Cahaya Putri Aulia, gadis muda yang baru berusia 21 tahunan ini terbangun dari tidurnya. Karena merasa haus, ia ingin mengambil botol air minum yang ada di atas meja samping ranjang. Namun sayang, botol itu dalam keadaan kosong.
"Duh ... mana habis lagi. Terpaksa deh, aku harus ke dapur," gumamnya sembari mengamati botol yang ia pegang. Sebelum beranjak dari tempat tidur, sekilas gadis itu menoleh ke arah samping. Di mana di atas tempat tidur itu terdapat seorang gadis yang usianya lebih muda satu tahun darinya, yang bernama Thalita Shakira Maharani, sedang tertidur pulas di sana.Ya, Cahaya atau lebih akrab dengan panggilan Aya itu sekarang sedang menginap di kamar sang majikan untuk menemani Nona mudanya yang sedang sendirian karena kedua orang tuanya sedang berada di luar kota.Lalu, gadis berambut ikal sebahu itu beranjak dari tempat tidur dan segera ingin menuju dapur.Ceklikk!Namun, ketika baru saja ia keluar dari kamar, dirinya langsung dikagetkan oleh kehadiran sesosok laki-laki tampan bertubuh tegap yang sedang berdiri tepat di hadapannya kini.Dia adalah Langit Rakabumi Santosa kakak laki-laki dari gadis yang sedang tidur dengannya kini. Yang merupakan anak majikannya juga.Penampilan pria itu tampak berantakan, dengan mata yang memerah. Rambutnya pun acak-acakan tak karuan. Kemeja yang ia kenakan juga tak kalah awut-awutan menjulur keluar dari pinggangnya. Bahkan beberapa kancing kemejanya ada yang terlepas, membuat dada bidangnya sedikit terbuka."Ka-kak Langit!" pekik Cahaya membulatkan mata. Ia tidak mengira kalau akan mendapati pria itu di sana.Belum hilang rasa keterkejutan yang dirasakan olehnya, kini gadis itu semakin dibuat kebingungan. Karena dengan tiba-tiba, Langit malah meraih tangannya dan menariknya dengan sangat kasar. "Sini kamu!" teriaknya. Dengan sangat garang lelaki berkemeja hitam itu menatapnya tajam. Seolah lelaki itu begitu marah terhadapnya.Otomatis membuat Cahaya langsung terlihat sedikit ketakutan padanya."Aw ... sakit, Kak! Ka-kak Langit, kenapa?" pekiknya menahan kesakitan di pergelangan tangannnya. Gadis itu menggerakkan tangannya berusaha untuk meronta, hingga botol air yang terbuat dari kaca itu terlepas, jatuh dan pecah di lantai depan kamar.Prang!"Diam kamu! Berani-beraninya kamu malah mencampakannku. Sekarang rasakan akibatnya!" bentak Langit garang."Hah, apa maksudnya? Siapa yang telah mencampakan siapa?" pikir Cahaya merasa linglung, karena tidak mengerti dengan ucapan pria itu.Dengan sangat kasar, Langit terus menyeret paksa tangan Cahaya. Hingga akhinya ia membawanya masuk ke dalam kamar, dan langsung mendorong tubuh ramping itu hingga menghimpitnya ke dinding kamar.Brugh!"Aww ...." Secara reflek, gadis cantik itu kembali terpekik karena kaget. Tiba-tiba saja lelaki itu mendorong tubuhnya ke dinding di sebelah pintu. Punggungnya terasa sakit karena membentur dinding itu.Dug-dug!Dug-dug!Entah mengapa di saat genting seperti ini Cahaya malah merasa sangat gugup dan dadanya berdebar-debar tak beraturan. Karena baru kali ini ia bisa berdekatan secara langsung dengan lelaki tampan itu.Sebenarnya sedari dulu Cahaya sudah mempunyai rasa kagum terhadapnya. Namun ia sadar