Share

BAB 151-152

Author: Sifa Syafii
last update Last Updated: 2022-04-21 02:36:26
BAB 151

“Cit, kalau aku ada hubungan spesial sama Dokter Herlina, mungkin sekarang aku sudah menikah dengannya. Di rumah sakit banyak kok dokter single yang bisa aku ajak menikah kapan saja, tapi kan aku milih-nya kamu. Udah ya, jangan marah-marah lagi. Kalau ada yang mengganjal di hati, langsung bicarakan sama aku. Jangan dipendam sendiri terus tiba-tiba ngambek dan marah nggak jelas,” ujar Dokter Ardian mengakhiri diskusinya seraya memegang kedua pipi Citra dengan kedua telapak tangannya.

“Iya, Mas,” balas Citra menganggukkan kepalanya dan tersenyum.

“Ada lagi?” tanya Dokter Ardian barangkali Citra masih memiliki uneg-uneg yang belum tersampaikan.

“Nggak ada,” jawab Citra dengan menggelengkan kepalanya.

“Ya sudah, temani Nizam sana. Nanti dia nangis, bangun-bangun nggak lihat kamu di kamar,” ujar Dokter Ardian seraya memberikan kunci kamar yang ia cabut tadi pada Citra.

Citra mengangguk lalu tersenyum dan menerima kunci itu.

Setelah Citra keluar dari kamar, Dokter Ardian memba
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (28)
goodnovel comment avatar
Rastri Quinn
Apa pak agus menikah lagi ya. Ibunya Widia dan Nadia itu beda. Kalo iya, wajar aja sih sifatnya Widia beda banget sama Nadia
goodnovel comment avatar
Uwak Loso
Salam..... hai thor ape nie khbar cerita da hampir sethn nunggu lom lanjut lagi....
goodnovel comment avatar
Muhammad Ramdani
lanjut kak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 153-154

    BAB 153 “Lah … justru bagus kan, Mas? Masih saudara pula. Biar dia bisa dekat lagi dengan keponakannya,” sahut Citra di sela makannya. Dokter Ardian mendesah pelan. “Dia genit. Suka cari perhatian dan tebar pesona sama cewek. Sampai sekarang dia belum menikah. Nggak tahu apa masalahnya, padahal dia ganteng,” paparnya. Citra tersenyum tipis. “Waaaah ganteng! Aku mau ke Dokter Daniel aja ya, Mas!” seru Citra sambil melihat ekspresi muka Dokter Ardian. “Ciiitraaaa!” Dokter Ardian menyebut nama Citra dengan penuh penekanan dan mata melotot. “Bercanda, Mas … jangan marah,” balas Citra dengan tersenyum simpul dan menatap Dokter Ardian. Dokter Ardian menatap jam di pergelangan tangannya. Kemudian ia bangkit dengan menyambar tas yang ada di atas kursi sampingnya. “Aku memanasi mobil dulu ya!” pamit Dokter Ardian. Tadinya ia bangun pagi karena hendak ke rumah sakit lebih pagi dari biasanya agar bisa bertemu dengan Bidan Lidia. Ia ingin memastikan sekali lagi kalau dia bukan Nadia. Dengan

    Last Updated : 2022-08-19
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 155-156

    BAB 155Citra membalasnya dengan tersenyum. Usai itu ia keluar dari ruang poli anak setelah semuanya selesai. Ketika pintu poli anak sudah ditutup Febri dari dalam, Citra merasa merinding dan bulu kuduknya berdiri. Ia celingak celinguk untuk melihat sekitarnya. Untungnya sudah mulai ada beberapa pasien yang datang. Ia menghela napas lega.Sambil berjalan, Citra mengirim pesan pada Dokter Ardian untuk memberitahukan kalau ia pulang duluan. Namun, tiba-tiba ia menabrak seseorang karena terlalu fokus pada ponsel-nya. Ia pun menatap orang yang ada di hadapannya dan lagi-lagi ia terkejut.“Maaf, maaf, maaf!” seru Citra seraya berlari meninggalkan Bidan Lidia, orang yang ditabrak-nya. Citra benar-benar ketakutan karena mengira Bidan Lidia adalah hantu Nadia.“Nizam … sepertinya Mama kandung kamu rindu kamu, Sayang …,” ucap Citra dengan berjalan cepat keluar dari rumah sakit. Tubuhnya menggigil dan suaranya gemetar.Sesampainya di depan rumah sakit, dengan segera ia masuk ke dalam salah satu

