Diaz menyunggingkan senyuman yang menimbulkan perasaan takut dan terancam bagi orang yang melihatnya. Ini spesial untuk Kiara.
"Kamu gak perlu takut karena saya gak akan macam-macam dengan perempuan. Justru kamu bersyukur bertemu saya walaupun dengan keadaan yang kurang baik."
Kiara menoleh ke bawah ketika Diaz maju selangkah untuk menginjak bunga hingga tidak terbentuk karangan lagi, tersisa kelopak-kelopaknya yang berserakan dan lusuh.
Diaz ikut melihat ke bawah lalu berkata, "Masa lalu kamu dengan istri saya, secepatnya saya selesaikan."
"Apa mau lo?" Kiara membutuhkan kedatangan Revan untuk menghindar dari Diaz. Demi apa pun, dia lebih licik daripada dirinya. "bukan cuma gue, tapi Vio juga ikut bully Mila."
Diaz mengangguk sebanyak tiga kali. "Saya tau. Maka dari itu, kalau sewaktu-waktu saya telepon kamu untuk minta maaf, kamu harus bersedia. Saya juga tau kamu akan audisi pekan depan, sebelum rahasia kamu terbongkar dan gak bisa d
Vio dan Mila sama-sama keluar dari kamar dengan pakaian rapi. Pandangan mereka saling curiga padahal punya tujuan berbeda.Tatapan Mila pada Vio lebih bukan ke curiga, ia sudah tahu dia akan bertemu Farel di suatu tempat untuk nongkrong karena malam minggu. Tetapi apakah kalau Meida lihat dan tahu, Vio masih dibolehkan ke luar?"Lo mau manfaatin gue?" Mila menunjuk wajah Vio yang dirias tipis. Pakaiannya sih masih dikategorikan santai karena memakai rok berwarna putih selutut dengan blouse merah merona.Vio meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya sendiri agar tidak keras-keras mengatakan kejujuran. "Lo bilang sendiri minat jadi protagonis tadi siang. Iya, kan?"Mila ingat. Untung saja Diaz masih ada urusan di luar sampai larut. "Ya udah, tapi awas kalau lo macem-macem di belakang nama gue."Vio membelalak sumringah mendapat respon yang baik dari Mila. "Gue janji."Terlalu banyak janji yang masuk ke telinga Mila, tetapi mereka tidak
Apa itu ... Hipnotikum?Mila baru dengar selama belajar mengetahui bahasa asing setiap menulis novel. Kalau hipnotis, hip-hop, atau hidrasi, Mila tahu artinya.Namanya saja sulit disebut lagi. Ah sudahlah, apa pun namanya Mila enggan memeriksa artinya. Siapa tahu itu bahasa gaul zaman sekarang dan Mila tertinggal info. Setelah nikah mana bisa gaul seperti perempuan lajang di luar sana, jika Diaz tidak berceloteh tentang pekerjaan rumah yang sampai kapan pun tidak selesai, boleh jadi Mila tetap gaul seperti mereka.Di dalam taksi, Mila menyempatkan diri menonton drama korea yang belum selesai semalam. Tidak terasa sudah 15 menit perjalanan, taksi pun sampai di depan rumah Fila."Makasih, Pak. Hati-hati... " Mila tersenyum hangat pada sopir taksi yang meneruskan arah sebab sekitar 500 meter dari gang perumahan terdapat persimpangan bundaran.Bundanya pasti sangat terkejut Mila datang tanpa memberitahu sebelumnya. Apalagi ia bawa makanan banyak untuk
Acara makan malam dibatalkan sebab Fila merasa kurang enak badan untuk masak banyak. Sebagai gantinya, Danang akan datang besok jika ibunya membaik.Diaz juga baru sampai rumah pukul 9 lewat 15 menit. Tidak acara makan di rumah, para direktur dari berbagai cabang mendadak mengajaknya bergabung. Mau tak mau, Diaz ikut hingga lupa memberi kabar satu rumah. Sialnya lagi, daya baterai ponsel habis.Diaz ingin istirahat sekali, kakinya malas-malasan naik tangga menuju kamar untuk mengisi daya ponsel. Saat masuk, lampu kamar mati alias tidak ada Mila di dalam. Sangat hening dan mungkin hanya suara jam dinding dan AC yang terdengar.Setelah mengisi daya, Diaz masih berdiri sambil menyalakan ponsel. Tadinya dia ingin mengirim pesan ke Mila, tidak lama setelah beranda terbuka, Mila menghubungi nomornya."Mila, kamu-" Sebelum dia bicara, Mila menyerobot bicara sangat cepat memberitahu bahwa Vio pergi dengan Farel ke sebuah Bar di Tangerang dan Farel bicara tentang