diri, kalau dirinya hanyalah seorang pelayan di rumah ini yang tidaklah pantas untuk sekedar memaguminya apa lagi mencintainya. Ia bagaikan 'pungguk merindukan bulan' saja apabila ia berani mencintai pria itu. Sehingga ia pun memendam perasaan itu dan hanya bisa mengaguminya diam-diam.Selama beberapa bulan ia bekerja di rumah itu, jarang sekali ia berinteraksi langsung dengannya. Hanya sesekali bertemu dengannya, itu pun tanpa saling menyapa.Sebenarnya Langit orang yang ramah, namun ia terkenal cuek dan pendiam. Sehingga membuatnya tidak berani menyapanya terlebih dahulu, apabila sedang berpapasan dengannya.Namu, kali ini ia malah sedang berhadapan langsung dengannya. Dengan jarak yang begitu dekat seperti ini membuatnya dadanya kempang-kempis tidak karuan."Ya Allah, dia sungguh tampan sekali." Baru kali ini ia bisa menatap secara langsung anak sang majikannya ini. Ia sangat terpesona dengan pria tampan yang kini sedang berdiri tepat di hadapanya itu.Hingga beberapa saat kemudian ia tersadar dari lamunannya, dengan segera ia mendorong tubuh lelaki itu agar menjauh darinya. Namun ....Deg!Gadis itu tertegun, badannya seakan membeku. Seolah-olah ia tidak bisa bernafas karena kehabisan oksigen di dalam ruangan itu. Ia terkejut merasa tidak percaya karena tiba-tiba saja Langit menarik pinggangnya dan langsung memeluk tubuhnya dengan sangat erat."Cellin, aku sangat mencintaimu. Tapi kenapa kau malah pergi dan lebih memilih karirmu itu. Dan bahkan kini kau tega mengkhianatiku, juga?" Lelaki yang kini dalam keadaan mabuk berat itu bergumam dan memeluk wanita yang ia kira adalah kekasihnya."Eh, kak. Aku Cahaya bukan Cellin, Kak." Gadis berambut ikal itu kembali tersadar dan berusaha mendorong tubuh orang tersebut agar bisa terlepas dari dekapannya. "Tolong lepaskan aku, Kak! Sadar, Kak! Aku Cahaya bukan Cellin."Namun, orang itu tak bergeming. Ia masih terus berdiri menghimpitnya. Dengan tangan yang berada di sisi kanan kirinya. Orang tersebut kini terus menatapnya tajam.Kemudian ia malah tertawa. "Hahaha ... ! Sudahlah, Cellina! Jangan berpura-pura lagi! Percuma saja kamu terus mengelak dariku. Karena kali ini aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi!" ucap Langit sembari mengusap sebelah pipinya kemudian mencengkram dagunya."Hah, apa maksudnya ini? Aku yakin dia pasti sedang mabuk. Sehingga bicaranya ngelantur. Aku dapat mencium aroma alkohol dari hembusan nafasnya itu. Sungguh ini membuatku serasa ingin muntah. Dan sekarang aku harus bagaimana nih?" batin Cahaya mulai waspada, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan."Ka-kak Langit, tolong sadarlah! A-aku Cahaya bukan Cellina, Kak!" Cahaya melengos dan menepis tangan itu agar tidak lagi menyentuh wajahnya.Bugh!Dengan penuh amarah, Langit memukul tembok samping wajah Cahaya. Sontak membuat Cahaya tersentak kaget dan semakin ketakutan."Dasar wanita sialan! Selalu saja merepotkan. Mentang-mentang selama ini aku selalu bersikap lembut dan tidak pernah menyentuhmu. Kau pikir aku tidak bisa berbuat macam-macam sama kamu, hah!"Lalu orang itu menunduk dan menempelkan kening dengannya. Bahkan hidung mereka juga bersentuhan. Tanganya menahan