    Last Updated : 2022-09-28
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 157-158

    BAB 157“Bagaimana bisa Anda bicara seperti itu? Bagaimana pun, Nizam cucu Anda. Dan Anda maupun Pak Agus tidak pernah menjenguk-nya lagi,” ujar Dokter Ardian. Ia tidak habis pikir kalau keluarga ini sudah melupakan Nizam.“Hahaha. Cucu? Dia bukan cucu kandung-ku. Asal kamu tahu ya, Ardian, Nadia itu bukan Anakku, tapi anak Pak Agus. Aku menikah dengan Pak Agus ketika Nadia masih bayi. Aku merebut Pak Agus dari istrinya saat Nadia dan kembaran-nya masih bayi berusia sepuluh bulan. Kalau Nizam anak Widia, mungkin aku masih perduli. Karena Widia anak kandung-ku. Karena Nizam anak Nadia, aku tidak mengakuinya sebagai cucu-ku. Pergilah! Aku sibuk!” usir Bu Ratih lalu melenggang pergi meninggalkan Dokter Ardian.Dokter Ardian menggemeretakkan giginya. Kemudian ia menghela napas panjang dan mengembuskan-nya dengan kasar lalu masuk ke dalam mobilnya. Setelah itu ia melajukan mobilnya meninggalkan rumah Pak Agus dengan sangat kencang. Ia tidak menyangka kalau Bu Ratih akan tega berkata sepert

    Last Updated : 2022-09-28
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 159-160

    BAB 159“Ooooh mau tanya itu?” sahut Dokter Ardian dengan tersenyum. Kemudian ia melepaskan tangan Citra dan mengambil tas yang ada di atas kursi sampingnya.“Aku jawab nanti malam, ya,” imbuh Dokter Ardian dengan mengedipkan sebelah matanya pada Citra. Setelah itu ia mencium kening Citra dan berlalu pergi.“Mas! Kenapa nggak sekarang aja jawabnya?” seru Citra seraya mengejar Dokter Ardian yang berjalan menuju garasi mobil.“Sudah siang. Nanti aku telat. Aku pergi dulu ya. Assalamu’alaikum,” pamit Dokter Ardian lalu masuk ke dalam mobil.Citra menyaksikan mobil Dokter Ardian keluar dari pagar rumah dengan bibir cemberut. Dokter Ardian menyaksikan itu dari kaca spion yang ada di hadapannya dengan tersenyum puas.“Tunggu nanti malam, Cit. Semoga sore ini nggak ada SC.” Dokter Ardian bergumam.Citra masuk ke dalam rumah setelah menutup pintu pagar. Seperti biasa ia akan menemani Nizam bermain sampai lelah dan mengantuk.Setelah Nizam tidur, Citra tidak merasa mengantuk. Ia masih penasara

    Last Updated : 2022-09-28
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 161-162

    BAB 161Sesampainya Dokter Ardian di rumah, ia melihat Citra duduk di kursi teras rumah sambil mengajak Nizam berbicara. Ia pun tersenyum senang melihatnya. Pemandangan itu membuat hatinya berbunga-bunga.Ketika melihat mobil Dokter Ardian datang, tiba-tiba bibir Citra mengatup. Senyum di bibirnya pun memudar. Dengan segera ia berdiri dan menggendong Nizam masuk ke dalam rumah.Dokter Ardian merasa heran. Kenapa Citra tidak menyambutnya, tapi malah mengabaikan dan meninggalkannya.“Cit!” panggil Dokter Ardian seraya mengejar Citra. Ia berjalan cepat setelah turun dari mobil.Citra pun semakin mempercepat langkah kakinya saat mendengar suara Dokter Ardian semakin dekat. Ia menaiki anak tangga menuju kamarnya dengan tergesa-gesa. Namun, sayangnya ia kurang hati-hati sehingga tubuhnya oleng dan terjatuh ke belakang. Untungnya Dokter Ardian berada di belakangnya. Dengan sigap, Dokter Ardian melepas tas yang ada di tangannya untuk memegangi tubuh Citra. Tas Dokter Ardian pun jatuh menuruni

