Tibalah di hari pernikahan Raisa dan Gibran yang dilaksanakan di apartemen mewah milik Gibran. Ayudia istri pertama Gibran juga ikut hadir dalam acara pernikahan itu. Pernikahannya digelar sederhana dan ala kadarnya. Bukan karena tidak mampu untuk menggelar pesta mewah tapi Gibran tidak ingin orang-orang tau jika dia menikah lagi. Raisa ia nikahi hanya untuk menjadi pemuas nafsunya saja.
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau Gibran Wijaya bin Hadi Wijaya dengan Raisa Anggraini binti Alm. Reza Ardiansyah dengan mas kawin uang 100 ribu dibayar tunai!! " ucap penghulu."Saya nikahkan Raisa Anggraini binti Alm. Reza Ardiansyah dengan mas kawin uang 100ribu dibayar tunai!! " ucap Gibran dengan lantang."Bagaimana para saksi? " tanya penghulu."SAH!! " seru para saksi yang hadir disana."Alhamdulillahi rabbil alamin" ucap mereka bersamaan. Raisa mencium tangan Gibran dan Gibran mencium kening Raisa. Hal itu tak luput dari penglihatan Ayudia yang terlihat cemburu dan marah. Tapi dia harus menahannya demi kebahagiaan Gibran. Ia tak ingin Gibran mencari wanita lain yang lebih cantik dan berkelas dari dirinya. Raisa bisa dia atur dan ia setir semaunya karena Raisa adalah wanita miskin yang tak punya apa-apa.Semua orang sudah pulang kerumah termasuk Ayudia. Sebelum pergi Ayudia mencium bibir Gibran singkat dan berbisik sesuatu di telinga Gibran. Setelah itu Gibran dan Raisa hanya berdua di apartemen. Gibran menuntun tangan Raisa untuk masuk ke dalam kamarnya. Ia sudah tak sabar untuk bercinta seharian penuh bersama dengan istri keduanya ini.Saat Gibran ingin mencium bibir Raisa, wanita itu malah menolehkan kepalanya ke samping. Raisa belum siap karena ia tak pernah berciuman sebelumnya. Dia pernah berpacaran tapi pacaran yang sehat. Dulu dia dan pacarnya hanya saling bergandeng tangan dan berpelukan."Berani sekali kau menolakku?!" seru Gibran tersinggung. Ia mencengkram pipi Raisa agar melihat ke arahnya."Sekali lagi kau menolakku, aku akan berbuat kasar padamu!! " ancam Gibran. Rasia hanya diam saat Gibran mencium bibirnya. Jantungnya berdegup kencang saat Gibran melumat bibirnya. Raisa tidak tau harus berbuat apa karena ini adalah pertama kali untuknya. Ciumannya terkesan kaku hingga membuat Gibran kesal."Buka mulutmu dan julurkan lidahmu" perintah Gibran. Raisa tak bergeming. Ia malu melakukan hal itu di depan Gibran hingga membuat pria itu bertambah kesal saja. Gibran menarik rambut Raisa hingga wanita itu mengadu kesakitan"Ayo lakukan!!" paksa Gibran. Raisa hanya menangis dan menuruti kemauan Gibran. Ia membuka sedikit mulutnya dan menjulurkan lidahnya. Gibran yang sudah turn on segera menyambut lidah wanita itu dan saling membelit di dalam ciuman mereka. Nafas Raisa terengah-engah akibat ciuman itu. Bibirnya sangat merah dan membengkak. Gibran menyentuh dan mencumbu setiap lekuk tubuhnya hingga saat Gibran melakukan penyatuan Raisa merasakan sakit yang amat sangat menyakitkan. Tubuhnya terasa terbelah menjadi dua bagian saat benda keras dan panjang milik Gibran menerobos keperawanannya."Ahkkk sakit!! hiks hiks hiks" teriak Raisa sambil menangis padahal barang milik Gibran baru masuk ujungnya saja. Gibran merasa kesulitan menerobos lubang sempit milik Raisa. Ia yakin jika Raisa masih perawan. Ia sungguh beruntung mendapatkan Raisa. Gibran menarik miliknya lalu dengan cepat menancapkan miliknya ke lubang hangat milik Raisa."Ahhhkkkkk!! " teriak Raisa lagi lebih keras hingga memekakkan