tengkuk leher gadis itu, agar kepalanya tidak bergerak. Dan sebelah tangannya lagi memeluk pinggangnya.Cahaya semakin panik, dengan sekuat tenaga mendorong dadanya. "Kak, aku mohon! Lepaskan aku! Kamu salah orang. Jadi tolong lepaskanlah aku!" Namun dorongan itu tak berarti apa-apa bagi orang itu."Diamlah!" Lalu di detik berikutnya ia langsung meyambar bibirnya secara tiba-tiba."Mmphtt ...." Kedua mata Cahaya langsung terbelalak lebar, ia semakin kencang memukuli dada pria itu, meronta-ronta berusaha lepas dari cengkramannya.Sementara orang itu dengan memejamkan kedua mata, masih terus menikmati bibirnya dengan rakus dan kasar."Awww ... !" Namun tiba-tiba ia melepaskan bibirnya dan mengaduh kesakitan karena Cahaya telah menginjak sebelah kakinya.Merasa pertahan orang itu mulai berkurang, dengan sekuat tenaga gadis itu mendorong dada bidangnya. Dan ia berlari ke arah pintu. Sayangnya lelaki itu bisa mengejarnya dan menangkap tubuhnya kembali. Dengan mudah Ia langsung memanggul tubuh ramping itu di bahunya."Ahhh! Lepaskan!" Cahaya terus meronta menggerak- gerakan kakinya dan memukuli punggung pria tersebut.Kemudia ia membopong wanita itu dan menjatuhkanya ke atas ranjang.Brugg!Dengan gerakan cepat pria yang sedang mabuk itu memposisikan dirinya di atasnya dan mengunci tubuh gadis tersebut.'Degg!'Gadis itu semakin shock dan sangat panik karena posisinya kini sungguh membahayakan baginya. Dalam seketika itu juga, dia kembali meronta dan langsung berteriak."Tolong ... Mmhhtpp!"Brakk!Bagus Santosa dan sang istri yang bernama Sintya Widyawati itu merasa sangat terkejut. Sepulang dari perjalanan di luar kota, mereka tak sengaja mendengar ada suara keributan dari kamar sang anak sulungnya. Sehingga otomatis membuat kedua paruh baya itu merasa keheranan dan juga sangat panik karenanya. Lalu, dengan tanpa berpikir panjang lagi, saat itu juga sang suami langsung mendobrak pintu kamar tersebut. Dan, betapa terkejutnya mereka ketika melihat apa yang tengah dilakukan oleh dua orang yang berada di dalam kamar itu.Langit yang sedang menindih Cahaya terjingkat kaget dan menoleh ke arah sumber suara. Begitu juga dengan wanita yang kini berada di bawahnya itu pun sama kagetnya dengannya."Langit! Apa yang kamu lakukan?" teriak Bagus dengan penuh emosi melihat nanar pada putra sulungnya yang kini tengah berada di atas tubuh seorang wanita. Lalu, dengan seketika lelaki paruh baya itu segera menyeret paksa tubuh Langit agar segera bangkit dari atas gadis itu. Dan dengan
"Ta-tapi, aku gak bisa menikah dengan dia, Pah. Karena Aku tidak mencintainya, Pah," elak Langit."Lagi pula aku juga tidak sengaja melakukan itu semua. I-itu hanya kecelakaan. Sungguh aku gak sengaja. Aku khilaf, Pah." Tentu saja pria muda berusia 25 tahunan itu langsung menolaknya."Terus kamu maunya bagaimana, Langit? Setelah semua ini terjadi, lalu kamu mau lepas dari tanggungjawab, huh?" pungkas Bagus kesal."Langit-langit! Papah dan Mamahmu ini tidak pernah mengajarimu tuk jadi orang yang tidak bertanggungjawab seperti ini, Langit!" lanjutnya. Tiba-tiba saja keluarga dari Cahaya yang sengaja dipanggil oleh Bagus telah datang. Yaitu Paman dan Bibiknya Cahaya kini telah masuk ke rumah tersebut. "Tuan, ini Pak Hadi dan istrinya sudah datang," ucap salah satu pelayan yang mempersilahkan pasangan suami istri itu untuk masuk ke ruang tamu.Sontak semua orang yang berada di sana langsung menoleh ke arah pasangan suami istri tersebut."Oh, Pak Hadi dan Bu Irma. Mari-mari silahkan dudu
