Juwita bangun pagi-pagi sekali. Ia telah terbiasa membantu ibunya untuk membuat sarapan. Sekarang karena ia sudah menikah dan berada di rumah baru, ia ingin memberi kesan pada keluarga barunya. Ia ingin membuat sesuatu yang enak sebagai ucapan terima kasih karena telah diperlakukan dengan baik.
Saat Juwita bangun, Hal pertama yang dilihatnya adalah Sky yang masih tertidur sambil mengisap jari. Adegan itu terlihat lucu, apalagi ditambah dengan visual Sky yang sangat tampan. Itu berhasil membuat Juwita merasa sangat bahagia.
Juwita telah berpakaian rapi dan segera turun ke dapur, ternyata hampir semua pelayan telah bersiap dengan semua pekerjaan mereka. Itu membuat Juwita merasa sungkan dan langsung mengurungkan niatnya. Saat Juwita berbalik, wajah Samudra yang datar berhasil memasuki penglihatannya.
Samudra adalah adik Sky yang berumur 21 tahun, dua tahun lebih tua dari Juwita. Laki-laki itu adalah satu-satunya orang yang tak mengeluarkan satu patah kata pun saat Juwita sampai di rumah ini. Itu membuat Juwita terkadang berfikir bahwa laki-laki itu mungkin tak menyukainya.
Saat mata Juwita dan Samudra bertemu, ada rasa dingin dan gugup terkandung didalamnya. Juwita segera menunduk, karena bagaimanapun ia tak tau seperti apa kepribadian Samudra. Juwita takut akan menyinggung perasaannya. Tapi sebelum Juwita melangkah menjauh, laki-laki itu mendekat dan berbicara padanya.
"Bisakah kita berbicara?"
Juwita langsung mendongak dan mengangguk setelahnya. Samudra pun keluar dari tempat itu dan Juwita langsung mengikuti. mereka berjalan di sekitar taman.
"Juwi, menurutmu seperti Sky itu?"
Saat Samudra bertanya, ada keseriusan terkandung didalamnya. Hal itu membuat Juwita terdiam sejenak dan memiliki kata-kata yang bagus untuk menggambarkan seperti apa Sky itu. Walaupun Juwita tidak pandai menggunakan kata-kata manis, tapi ia juga tidak berani menyinggung perasaan orang lain.
"Sebenarnya... Aku tidak tau bagaimana menggambarkan seorang Sky. Tapi selama aku melihatnya, dia memperlakukanku dengan sangat baik. Jadi aku nyaman berada di sekitarnya."
Jawaban itu begitu abu-abu namun jujur, karena bagaimanapun ini baru hari pertama Juwita mengenal Sky. Ia tak dapat menjabarkan seperti apa Sky lebih baik dari ini, karena memang hanya ini yang bisa ia rasakan sekarang.
Samudra menatap Juwita dengan tatapan datar, entah apa yang ada didalam hatinya sekarang. Hanya saja Juwita berubah menjadi lebih gugup saat laki-laki itu menatapnya dengan cara seperti ini.
"Sky itu adalah kebanggaan orang tuaku. Dia sangat baik dan ramah pada semua orang. Dia juga pintar dan selalu mendapatkan juara umum. Saat dia kecelakaan keluarga kami berubah menjadi suram. Saat dia bangun ada harapan dari orang tuaku untuk membuatnya lebih baik. Sky adalah segalanya bagi orang tuaku. Dari perkataan ku sebelumnya, kamu harusnya dapat menyimpulkan bagaimana pentingnya Sky bagi orang tuaku. Sky tidak normal, Sky cacat. Kamu cantik dan pintar, kamu memiliki jalan yang panjang untuk bersinar. Jika di masa depan kamu menganggap Sky adalah sebuah penghalang, jangan berharap untuk memiliki kehidupan yang menyenangkan. Aku akan menghancurkan mu. Jadi, jika kamu ingin lari sekarang maka aku membiarkan mu. Tapi jika kamu memilih untuk tetap diam, maka kamu harus memperlakukan nya dengan baik."