telinganya. Gibran merasa sensasi dipijit dan dihisap saat miliknya tertanam sempurna di dalam sana. Ia maju mundurkan perlahan agar Raisa dapat menikmati juga percintaan ini."Ahhh sttt lubangmu hangat dan sempit sekali ouhh" desah Gibran lalu mulai mempercepat hujamannya."Ahkk sakit berhenti cepat berhenti hiks hiks hiks" tangis Raisa yang malah tidak dipedulikan oleh Gibran Ia sibuk menjemput kenikmatannya sendiri. Sungguh nikmat rasa lubang milik Raisa ini berbeda dengan milik istrinya yang sudah tidak mengigit dan menjepit seperti milik Raisa.Gibran membalik tubuh Raisa hingga membelakanginya. Ia masukkan kembali miliknya ke dalam lubang hangat Raisa hingga membuat Raisa mendongakkan wajahnya ke atas karena menahan sakit dan perih di dalam miliknya."Ahhhhh" desah Raisa membuat Gibran makin bersemangat menghujam dirinya. Raisa akhirnya mendapatkan pelepasannya hingga lubangnya terasa bergetar memberi sensasi geli pada milik Gibran di dalam sana.Gibran pun sebentar lagi akan keluar. Ini adalah durasi tercepat dia akan keluar saat bercinta. Biasanya dia bisa tahan lama saat bermain tapi hanya 30 menit dia ingin cum."Ahhh Raisa... terima ini " Gibran mengeluarkan benih-benih premium nya ke dalam rahim istri keduanya itu. Raisa merasakan hangat pada rahimnya. Ia sedikit meringis saat Gibran mencabut miliknya dari dalam dirinya.Raisa pikir semua sudah berakhir tapi dia salah. Tak lama kemudian Gibran kembali menegang lalu menyetubuhinya lagi dan lagi hingga pagi menjelang.***Raisa terbangun pukul 12 siang. Ia tak mendapati Gibran di sampingnya. Ia menatap nanar bekas darah keperawanannya di atas sprei. Keperawanan yang sudah ia jaga selama 20 tahun harus terenggut oleh orang yang tak ia cintai. Air mata Raisa mengalir deras. Ini semua ia lakukan untuk Rangga adiknya. Ia rela berkorban dan melakukan apa saja demi Rangga karena hanya Rangga yang ia punya di dunia ini setelah orang tua mereka meninggal akibat kecelakaan 5 tahun yang lalu.Raisa mengusap air matanya dan ingin berdiri. Tapi intinya sangat sakit dan perih akibat digempur semalaman oleh suaminya.CEKLEKGibran masuk ke dalam apartemen. Dia membawa makanan dan baju ganti untuk Raisa pakai. Gibran mendekati Raisa lalu menyerahkan bungkusan yang berisi baju dan makanan itu."Ambillah" Raisa mengambil bungkusan itu. Ia melirik sedikit ke dalam bungkusan itu dan melihat ada baju dan makanan disana. Perutnya memang lapar sekali karena semalam dia belum makan.Raisa langsung memakannya dengan lahap. Gibran tidak memperdulikan Raisa. Baginya Raisa adalah alat untuk memuaskan nafsunya. Dia sedang video call dengan Ayudia istri pertamanya."Sayang maaf aku baru bangun" sapa Gibran pada istrinya itu."Hemm enak ya sudah becocok tanam semalaman. Pasti wanita itu sangat enak ya sampai bangun sesiang ini?!" ucap Ayudia cemburu."Kamu lebih enak sayang tapi kamu kan gak bisa memuaskan nafsuku sepanjang waktu. Hari ini belanjalah sepuasnya ya sayang. Aku sudah mentransfer uang di rekeningmu" Ayudia langsung membuka m-banking nya dan benar saja Gibran sudah mengirim dia uang 1 milyar."Terima kasih sayangku. Hari ini bersenang-senanglah dengan istri mudamu. Awas ya jaga hati dan perasaan. Kamu tidak boleh jatuh cinta sama dia paham!! "tekan Ayudia." Iya sayang aku akan selalu mencintaimu. I love you""I love you so much sayang"Setelah puas video call Gibran melirik Raisa yang tak bergeming di atas ranjangnya. Dia berinisiatif mendekati Raisa."Kamu tidak mau mandi? " tanya