Seketika seluruh orang yang berada di ruang itu merasa sangat syok dan juga panik. Dengan segera Sintya menyuruh putrinya untuk mengambil obat dan air putih untuk suaminya."Ini, Pah. Diminum dulu, Pah!" Dengan wajah yang terlihat sangat cemas Sintya menyodorkan segelas air putih dan satu butir obat pada suaminya.Setelah meminum obat, rasa nyeri di dalam dada lelaki itu sudah sedikit berkurang. Tiba-tiba tangan Bagus bergerak lemah ingin meraih tangan pria yang berdiri di dekatnya. Pak Hadi yang melihatnya, langsung menyambut dan meraih tangan itu. Lalu menggegamnya erat."P-p-pak Hadi!" ucap Bagus pelan."Iya, Tuan!" jawab Pak Hadi."To-tolong maafkan saya! Ini semua adalah salah saya karena telah gagal mendidik Langit. Sehingga Langit sampai berbuat seperti itu pada Cahaya." Dengan tatapan yang terlihat sendu, Bagus memohon permintaan maaf atas kesalahan yang diperbuat oleh anak sulungnya.Pak Hadi menggeleng. "Tidak, Tuan! Ini bukanlah salah, Tuan.""Ta-tapi, apakah Pak Hadi mau m
Ceklik!Dengan sedikit ragu, gadis cantik yang masih memakai kebaya pengantin itu mulai melangkah masuk ke dalam suatu ruang kamar seperti suite room di hotel mewah. Ruangan itu tampak begitu indah dan luas. Namun, di ruang inilah dirinya hampir kehilangan mahkotanya, sehingga membuatnya harus terpaksa menikah dengan sang anak majikan.Untuk sesaat ia mengedarkan pandangan, mengamati ruangan kamar tersebut. Di tengah ruangan itu ia melihat ada sebuah ranjang besar dengan ukuran king size lengkap dengan kasur busa yang terlihat sangat empuk dan nyaman untuk merebahkan diri.Di depan ranjang terdapat TV LED dengan layar yang lebar menempel di dinding. Sedangkan di sebelah kiri ranjang ada sebuah lemari baju yang besar berdiri kokoh di dekat tembok. Sementara di sisi kananya ada sebuah sofa yang terletak di dekat jendela kaca besar yang langsung menghadap ke balkon.Lalu dengan perlahan ia mulai menapakkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar. Namun, ketika baru beberapa langkah ia memasuk
Keesokan harinya. Dengan kebingungan Cahaya terbangun hanya seorang diri di dalam kamar. Untuk sesaat gadis itu terdiam menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mencoba mengingat-ingat kejadian apa yang telah menimpanya semalam."Huh!" Reflek gadis itu membekap mulutnya dengan kedua tangan. Ia pun teringat dengan kejadian semalam. Sontak rasa takut, cemas dan khawatir mulai menyelimuti hatinya. Dan ia pun berfikir ke mana laki-laki itu berada sekarang? Apakah dia dalam keadaan yang baik-baik saja?Ingin sekali ia mengabaikan rasa itu. Ia berusaha untuk bersikap acuh dan tidak perduli terhadapnya. Tapi tidak bisa. Perasaan bersalah masih saja muncul di benaknya. Sembari berjalan mondar-mandir di samping ranjang, sesekali ia menggigit kuku-kukunya yang sudah sedikit panjang, terlihat jelas kalau ia sedang sangat gelisah memikirkan bagaimana keadaan lelaki itu.Otaknya kini tidak bisa berfikir dengan jernih. Apa bila ia memikirkan sikap Langit yang sangat kasar padanya. Ia tidak tau apa y