    Last Updated : 2022-10-01
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 163-164

    BAB 163 Sesampainya di meja makan, Citra mengambil makanan yang ada di atas meja. Begitu juga dengan Dokter Ardian. Mereka makan tanpa saling bicara. Hanya sesekali mata mereka melirik satu sama lain. Usai makan dan minum, Citra menatap Dokter Ardian. “Mana Nizam, Mas?” tanyanya. “Biarkan dia sama Bik Yati dulu,” balas Dokter Ardian lalu meneguk air putih yang ada di hadapannya. “Ya sudah aku ke atas dulu,” pamit Citra meninggalkan Dokter Ardian. “Tunggu dulu, Cit. Kita perlu bicara,” cegah Dokter Ardian. Citra tidak menggubrisnya dan tetap melangkahkan kakinya menaiki anak tangga. Dokter Ardian segera mengejarnya. Citra pun semakin mempercepat langkah kakinya hingga setengah berlari. Hingga akhirnya Dokter Ardian berhasil meraih tangan Citra tepat di ambang pintu kamar Citra. “Kenapa kamu menghindariku, Cit?” tanya Dokter Ardian seraya menatap wajah Citra untuk mencari jawaban. Citra mengalihkan pandangannya tidak berani menatap mata Dokter Ardian. Dokter Ardian pun menarik ta

    Last Updated : 2022-10-01
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 165

    BAB 165Sementara itu di rumah Dokter Ardian, Citra baru saja keluar dari kamarnya. Ia mengintip meja makan dari atas untuk memastikan Dokter Ardian tidak ada di sana. Setelah itu ia pun bergegas turun dan duduk di meja makan.“Bik, kok makanannya utuh?” tanya Citra sambil membalik piring setelah melihat makanan yang tersisa di atas meja makan.“Iya, Mbak. Pak Dokter nggak sarapan tadi,” jawab Bik Yati seraya menghampiri Citra dan mengambil Nizam dari pangkuan Citra.“Kenapa?” tanya Citra.“Nggak tahu. Mbak Citra juga tumben kok nggak segera turun dari tadi?” tanya Bik Yati balik.“Oh, tadi saya masih sibuk di kamar, Bik,” jawab Citra beralasan dengan menyengir.“Saya ajak Nizam nonton televisi ya, Mbak,” pamit Bik Yati lalu pergi meninggalkan Citra yang akan menyantap sarapan paginya.Di saat Citra tengah menyantap sarapan paginya, tiba-tiba ia mendengar ceramah dari televisi yang ditonton Bik Yati.“Jika kalian terpikat dengan wanita di luar sana, maka pulanglah. Karena apa yang ada

    Last Updated : 2022-10-03
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 166

    BAB 166‘Ck. Mengganggu dan merepotkan saja,’ gumam Dokter Ardian dalam hati. Padahal dia sudah sangat suntuk dengan masalah rumah tangganya dengan Citra. Namun, ia tetap berusaha terlihat sabar karena ada di depan banyak pasien.“Ya sudah, masuk!” ujar Dokter Ardian seraya memutar gagang pintu ruang poli kandungan. Kemudian ia masuk dan duduk di kursinya.Miranda tersenyum senang lalu masuk dan duduk di kursi pasien yang ada di depan Dokter Ardian.Dokter Ardian menulis nomor ponselnya pada selembar kertas kosong yang ada di hadapannya. Kemudian ia mendorongnya di atas meja ke arah Miranda.“Nih. Buat apa sih? Demi ketemu aku, kamu sampai bela-belain datang ke rumah sakit yang penuh dengan penyakit ini,” ucap Dokter Ardian seraya menunjuk meja kerjanya.“Gini loh, Yan. Bentar lagi itu ada reuni angkatan kita di SMAN 1 Mawar. Masa kamu nggak mau datang sih? Barangkali kan kita bisa berangkat bareng,” ujar Miranda dengan tersenyum.“Hah? Berangkat bareng? Bisa perang dunia nanti,” bala