Gibran."Sakit... aku tidak bisa berjalan" jawab Raisa malu."Bilang dong dari tadi" Gibran langsung mengangkat tubuhnya dari atas ranjang hingga membuat Raisa kaget."Ahkk turunkan aku!! " teriak Raisa malu karena Gibran melihat tubuh polosnya lagi. Nafsu Gibran kembali naik. Dia tak mengindahkan teriakan Raisa dan membawa Raisa ke kamar mandi untuk bercinta kembali disana.Setelah puas berbulan madu di hotel, Gibran memboyong Raisa kerumahnya. Raisa hanya membawa beberapa potong baju didalam tasnya yang sudah usang. Gibran melirik tas itu begitu kusam dan hampir putus talinya. "Apa kau semiskin itu hingga tas plastik saja tidak punya? " cemooh Gibran membuat Raisa malu dan menyembunyikan tali tasnya yang penuh peniti yang hampir putus itu. "Tas ini berharga bagi saya tuan. Ini kado pemberian papa saya dulu saat saya berulang tahun" Raisa tidak memiliki banyak uang untuk membeli tas baru. Dia sering dibully dan diejek oleh teman-temannya. Semua yang dipakai Raisa sudah kusam dan kebanyakan dikasih orang. Raisa hanya memikirkan bagaimana bisa makan sehari-hari dan bayar kontrakan. Ia juga kerja paruh waktu di sebuah cafe menjadi seorang pelayan dan kadang pagi-pagi dia menjadi penjual koran. Apapun pekerjaannya yang penting halal dan bisa menyambung hidupnya. Sejak Rangga sakit, Raisa berhenti kuliah. Dia bekerja dari pagi sampai tengah malam untuk me
Devan sangat terkejut karena Raisa adalah mantan kekasihnya dulu saat kuliah. Dulu dia mencampakkan Raisa karena dia hanya menjadikan Raisa sebagai bahan taruhan bersama teman-temannya. Flashback On"Kalian tau cewek cantik yang duduk sendirian disana? namanya Raisa Anggraini anak fakultas sastra. Dia terkenal cantik dan dingin. Semua yang nembak dia selalu ditolak. Siapa yang bisa menaklukkan dirinya maka akan mendapatkan uang 100 juta dariku dan bisa kencan dengan Naura adikku." tantang Rio teman dekat Devan. Devan awalnya tidak mau ikut tapi karena dia naksir sama Naura makanya dia mau ikutan. "Serius kamu jadikan Naura hadiah taruhan ini? " tanya Aldo tak pecaya. Aldo juga naksir dengan Naura dan selama ini Naura acuh padanya. "Serius!! jadi waktunya hanya sebulan jika kalian kalah kalian tidak akan dapat hadiahnya. Mulai hari ini kalian coba dekati gadis sombong itu" ucap Rio yang menyimpan kekesalan pada Raisa karena wanita itu menolak dirinya minggu lalu. "Oke siapa takut"
Setelah selesai makan bersama Raisa disuruh untuk mencuci piring oleh Ayudia. Padahal dirumah ini sudah ada pembantu. Bi ijah berulang kali meminta Raisa untuk duduk saja tapi Raisa masih bersikeras mau membereskan ini semua. Setelah mencuci piring tangan Raisa ditarik oleh Devan yang sedari tadi menunggunya. Devan membawa Raisa ke kamarnya. Raisa berulang kali memberontak tapi tenaga Devan lebih kuat darinya. "Lepaskan!! lepaskan Devan!!" seru Raisa marah. Devan memasukkan Raisa ke kamarnya dan mengunci pintunya dengan cepat. Dia dekati Raisa hingga tubuh Raisa membentur dinding di belakangnya. "Kenapa kamu menikah dengan papaku?!! " tanya Devan dengan mata memerah. Dia marah sekali saat tau Raisa adalah mama tirinya. "Bukan urusan kamu!! " Raisa enggan memberitahu Devan mengapa dia sampai menikah dengan Gibran. "Aku tau kau menikah dengan papaku hanya demi uang kan?!! untung dulu aku sudah meninggalkanmu. Kau ternyata hanya wanita murahan!! " hina Devan membuat Raisa naik pita