Dari setiap kalimat yang dikeluarkan oleh Samudra saat ini, ada kalimat ancaman yang terdengar jelas. Akan tetapi, Juwita dapat menyadari bahwa ada harapan terkandung didalamnya. Jika Juwita berada diposisi Samudra saat ini, maka Juwita pun akan melakukan hal yang sama. Ia tak akan percaya pada siapapun untuk mengurus kakak tersayangnya, apalagi dengan kondisi semacam itu. Ia tak akan percaya ada cinta sejati instan yang akan memasuki keluarganya.
"Aku tidak mencintai Sky, setidaknya belum. Aku juga tidak tau seperti apa perasaan ku di masa depan. Tapi aku orang yang menghargai sebuah hubungan. Sky sekarang terikat denganku, jadi aku tak akan lari sebelum ikatan itu putus. Aku tau kamu mungkin ragu karena bagaimanapun Ayahmu telah membayar dengan harga yang tinggi untuk membawaku kemari. Tapi kamu hanya perlu tau, aku akan menjaganya dengan baik bagaimanapun kondisinya. Aku hanya bisa menjanjikan hal itu untuk meyakinkan mu."
Mendengar hal itu, Samudra hanya terdiam. Jawaban semacam ini telah ada didalam otaknya, tapi entah kenapa saat Juwita yang mengatakan hal itu. Ada rasa percaya yang teramat besar muncul dihatinya. Enggan untuk berkomentar lebih lanjut. Ia pun melangkah dan meninggalkan Juwita seorang diri. Tapi suara gadis itu berhasil membuat langkahnya berhenti sejenak.
"Samudra... Kamu mengatakan bahwa orang tuamu sangat mencintai Sky, dan menganggapnya sebagai kebanggaan mereka. Lalu bagaimana denganmu, apakah kamu menganggap Sky juga sebagai sebuah kebanggaan?"
Tak menggubris pertanyaan itu, Samudra segera pergi dan meninggalkan Juwita. Itu membuat Juwita sadar bahwa keluarga ini mungkin tak seharmonis kelihatannya.
Juwita menghela nafas pelan, ia mencoba berfikir positif dan menganggap itu hanya sebagai bentuk perhatian seorang adik untuk kakaknya.
Saat Juwita kembali, tiba-tiba seseorang menarik tangannya. Itu membuat Juwita langsung kaget.
"Istri, kenapa kamu meninggalkanku dan pergi bermain dengan samudra. Apakah Samudra lebih baik dariku?"
Suara itu terdengar sedikit bergetar dan saat Juwita melihatnya, mata Sky terlihat memerah dan akan menangis. Itu membuat Juwita langsung panik, ia langsung menggeleng dengan cepat.
"Apa yang kamu pikirkan, bagaimana Samudra lebih baik darimu. Dia hanya mengajakku ke taman dan mengatakan padaku bahwa lain kali kita bisa bermain disana."
"Benarkah?"
"Benar," ucap Juwita meyakinkan.
Setelah itu Sky langsung melepaskan tangan Juwita. "Kalau begitu ayo kita bermain ke taman."
Mendengar hal itu Juwita langsung menolak. "Nanti saja, Sky kan belum sarapan. Kalau bermain sebelum sarapan, itu akan membuat tubuh Sky menjadi lemah. Kalau tubuh Sky menjadi lemah maka juga akan mudah sakit."
Sky pun langsung mengangguk dan segera berlari ke meja makan. Melihat hal itu Juwita hanya mampu tersenyum pasrah. Tak lama ada rasa kesemutan datang dari tangannya. Saat Juwita melihatnya, ternyata tangannya sudah memerah dan sedikit sakit. Itu membuat Juwita tersadar saat Sky menariknya tadi dengan sangat kencang.
Juwita membelai pelan tangannya dan segera menutupinya dengan lengan baju panjangnya. Tapi saat Juwita menoleh, ternyata Samudra sedang memperhatikannya. Itu membuat Juwita segera menunduk dan mengikuti langkah Sky sebelumnya.
