bisa membuat keputusan tanpa persetujuanku, aku bisa melakukan hal yang sama.”“Kau jangan memancingku.”Vindry terkekeh, menatap Kendrick dari samping, “Kau yang memulai semuanya, membuat keadaan semakin sulit, lalu aku yang disalahkan?” tanyanya, memicingkan mata. Ia kembali berkata, “Aku kira kau pria yang berkelas, tetapi tidak. Kamu sangat bad.”“KAU!”Vindry menaikka
“Aku pergi, kau baik-baik di rumah. Aku akan menghubungimu saat sudah sampai di kantor.”Kendrick menatap Vindry yang hanya bergumam, ia mengecup puncak kepala sang Istri. Lalu melenggang pergi, meninggalkan Vindry yang hanya seorang diri di kamar yang sangat luas.Vindry menghela nafas, memang berat, tetapi dirinya tidak mempuunyai pilihan lain. Semakin ia berontak, semakin kuat cengkraman Kendrick kepadanya.“Kau menyakitiku untuk kesekian kalinya, Kendrick,” ucapnya, menatap dirinya pada pantulan cermin yang menyatu dengan lemari.Penampilannya sangat berantakan, lagi-lagi kedua matanya sembab karena menangis diam-diam pada dini hari. Apakah Kendrick mengetahuinya? Tidak tahu, Vindry tidak peduli jika suaminya mengetahui apa yang ia lakukan pada dini hari.“Aku tidak bisa percaya begitu saja dengann apa yang katakan. Hanya aku?” Vindry berdecih, tersenyum miring kepada dirinya sendiri. “Kau tidak mungkin akan menerima kesepakatan dari Argantara,” imbuhnya dengan penuh penekanan.
“Kendrick, ada apa?”Vindry melangkah mundur saat Kendrick mendekatinya dengan wajah yang dingin, tidak seperti suaminya. Ia yang sedang sensitive karena hamil pun hanya mundur.“Kau menyimpan nomor pria lain?” tanya Kendrick dengan penuh penekanan, memmbuat Vindry mengerutkan kening.“Ya, aku sudah lama menyimpan nomor Bang Antonio, Pak Aries, sama Kak Erlangga. Kau kenapa?”Kendrick tidak menjawabnya, ia mengeluarkan ponselnya dan memberikan kepada Vindry. Istrinya itu menyipitkan kedua mata, lalu menatap Kendrick.“Itu bukan aku!” tegas Vindry, ia mengatakan yang sebenernya. Menghentikan langkahnya saat tidak ada jalann lain, belakangnya sudah mentok tembok. “Aku bahkan tidak mengenal dia siapa,” imbuhnya, berusaha meyakinkan sang suami.“Aku butuh bukti,” ucap Kendrick dengan datar, memperhatikan Vindry yang menghela nafas berat.Vindry melangkahkan kaki menghampiri kasur dan meraih ponselnya. Kendrick mendekat, tangannya dengan cepat mengambil alih benda pipi milik sang istri.
“Kau harus ingat, jangan pergi kemanapun tanpa seizinku.”Vindry menganggukkan kepala, hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini. Tidak ada pilihan lain. Dirinya hanya tidak ingin diawali dengan pertengkaran yang menguras tenaga.“Jangan mau jika diajak pergi Mommy atau Daddy, mereka akan membawamu pergi dariku,” ujar Kendrick penuh penekanan, dan hanya diangguki oleh Vindry.“Aku sedang serius, Vindry.”“Kau fikir aku sedang bercanda?” tanya Vindry, menatap Kendrick yang bersimpuh dihadapannya saat ini.“Responmu hanya mengangguk saja.”Vindry menaikkan sebelah alisnya, “Aku harus memberikan respon seperti apa? Kau menyebalkan setiap harinya,” gerutunya, lalu usapan pada perutnya bisa ia rasakan.“Mungkin karena baby. Yakan, Baby?”Vindry hanya bergumam, tidak ingin menanggapinya dan membiarkan Kendrick melakukan apa yang ia lakukan.“Sayang,” panggil Kendrick dengan lembut dan penuh penekanan, hanya ditanggapi dengan bergumam. “Baby, lihat Mommy. Nyuekin Daddy, kamu tidak ingin membu