Raisa rencananya akan mengunjungi adiknya Rangga di rumah sakit. Kondisi Rangga sekarang sudah semakin membaik. Dia meminta izin pada Gibran untuk mengizinkannya keluar rumah karena bagaimanapun Gibran adalah suaminya. "Mas aku boleh kerumah sakit? " tanya Raisa saat mereka ada di meja makan. "Boleh tapi ingat jangan pulang larut malam" jawab Gibran. Raisa senang karena dia bisa mengunjungi Rangga. Dia sudah memasak makanan kesukaan Rangga yaitu ayam goreng lengkuas dan sayur sop ayam. Tak lupa Raisa juga memberikan bekal pada suaminya. "Apa ini? " tanya Gibran menatap kotak makan yang diberikan oleh Raisa. "Bekal makan siang mas" jawab Raisa. Selama ini Gibran tak pernah membawa bekal karena Ayudia istrinya tidak pandai memasak. Gibran lebih suka membelinya di restoran yang sudah memiliki sertifikasi. Dengan ragu Gibran membawanya. Devan menatap tidak suka saat Raisa hanya perhatian pada papanya. Sama halnya dengan Ayudia dan Vallery mereka berpikir jika Raisa hanya caper pada G
Dokter datang dan melihat semua tubuh Raisa membiru. Kebetulan dokter itu adalah teman Gibran. Namanya adalah Simon. Simon geleng-geleng kepala melihat kelakuan Gibran yang menyiksa istri keduanya. "Dasar sadis" gumam Simon tapi bisa didengar oleh Gibran. "Aku membayarmu bukan untuk mengataiku tapi untuk memeriksa dirinya" balas Gibran skakmat. "Iya bawel. Udah tua masih gak tobat-tobat. Anak orang ini jangan kejam amat. Kalau mati gimana? " tanya Simon kesal. "Terserah aku ngapain dia bukan urusanmu!!" Gibran marah saat Simon mencampuri urusan pribadinya. "Awas loh kalau kamu jatuh cinta sama dia bakal menyesal seumur hidup sudah menyakiti wanita secantik dan seseksi ini" goda Simon sambil melihat tubuh Raisa yang benar-benar menggairahkan dan mengguncang iman. "Akan kucongkel matamu jika kamu berani melihat istriku lagi!! " ancam Gibran tak main-main. "Just kidding bro. Dasar posesif!!" setelah Simon selesai memeriksa dan memberikan obat untuk Raisa, Simon pulang karena sudah
Raisa sedang memasak di dapur. Devan melihat sekitarnya tidak ada siapapun disana. Dengan lancang Devan malah memeluk Raisa dari belakang. "Ahkk Devan lepaskan!! " Raisa kaget saat Devan memeluknya. "Sebentar saja" Devan mencium aroma sampo yang begitu wangi menguar dari rambut Raisa. "Tidak lepaskan!! " Raisa menyikut perut Devan agar melepaskan dirinya. Devan meringis saat perutnya disikut oleh Raisa. Kuat juga tenaga wanita ini. "Apa yang kalian lakukan?" tanya Ayudia curiga. Dia mendengar suara ribut-ribut dari dapur ternyata ada Raisa dan Devan. "Ini ma, Raisa minta bantuin ambil mangkok di atas sana" Devan selalu pintar beralibi. Ayudia masih menatap curiga pada keduanya. Tapi saat melihat Gibran turun Ayudia langsung menghampiri suaminya itu. "Sayang.. " Ayudia ingin memeluk Gibran tapi kali ini Gibran enggan untuk menerima pelukan dari Ayudia. Ayudia merasa heran kenapa Gibran tiba-tiba dingin kepadanya. "Mas kamu... " belum sempat Ayudia bicara Gibran malah menghampiri
Gibran berjalan-jalan bersama Ayudia setelah ia selesai meeting bersama rekan bisnisnya. Mereka mampir ke sebuah mall untuk makan disana. Mata Gibran melihat sebuah tas branded berwarna hitam. Seketika dia mengingat Raisa dirumah. Sudah berulang kali Gibran menyuruhnya membeli barang-barang yang diinginkan oleh istri mudanya itu. Tapi sampai saat ini Raisa tidak membeli satupun bahkan tidak ada riwayat pembelian dan penarikan di rekening miliknya. Gibran kira wanita suka uang tapi Raisa berbeda. "Mas kamu mau kemana? kamu mau beliin aku tas? " tanya Ayudia dengan mata berbinar. Gibran tak menjawab, Ayudia mengikutinya dari belakang. Ia senang karena Gibran akan membelikan dia tas mewah. "Mbak saya mau tas ini" Gibran menunjuk tas hitam yang ia lihat tadi lalu membayarnya di kasir. Ayudia senang sekali dan saat ia ingin mengambil tas itu Gibran tak memperbolehkannya. "Ini milik Raisa" ucap Gibran. Wajah Raisa langsung berubah marah. Kenapa suaminya itu repot-repot mau membelikan Rais