Diaz menengadahkan wajah dan bertatapan dengan Vio tidak lama. "Kamu gapapa?" "Kakak lo sering ke sini?" tanya Farel. Vio mengelak. "Mana mungkin." Dia melanjutkan pembicaraan dengan Diaz. "lo ngapain di sini? Udah gila? Inilah akibatnya menyimpulkan seseorang terlalu cepat dan secara kebetulan informasi yang disampaikan Mila tidak tepat. Diaz memilah jawaban yang tepat agar tidak membuat Vio semakin mengatakan dia gila jika menjawab Farel akan menjebaknya. Ini buktinya, jebakan obat tidur yang Farel bicarakan di telepon untuk orang lain. "Kita bahas nanti, sekarang ikut pulang. Kamu bisa kena masalah di sini." Diaz mencekal tangan Vio. Farel menahan tangan Vio yang satunya. "Dia pulang sama gue. Berangkat bareng, pulangnya juga bareng." Diaz melihat tindakan Farel yang cukup dramatis. "Kalau kamu masih mau senang-senang di sini, silakan. Tapi Vio, adik saya harus pulang sekarang. Saya belum percaya sama kamu." Fa
"Lho, Diaz? Kok malah parkir di belakang rumah?" Kalau punya rencana harusnya Diaz katakan pada mereka."Kita harus lewat belakang paviliun biar bisa naik lantai atas. Mau Mama curiga kenapa kita pulang malam-malam? Lagian, solarnya mau habis."Vio mengejek Diaz. "Hah, ternyata bukan duit gue doang yang menipis."Mereka keluar bersamaan, Vio melihat beranda ponselnya yang menunjukkan jam setengah 12 malam. Mila yang tidak sengaja lihat langsung mengusap kedua lengannya, berbeda dengan Diaz yang biasa saja karena awam lihat suasana hendak pergantian tanggal jika lembur kerja."Liat nih, bulu kuduk gue pada berdiri." Mila menunjukkan lengan tangannya sebab merinding keluar tengah malam, ini pengalaman pertama yang baru dan menegangkan bagi Mila."Jangan sembarangan lo, kita ngelewatin kebon abis ini."Vio mengingatkan Mila agar menjaga ucapannya di tempat sepi begini. Hidup di zaman modern dan canggih, tidak sedikit yang percaya de
"Haduh ... Diaz, sekarang bangun gak lo! Udah jam berapa ini, lo niat kerja gak sih?" Mila terbangun karena alarm ponsel Diaz berbunyi tawa kuntilanak tepat jam 7 pagi.Selesai melipat selimutnya sendiri, Mila menarik kasar selimut milik Diaz supaya terganggu."Ya ampun, punya suami nguji kesabaran banget." Mila bolak-balik menyiapkan perlengkapan Diaz, mulai dari pakaian, sepatu, jam tangan, hingga tas yang akan dibawa ke kantor."Diazzz!" Mila berteriak hingga suaranya merendah karena belum minum. "Ekhem!" Ia membersihkan tenggorokannya.Mila menyalakan komputernya lalu merangkak naik kasur. "Woi!" Ia menepuk wajah Diaz namun malah membalikkan badan dan lanjut tidur."Mila ... Diaz kok belum sarapan?" Suara Meida terdengar sampai kamar mereka."Gak mau- "Diaz segera bangkit setelah dengar teriakan Meida. Mila menggeleng lalu melempar bantal mengenai kaki Diaz yang hendak masuk kamar mandi.Diaz memungut kembali dan mel
Diaz terkesiap beberapa saat hingga Mila heran. Dia menyuruhnya mengatakan satu kalimat menggunakan aku dan kamu, sekarang sudah terpenuhi. Tetapi mengapa Diaz tidak bereaksi? Apa Diaz mengira Mila benar-benar mencintainya?Diaz akhirnya bergerak memakai sepatu. "Ah iya, tadi saya yang minta kamu buat satu kalimat." Lalu melewati Mila sambil mengusap wajahnya. "saya gak bisa ditipu lagi," tawanya.Mila merengut, ternyata dia menyadari. Tidak bisa diabaikan. Ia segera berdiri mengejar Diaz yang sudah keluar kamar untuk mengerjainya, lagi."Aku beneran cinta kamu!"Diaz mempercepat langkah sebab Mila mengejarnya. "Saya nggak denger," jawabnya dengan suara rendah. Dia berusaha membodohinya, lagi.Mila semakin gencar meledek karena Diaz mesam-mesem. Setelah menggelayuti tangannya, ia berkata lagi, "Aku beneran cinta kamu."Diaz berhenti sebentar karena menuruni tangga. Dia menoleh heran lalu kepalanya menggeleng. Jelas Mila mengecohnya karena ny
Mila melamun saat Meida dan Vio sibuk mengupas kulit juga mengiris bawang putih. Kenapa Diaz tidak memberitahunya pekan depan akan pergi ke Bandung? Kalau tahu ia akan kebut bab cerita karena jika Diaz tidak ada yang membereskan kamar adalah dirinya. Walaupun pakai mesin penyedot debu, tetap saja Mila harus bersihkan yang di atap agar kinclong. Lihat sendiri bagaimana Diaz kalau kamar berantakan. Mirip sepertinya ibunya."Itu Mila ngapain bengong pegang bawang, bukannya dikupasin." Vio sejak tadi kesulitan mengupas, Mila malah bengong seperti orang bodoh. "Woi!"Mila terlonjak. "Hah, kenapa?""Kupasin bawangnya, lo ngelamunin Diaz?""Kok lo tau?" jawab Mila."Lo ngelamunin Diaz?" ulang Vio.Meida tertawa geli Vio menciduk Mila sedang memikirkan Diaz."Dia gak bilang gue mau ke Bandung. Emang ber- ber ... Berarti dia sibuk tiap hari kali ya." Mila hampir kelepasan mengatai Diaz berengs*k di belakang Meida."Kalau Diaz kasih tau