Waktu menunjukan pukul jam 05.00 pagi. Seperti biasa, setelah menunaikan sholat subuh, Sintya keluar dari kamar dan segera berjalan menuju dapur. Sesampainya di sana, ia langsung membuka kulkas dan melihat-lihat isi dalam kulkas tersebut."Eh, Nyonya udah bangun?" sapa salah satu pelayan yang biasa bertugas sebagai tukang masak di sana.Sintya menoleh ke arahnya. "Eh, iya, Bik. Nanti kira-kira Bibik mau masak apa buat sarapan pagi ini?""Nyonya mau dimasakin apa hari ini?""Terserah Bibik aja, deh!""Em ... baiklah, Nyah. Bagaimana kalau nasi goreng seafood atau roti panggang isi aja?" usul si pelayan itu."Em ... kalau gitu, Bibik bikin keduanya saja. Biar nanti anak-anak yang akan memilih sendiri makanannya.""Oh, Baik, Nyah, sendiko!""Eh, ya Bik. Bahan makanan kayaknya udah pada mulai habis. Lebih baik nanti setelah Bibik selesai masak langsung pergi belanja ke pasar saja ya! Mumpung masih pagi, kan, masih banyak pilihan dan pastinya juga masih fresh sayurannya.""Iya baik, Nyah.
Di malam hari, Cahaya kembali masuk ke dalam kamar Langit yang kini menjadi kamarnya juga.Kali ini ia bingung harus tidur di mana? Jika ia tidur di atas tempat tidur, apakah nanti Kak Langit tidak akan memarahinya? Di samping itu juga, apabila ia tidur seranjang dengannya lagi, apa itu tidak berbahaya baginya? Bisa saja kejadian yang tadi malam akan terulang lagi padanya, bagaimana?Gadis cantik bermata bening itu langsung menggelengkan kepala. "Tidak tidak tidak! Aku tidak mau kalau itu terulang lagi," gumamnya.Kemudian ia melihat ke arah sebuah sofa berwarna abu yang terbentang di sudut ruangan. Bibirnya langsung merekah merasa senang, pada akhirnya ia menemukan tempat yang aman untuk merebahkan bobot tubuhnya sekarang.Dengan segera Cahaya bergegas ingin mendekati sofa itu. Namun, baru saja ia akan melangkah. Tiba-tiba ia mendengar suara pintu terbuka.Ceklik!Sontak, gadis yang memakai baju tidurnya itu langsung menoleh ke arah sumber suara. Di mana ia melihat sesosok pria jangk
"Gimana, enak, gak?""Em ... biasa aja kok, Mah," jawab Langit berbohong. Dengan ekspresi daftar ia kembali melanjutkan makan.Sebenarnya di dalam hatinya ia setuju dengan perkataan Mamahnya. Memang nasi goreng buatan Cahaya itu terasa lezat dan sangat cocok di lidahnya. Namun, lagi-lagi karena ego dan rasa gengsinya yang tinggi, sehingga membuatnya enggan untuk mengakuinya."Kalau aku bilang enak, yang ada nih cewek besar kepala," gerutunya membatin.Seketika senyum di bibir Cahaya langsung memudar. Seperti tertusuk sambilu, hatinya kini terasa sakit namun tak berdarah. Tak kala ia mendengar jawaban lelaki berkemeja hitam itu yang terkesan sangat dingin dan acuh padanya. Sungguh hatinya merasa sedih. Tak bisakah suaminya ini sedikit saja untuk memujinya?"Cih, Cahaya ... Cahaya! Kamu jangan mimpi, Aya! Mana mungkin Kak Langit mau memujimu. Bahkan untuk memandangmu saja dia tidak sudi," batinnya merasa pilu."Ih, kamu ini gimana sih? Orang enak begini, kok kamu bilang biasa aja!" sahu