Rangga sudah diperbolehkan pulang oleh dokter hanya saja Raisa bingung apakah dia harus membawa Rangga ke rumah Gibran atau kerumah kontrakannya. Kalau dia membawa Rangga ke kontrakan, disana dia tidak bisa memantau dan menjaga adiknya. Raisa menemui suaminya yang sedang bekerja di ruang kerjanya. Dia membuatkan suaminya itu segelas kopi agar ada alasan untuk masuk kedalam sana. "Mas... Raisa mau ngomong sesuatu" Raisa tampak ragu tapi dia harus secepatnya berbicara. "Apa yang ingin kamu bicarakan? " tanya Gibran dengan mata yang tak lepas dari laptopnya. "Rangga adik saya sudah diperbolehkan pulang. Apakah dia boleh tinggal disini? " tanya Raisa. "Boleh rumah ini kan besar banyak kamar yang kosong. Tapi maaf aku tidak bisa ikut menjemputnya. Banyak pekerjaan yang harus aku urus. Kalau kau mau Devan bisa mengantarmu" saran Gibran. "Tidak aku bisa sendiri mas, makasih ya mas sudah mau mengizinkan Rangga tinggal disini" Raisa senang sekali karena dia bisa tinggal bersama dengan Ra
Rangga sudah diperbolehkan pulang oleh dokter hanya saja Raisa bingung apakah dia harus membawa Rangga ke rumah Gibran atau kerumah kontrakannya. Kalau dia membawa Rangga ke kontrakan, disana dia tidak bisa memantau dan menjaga adiknya. Raisa menemui suaminya yang sedang bekerja di ruang kerjanya. Dia membuatkan suaminya itu segelas kopi agar ada alasan untuk masuk kedalam sana. "Mas... Raisa mau ngomong sesuatu" Raisa tampak ragu tapi dia harus secepatnya berbicara. "Apa yang ingin kamu bicarakan? " tanya Gibran dengan mata yang tak lepas dari laptopnya. "Rangga adik saya sudah diperbolehkan pulang. Apakah dia boleh tinggal disini? " tanya Raisa. "Boleh rumah ini kan besar banyak kamar yang kosong. Tapi maaf aku tidak bisa ikut menjemputnya. Banyak pekerjaan yang harus aku urus. Kalau kau mau Devan bisa mengantarmu" saran Gibran. "Tidak aku bisa sendiri mas, makasih ya mas sudah mau mengizinkan Rangga tinggal disini" Raisa senang sekali karena dia bisa tinggal bersama dengan Ra
Gibran berjalan-jalan bersama Ayudia setelah ia selesai meeting bersama rekan bisnisnya. Mereka mampir ke sebuah mall untuk makan disana. Mata Gibran melihat sebuah tas branded berwarna hitam. Seketika dia mengingat Raisa dirumah. Sudah berulang kali Gibran menyuruhnya membeli barang-barang yang diinginkan oleh istri mudanya itu. Tapi sampai saat ini Raisa tidak membeli satupun bahkan tidak ada riwayat pembelian dan penarikan di rekening miliknya. Gibran kira wanita suka uang tapi Raisa berbeda. "Mas kamu mau kemana? kamu mau beliin aku tas? " tanya Ayudia dengan mata berbinar. Gibran tak menjawab, Ayudia mengikutinya dari belakang. Ia senang karena Gibran akan membelikan dia tas mewah. "Mbak saya mau tas ini" Gibran menunjuk tas hitam yang ia lihat tadi lalu membayarnya di kasir. Ayudia senang sekali dan saat ia ingin mengambil tas itu Gibran tak memperbolehkannya. "Ini milik Raisa" ucap Gibran. Wajah Raisa langsung berubah marah. Kenapa suaminya itu repot-repot mau membelikan Rais