“Kendrick, Daddy menghubungimu.”Vindry melirik ponsel milik Kendrick yang berada di atas meja nakas, menunggu respon dari Kendrick yang sedang di dalam kamar mandi. Hening.“KENDRICK.”“KAU ANGKAT SAJA.”Vindry meraih ponsel milik suaminya, lalu menerima panggilan masuk dari Daddy.“Halo, Dad,” sapa Vindry setelah menempelkan benda pipih itu ke telinga kanannya.“Kendrick sedang bersamamu?” tanya Daddy, diangguki oleh Vindry walaupun Daddy tidak bisa melihatnya.“Memangnya kenapa, Dad?” tanya Vindry, jujur saja dirinya ingin tahu alasann apa yang membuat mertuanya itu menghubungi Kendrick.“Diana mencarinya, aku mengatakan bahwa Kendrick sedang istirahat.”Vindry bergumam, lalu melirik Kendrick yang sudah keluar dari kamar mandi.“Aku kasih ke Kendrick ya, Dad,” ujar Vindry, memberikan ponsel Kendrick kepada pemiliknya. Sedangkan Kendrick menaikkkan sebelah alis, menerima dan me-loudspeaker panggilan tersebut.Kendrick menaiki ranjang, mengambil tempat di sisi kanan Vindry, dan meran
“Kau terlalu banyak makan mangga.”Vindry tidak berhenti mengoceh kepada Kendrick yang sedang menghabiskan potongan buah mangga muda, bukan hanya satu, tetapi ini sudah buah ketiga.“Aneh jika aku berhenti, nanti kalau sudah mual, baru bisa aku berhenti,” ucap Kendrick, kembali mengunyah potongan mangga muda yang diiriskan oleh Pelayan rumahnya.Vindry berdecak, membiarkan suaminya itu untuk melakukan apa yang diinginkan, tetapi kesal.“Aku takut kau sakit perut,” ujar Vindry, dijawab dengan gelengan kepala tegas dari Kendrick.“Kalaupun aku sakit perut, tidak apa, kan ada kau yang merawatku,” balas Kendrick dengan santai, tidak memikirkan yang lainnya.Vindry mendelik, “Kalau kau sakit, aku akan membawamu ke dokter. Aku tidak ingin merawatmu,” balasnya dengan tidak santai, menatap Kendrick yang mengerucutkan bibir.“Kau istriku, jadi harus kau yang merawatku.”Vindry bergumam, “Diana calon istrimu juga, bukan?” tanyanya, sengaja sekali memancing keributan.“Tidak.”“Kau dan Diana itu
“Apa yang terjadi?”Kendrick memperhatikan penampilan Chandra yang berantakan, asisten pribadi sekaligu sahabatnya itu datang ke rumah dengan dua kancing kemeja yang terbuka, tanpa dasi, wajah kusut dan rambut yang tidak lagi klimis.“Hasil karya Diana,” jawab Chandra dengan datar, menatap Kendrick yang menaikkan sebelah alis.“Dia marah kepadamu?”“Ya. Aku menyerahkan diri untuknya, karena aku tidak ingin ada keributan di kantor. Aku memikirkan karyawan yang lain akan terganggu jika Diana membuat keributann,” jelas Chandra, ditanggapi dengan tertawa.Kendrick menepi, memberikan ruang untuk Chandra masuk ke dalam rumahnya, dan ia kembali menutup rapat pintu rumah.“Dia datang ke kantor ada keperluan apa?” tanya Kendrick kepada Chandra yang melangkah di sisi kiri.“Mencarimu,” jawab singkat Chandra, lalu tersenyum kepada Vindry yang duduk santai di ruang makan. “Selamat pagi, Nona,” sapanya, lalu terkekeh saat mendapatkan tatapan sinis dari Vindry.“Aku tidak suka dipanggil seperti it
2 Bulan Kemudian ….“Aku sudah menyiapkan semuanya, kau hanya menurut apa yang diperintahkan oleh Dokter.”Kendrick menatap Diana yang duduk di kursi penumpang, wanita yang hanya bergumam. Mereka saat ini sudah berada di basement rumah sakit untuk melakukan tes DNA.“Kalau memang ini anakmu, kau harus bertanggungjawab,” ujar Diana dengan yakin, diangguki oleh Kendrick.“Jika terbukti itu bukan anakku, kau harus terima konsekuensi yang akan aku berikan.”Dina terdiam, jujur saja dirinya sedang tidak tenang, resah, cemas, dan semacamnya bercampur jadi satu. Ia bergumam untuk menetralkan suasana hatinya.“Turun,” titah Kendrick dengan tegas, ia keluar dari dalam mobil dan melangkahkan kaki mendekati pintu penumpang. Memastikan Diana tidak kabur.Diana keluar dari dalam mobil, lalu mencoba untuk mengamit lengan kekar Kendrick, tetapi mendapatkann penolakan dari pria di sisi kanannya.“Aku tidak ingin muntah saat ini, jangan menyentuhku.”Kendrick seolah tidak peduli dengan keadaan Diana