    Last Updated : 2022-10-03

Latest chapter

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 220 (Tamat)

    BAB 220Beberapa bulan kemudianSudah satu minggu ini Citra mengambil cuti karena kandungannya sudah memasuki usia 37 minggu. Ia ingin beristirahat di rumah sambil mempersiapkan persalinan anak keduanya.Dokter Ardian sudah bekerja di Rumah Sakit Husada kembali. Namun, ia bekerja pada sore hari karena pagi hari sudah diisi dokter lain semenjak kepergiannya dulu.Pagi ini Dokter Ardian menemani Citra jalan-jalan pagi di komplek perumahannya. Arman dan Nizam masih tidur di rumah karena hari ini hari Minggu, sehingga mereka akan tidur sampai puas.Ketika sedang beristirahat di bangku yang ada pada sebuah taman, Citra merasakan janinnya menendang. Ia pun memegangi perutnya dengan tersenyum.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian.“Dia menendang, Mas,” jawab Citra dengan mendesis. Setelah tendangan itu ia merasakan perutnya kencang dan sangat sakit.“Aaaahhh, Mas! Sakit!” ucap Citra mendesis menahan sakit pada perutnya.“Apa akan melahirkan? Kamu tunggu di sini, ya! Aku pulang dulu ambil mobil dan

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 219

    BAB 219Malam hari Citra dan Dokter Ardian berbaring di atas tempat tidur berdua. Mereka sama-sama menatap langit-langit kamar mereka. Ada rasa canggung di antara mereka berdua karena sudah sepuluh tahun tidak bertemu.“Kenapa kamu tidak menikah lagi?” celetuk Dokter Ardian tiba-tiba seraya menoleh ke arah Citra yang berbaring di sampingnya.“Kenapa kamu bertanya seperti itu, Mas?” tanya Citra balik. Ia pun menatap Dokter Ardian juga.“Aku sudah pergi bertahun-tahun. Aku yakin kalau kalian semua sudah menganggapku mati,” jawab Dokter Ardian.“Bagaimana aku bisa menikah lagi, sedangkan hatiku kamu bawa pergi. Aku cinta hanya sama kamu, Mas,” ucap Citra dengan tersenyum.Hati Dokter Ardian tersentuh. Ia merasa terharu dengan pernyataan Citra. Ia pun segera memeluk tubuh Citra dan mencium bibirnya dengan buas. Untungnya ia sudah mencukur kumis berewoknya sebelum tidur tadi, sehingga Citra tidak menolaknya lagi.Ciuman mereka pun semakin panas hingga akhirnya percintaan di antara mereka p

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 218

    BAB 218“Kamu kerja?” tanya Dokter Ardian.Citra menganggukkan kepalanya. “Iya, Mas,” jawab Citra.“Kalau aku nggak kerja, bagaimana aku dan anak-anak bisa makan?” imbuh Citra lagi.“Maaf, ya. Aku sudah membuat kamu susah dan menderita,” ucap Dokter Ardian merasa bersalah. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke arah Citra dan menempelkan bibirnya pada bibir Citra lalu melumat bibir itu seperti dulu.Citra tidak membalas ciuman Dokter Ardian. Ia mengernyitkan keningnya merasa tidak nyaman karena Dokter Ardian berewokan. Ia pun memundurkan kepalanya menjauh.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian heran karena Citra menolak ciumannya.“Cukur dulu berewoknya, Mas,” gerutu Citra. Sudah lama ia tidak berciuman. Apalagi dengan wajah Dokter Ardian yang berewokan membuatnya risih dan sakit.Dokter Ardian mendesah pelan. Ia pun akhirnya pasrah karena memang tidak sempat mencukur bulu-bulu yang ada di wajahnya.Tidak lama kemudian Pak Aryo dan Bu Indah datang. Mereka segera masuk ke dalam rumah untuk meliha