Raisa sedang memasak di dapur. Devan melihat sekitarnya tidak ada siapapun disana. Dengan lancang Devan malah memeluk Raisa dari belakang. "Ahkk Devan lepaskan!! " Raisa kaget saat Devan memeluknya. "Sebentar saja" Devan mencium aroma sampo yang begitu wangi menguar dari rambut Raisa. "Tidak lepaskan!! " Raisa menyikut perut Devan agar melepaskan dirinya. Devan meringis saat perutnya disikut oleh Raisa. Kuat juga tenaga wanita ini. "Apa yang kalian lakukan?" tanya Ayudia curiga. Dia mendengar suara ribut-ribut dari dapur ternyata ada Raisa dan Devan. "Ini ma, Raisa minta bantuin ambil mangkok di atas sana" Devan selalu pintar beralibi. Ayudia masih menatap curiga pada keduanya. Tapi saat melihat Gibran turun Ayudia langsung menghampiri suaminya itu. "Sayang.. " Ayudia ingin memeluk Gibran tapi kali ini Gibran enggan untuk menerima pelukan dari Ayudia. Ayudia merasa heran kenapa Gibran tiba-tiba dingin kepadanya. "Mas kamu... " belum sempat Ayudia bicara Gibran malah menghampiri
Dokter datang dan melihat semua tubuh Raisa membiru. Kebetulan dokter itu adalah teman Gibran. Namanya adalah Simon. Simon geleng-geleng kepala melihat kelakuan Gibran yang menyiksa istri keduanya. "Dasar sadis" gumam Simon tapi bisa didengar oleh Gibran. "Aku membayarmu bukan untuk mengataiku tapi untuk memeriksa dirinya" balas Gibran skakmat. "Iya bawel. Udah tua masih gak tobat-tobat. Anak orang ini jangan kejam amat. Kalau mati gimana? " tanya Simon kesal. "Terserah aku ngapain dia bukan urusanmu!!" Gibran marah saat Simon mencampuri urusan pribadinya. "Awas loh kalau kamu jatuh cinta sama dia bakal menyesal seumur hidup sudah menyakiti wanita secantik dan seseksi ini" goda Simon sambil melihat tubuh Raisa yang benar-benar menggairahkan dan mengguncang iman. "Akan kucongkel matamu jika kamu berani melihat istriku lagi!! " ancam Gibran tak main-main. "Just kidding bro. Dasar posesif!!" setelah Simon selesai memeriksa dan memberikan obat untuk Raisa, Simon pulang karena sudah
Raisa rencananya akan mengunjungi adiknya Rangga di rumah sakit. Kondisi Rangga sekarang sudah semakin membaik. Dia meminta izin pada Gibran untuk mengizinkannya keluar rumah karena bagaimanapun Gibran adalah suaminya. "Mas aku boleh kerumah sakit? " tanya Raisa saat mereka ada di meja makan. "Boleh tapi ingat jangan pulang larut malam" jawab Gibran. Raisa senang karena dia bisa mengunjungi Rangga. Dia sudah memasak makanan kesukaan Rangga yaitu ayam goreng lengkuas dan sayur sop ayam. Tak lupa Raisa juga memberikan bekal pada suaminya. "Apa ini? " tanya Gibran menatap kotak makan yang diberikan oleh Raisa. "Bekal makan siang mas" jawab Raisa. Selama ini Gibran tak pernah membawa bekal karena Ayudia istrinya tidak pandai memasak. Gibran lebih suka membelinya di restoran yang sudah memiliki sertifikasi. Dengan ragu Gibran membawanya. Devan menatap tidak suka saat Raisa hanya perhatian pada papanya. Sama halnya dengan Ayudia dan Vallery mereka berpikir jika Raisa hanya caper pada G
Setelah selesai makan bersama Raisa disuruh untuk mencuci piring oleh Ayudia. Padahal dirumah ini sudah ada pembantu. Bi ijah berulang kali meminta Raisa untuk duduk saja tapi Raisa masih bersikeras mau membereskan ini semua. Setelah mencuci piring tangan Raisa ditarik oleh Devan yang sedari tadi menunggunya. Devan membawa Raisa ke kamarnya. Raisa berulang kali memberontak tapi tenaga Devan lebih kuat darinya. "Lepaskan!! lepaskan Devan!!" seru Raisa marah. Devan memasukkan Raisa ke kamarnya dan mengunci pintunya dengan cepat. Dia dekati Raisa hingga tubuh Raisa membentur dinding di belakangnya. "Kenapa kamu menikah dengan papaku?!! " tanya Devan dengan mata memerah. Dia marah sekali saat tau Raisa adalah mama tirinya. "Bukan urusan kamu!! " Raisa enggan memberitahu Devan mengapa dia sampai menikah dengan Gibran. "Aku tau kau menikah dengan papaku hanya demi uang kan?!! untung dulu aku sudah meninggalkanmu. Kau ternyata hanya wanita murahan!! " hina Devan membuat Raisa naik pita