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 217

    BAB 217“Kata Mama, Papa sudah di surga,” sahut Nizam. Ia masih ingat kalau Citra mengatakan seperti itu ketika Arman dan Nizam menanyakan papanya.“Mungkin maksud Mama calon Papa, Kak,” sahut Arman menebak.Dokter Ardian mendesah pelan. Dengan segera ia menarik pelan tangan kedua anaknya agar masuk ke dalam rumah. Citra pun segera menutup pintu lalu mengekor di belakang mereka.Dokter Ardian menunjuk foto pernikahannya dengan Citra yang tergantung di ruang tengah.“Tuh lihat! Masa nggak kenal sama Papa sendiri,” gerutu Dokter Ardian pada kedua anaknya.Nizam dan Arman menatap foto pernikahan Citra dan Dokter Ardian dengan sangat lekat. Sesekali mereka juga melihat Dokter Ardian untuk mencocokkan garis wajah papanya.“Nggak sama. Yang di foto ganteng. Yang ini tua!” ujar Nizam sambil menunjuk Dokter Ardian.Dokter Ardian menghela napas panjang lalu mengembuskannya dengan kasar. Bagaimana tidak tua? Saat ini usia Dokter Ardian sudah empat puluh dua tahun. Ditambah lagi ia tidak bisa me

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 216

    BAB 216Citra seperti melihat bayangan Dokter Ardian yang tersenyum padanya sambil duduk di kursi itu.‘Selamat pagi, Mas,’ ucap Citra dalam hati. Ia pun tersenyum lalu menutup pintu itu kembali. Kemudian ia bergegas menuju UGD untuk menjadi dokter jaga di sana.*Sore hari Citra pulang ke rumah seperti biasanya. Tubuhnya terasa lelah karena hari ini pasien di UGD sangat banyak. Ia masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai. Tiba-tiba Nizam dan Arman berlari ke arahnya lalu memeluk tubuhnya.“Mama!” seru mereka senang karena melihat Citra sudah pulang.Citra tersenyum lalu berjongkok untuk membalas pelukan mereka.“Bagaimana sekolahnya hari ini? Seru?” tanya Citra seraya menatap Nizam dan Arman bergantian.“Seru… sekali, Ma!” balas Nizam dengan antusias.Citra pun membelai kepala Nizam dengan tersenyum. Meskipun Nizam bukan anak kandungannya, ia akan tetap menyayangi Nizam seperti anaknya sendiri.“Kalau Arman?” tanya Citra seraya menatap Arman.Arman cemberut lalu berkata, “Sebel ah,

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 215

    BAB 215Dua tahun kemudianCitra masih berharap Dokter Ardian pulang. Ia masih berharap semua ini hanyalah mimpi panjangnya. Ia sangat ingin segera bangun dari tidur panjangnya ini.Setiap hari, sampai saat ini Citra selalu menunggu suaminya pulang di balkon kamarnya. pagi, siang, malam, ia sangat berharap Dokter Ardian memberikan kejutan padanya. Penantian panjang tak pernah membuatnya letih. Karena semua kenangan indah bersama dibawa Dokter Ardian pergi. Ia ingin kenangan itu datang kembali bersama suaminya tercinta.Setiap salat, Citra selalu berdoa agar Allah menuntun Dokter Ardian menemukan jalan pulang. Ia masih tetap di sini menunggu Dokter Ardian pulang kembali. Meskipun itu mustahil, tapi ia berharap ada keajaiban di dunia ini untuknya.Saat ini anak Citra sudah berusia dua tahun. Anak itu diberi nama Arman Raditya. Nama Arman mempunyai arti harapan dan doa. Harapan dan doa Citra adalah kepulangan Dokter Ardian, ayah dari anak-anaknya. Ia masih belum siap menjadi janda di usi