Devan sangat terkejut karena Raisa adalah mantan kekasihnya dulu saat kuliah. Dulu dia mencampakkan Raisa karena dia hanya menjadikan Raisa sebagai bahan taruhan bersama teman-temannya. Flashback On"Kalian tau cewek cantik yang duduk sendirian disana? namanya Raisa Anggraini anak fakultas sastra. Dia terkenal cantik dan dingin. Semua yang nembak dia selalu ditolak. Siapa yang bisa menaklukkan dirinya maka akan mendapatkan uang 100 juta dariku dan bisa kencan dengan Naura adikku." tantang Rio teman dekat Devan. Devan awalnya tidak mau ikut tapi karena dia naksir sama Naura makanya dia mau ikutan. "Serius kamu jadikan Naura hadiah taruhan ini? " tanya Aldo tak pecaya. Aldo juga naksir dengan Naura dan selama ini Naura acuh padanya. "Serius!! jadi waktunya hanya sebulan jika kalian kalah kalian tidak akan dapat hadiahnya. Mulai hari ini kalian coba dekati gadis sombong itu" ucap Rio yang menyimpan kekesalan pada Raisa karena wanita itu menolak dirinya minggu lalu. "Oke siapa takut"
Setelah puas berbulan madu di hotel, Gibran memboyong Raisa kerumahnya. Raisa hanya membawa beberapa potong baju didalam tasnya yang sudah usang. Gibran melirik tas itu begitu kusam dan hampir putus talinya. "Apa kau semiskin itu hingga tas plastik saja tidak punya? " cemooh Gibran membuat Raisa malu dan menyembunyikan tali tasnya yang penuh peniti yang hampir putus itu. "Tas ini berharga bagi saya tuan. Ini kado pemberian papa saya dulu saat saya berulang tahun" Raisa tidak memiliki banyak uang untuk membeli tas baru. Dia sering dibully dan diejek oleh teman-temannya. Semua yang dipakai Raisa sudah kusam dan kebanyakan dikasih orang. Raisa hanya memikirkan bagaimana bisa makan sehari-hari dan bayar kontrakan. Ia juga kerja paruh waktu di sebuah cafe menjadi seorang pelayan dan kadang pagi-pagi dia menjadi penjual koran. Apapun pekerjaannya yang penting halal dan bisa menyambung hidupnya. Sejak Rangga sakit, Raisa berhenti kuliah. Dia bekerja dari pagi sampai tengah malam untuk me
Tibalah di hari pernikahan Raisa dan Gibran yang dilaksanakan di apartemen mewah milik Gibran. Ayudia istri pertama Gibran juga ikut hadir dalam acara pernikahan itu. Pernikahannya digelar sederhana dan ala kadarnya. Bukan karena tidak mampu untuk menggelar pesta mewah tapi Gibran tidak ingin orang-orang tau jika dia menikah lagi. Raisa ia nikahi hanya untuk menjadi pemuas nafsunya saja. "Saya nikahkan dan kawinkan engkau Gibran Wijaya bin Hadi Wijaya dengan Raisa Anggraini binti Alm. Reza Ardiansyah dengan mas kawin uang 100 ribu dibayar tunai!! " ucap penghulu. "Saya nikahkan Raisa Anggraini binti Alm. Reza Ardiansyah dengan mas kawin uang 100ribu dibayar tunai!! " ucap Gibran dengan lantang. "Bagaimana para saksi? " tanya penghulu. "SAH!! " seru para saksi yang hadir disana. "Alhamdulillahi rabbil alamin" ucap mereka bersamaan. Raisa mencium tangan Gibran dan Gibran mencium kening Raisa. Hal itu tak luput dari penglihatan Ayudia yang terlihat cemburu dan marah. Tapi dia harus