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 214

    BAB 214 Mobil ambulans baru saja sampai di halaman rumah Dokter Ardian. Citra pun masuk ke dalam mobil ambulans dengan bantuan dua orang perawat. Ia masih bisa berjalan dan tidak mau naik brankar. Bu Ratna juga mengekor di belakang mereka sambil membawa tas yang berisi pakaian Citra dan calon bayinya. Sesampainya di Rumah Sakit Bunda, Citra dianjurkan segera masuk ke ruang bersalin karena Dokter Amanda sudah mengatur semuanya. Sambil berjalan, Citra menangis berlinang air mata. Bukan karena kesakitan, tapi karena rindu dan teringat Dokter Ardian. ‘Mana janjimu, Mas? Kamu bilang akan menemaniku saat melahirkan anak kita? Tapi, kenapa kamu malah pergi meninggalkan aku dan anak kita?’ raung Citra dalam hati. “Cit,” panggil Dokter Amanda saat melihat Citra di ambang pintu ruang bersalin. Ia pun tersenyum paksa meskipun hatinya menangis. Hatinya sangat sakit melihat Citra yang berlinang air mata di hadapannya. Ia tahu dan mengerti bagaimana rasanya jadi Citra saat ini. Citra pun melan

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 213

    BAB 213Satu minggu kemudianCitra berdiri di balkon kamarnya. Ia menatap ke halaman rumah dan berharap melihat Dokter Ardian pulang. Setiap hari, pagi, siang, dan malam, ia menunggu Dokter Ardian pulang. Ia berharap semua ini hanya mimpi dan prank dari suaminya.“Mas …, aku rindu,” lirih Citra dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca. Setiap hari ia menangis merindukan Dokter Ardian.“Andai waktu bisa diulang, aku akan bilang ‘I love you’ setiap hari padamu, Mas. Aku belum pernah mengucapkan cintaku padamu. Andai waktu bisa terulang kembali, aku ingin bilang ‘Aku cinta kamu’ sejuta kali sehari pun aku akan melakukannya, Mas,” ucap Citra menyesali semuanya. Ia menyesal karena tidak pernah mengatakan cinta pada Dokter Ardian selama ini. Padahal waktu kebersamaan mereka sangat singkat.Mobil Dokter Ardian memang sudah diangkat dari jurang. Namun, di dalam mobil itu tidak ditemukan tubuh ataupun jenazah Dokter Ardian. Kemungkinan besar, tubuh Dokter Ardian terlempar keluar saat mobil

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 212

    BAB 212Citra tengah terbaring di salah satu kamar VIP Rumah Sakit Bunda. Sebuah selang infus terpasang pada tangan kirinya.Bu Ratna sedang menggosok telapak tangan dan telapak kaki Citra secara bergantian dengan lembut. Beberapa kali ia menatap wajah Citra dan berharap Citra segera membuka matanya. Ia baru saja sampai di Rumah Sakit Bunda sepuluh menit yang lalu dan langsung mencari di mana Citra dirawat.Tidak lama kemudian Citra mengernyitkan keningnya. Ia memegangi kepalanya yang terasa pening.“Cit,” ujar Bu Ratna senang akhirnya Citra sadar juga.Citra pun membuka matanya dan melihat ibunya di samping tempat tidurnya. Kemudian ia melihat ke sekeliling ruangan itu dan ia pun sadar kalau sedang berada di rumah sakit.“Ibuk,” balas Citra lirih.“Mau minum?” Bu Ratna menawarkan seraya mengambil air minum dalam kemasan botol yang ada di atas meja. Namun, Citra menggelengkan kepalanya. Bu Ratna pun menaruh kembali botol itu.Citra menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan koso

DMCA.com Protection Status