Sky memegang garpunya sambil menusuk-nusuk nasi goreng dengan wajah cemberut. Hal itu membuat Juwita hanya mampu tersenyum pasrah. Ia mendekat mencoba membujuk laki-laki itu sekali lagi."Apakah kamu masih marah?"Sky tetap diam tapi bibirnya semakin mengerucut, itu membuatnya semakin terlihat lucu. Karena Juwita tak membujuknya lebih lanjut, Sky menoleh dan tak terima."Jangan bermain dengan Samudra, istri hanya boleh bermain dengan Sky."Juwita hanya mengangguk dan menjawab dengan ya setelahnya. Itu membuat Sky merasa senang, walaupun dia sebenarnya belum cukup puas karena Juwita tak membujuknya lebih lama.Sky dibesarkan dengan cara yang manja, ia biasa dipuji dan diberi perawatan terbaik. Juwita sangat penurut tapi jarang memujinya dan mengatakan hal-hal manis. Itu membuat Sky sedikit tidak puas tapi kata Mama, istri adalah orang yang harus dimanjakan oleh suami bukan sebaliknya. Jadi Sky yang memiliki ego tinggi terpaksa mengalah dan mencoba m
Suasana kekeluargaan terasa sangat kental, hingga membuat semua orang larut didalamnya. Bahkan Juwita pun terus membanding-bandingkan keluarga ini dengan keluarga kandungnya. Akan sangat baik jika ia lahir di keluarga ini. Tak lama dua buku kecil diberikan pada Juwita. Saat Juwita melihatnya, ia pun menyadari bahwa itu adalah buku nikah untuk dirinya dan Sky. Ia pun tak tau harus berekspresi seperti apa. Ini terlalu tiba-tiba, walaupun ia telah mempersiapkan mental sebelumnya. Tapi tetap saja itu masih sulit. Linda memegang tangan Juwita dengan wajah terharu. "Sekarang kamu telah resmi menjadi menantu kami. Mama harap itu membuat hubungan kita menjadi lebih dekat secara emosional. Juwi, Mama titipkan Sky padamu. Mama harap kamu dapat menjaga menjadi dengan baik." Juwita pun ikut terharu. Ia memegang tangan mertuanya dengan lebih erat. Sambil meyakinkan wanita itu bahwa ia akan menjaga putranya seperti ia menjaga dirinya sendiri. "Mama tak perlu khawat
Juwita bangun di rumah besar itu lagi. Ruangan yang penuh dengan mainan anak laki-laki. Itu membuat Juwita menghembuskan nafas lega. Perubahan hidupnya begitu drastis hingga terkadang ia merasa itu seperti mimpi. Ia menoleh dan menatap laki-laki disampingnya. Laki-laki itu terlihat sangat polos saat tidur, sangat jauh berbeda dengan sikapnya semalam saat marah. Jika beberapa hari yang lalu Juwita melihat pemandangan ini, mungkin ia akan mengatakan mengatakan Sky sangat lucu. Tapi mengingat tempramen posesif Sky semalam, Juwita merasa Sky laki-laki dewasa yang maskulin. Dengan langkah pelan Juwita bangun dan segera pergi ke luar. Ia sempat kaget saat melihat ternyata samudra sudah menunggu di depan kamar mereka. Samudra mengabaikan ekspresi kaget kakak iparnya. Ia langsung memberi isyarat pada Juwita untuk mengikutinya lagi. Hal itu membuat Juwita penasaran, hal apa yang akan laki-laki itu katakan kali ini. Samudra menatap Juwita lebih intens dari sebe
Samudra duduk di dekat jendela sambil menghisap rokok yang ada di mulutnya. Asap putih itu telah membuat pikirannya lebih jernih dari sebelumnya. Beberapa hari ini ia merasa tidak tenang melihat ada anggota baru masuk ke dalam keluarganya. Ia tidak membenci Juwita, hanya saja wanita itu terlalu sederhana. Samudra telah memberi peringatan padanya, akan tetapi wanita itu terlalu keras kepala dan enggan menggubris peringatan yang telah Ia berikan."Bodoh."Hanya itu yang bisa dia ucapkan untuk wanita itu. Besok Samudera akan pergi untuk melanjutkan studinya, sedangkan Ayah dan ibunya juga akan pergi ke luar negeri melakukan urusan bisnis. Maka saat itu juga, Juwita dan Sky akan tinggal bersama dan hanya berdua saja. Maka saat itu juga Juwita akan menyadari bahwa laki-laki yang ia nikahi bukanlah laki-laki yang sederhana.Tak lama suara pintu pun terbuka dan sosok laki-laki tampan muncul setelahnya. Laki-laki itu tak lain dan tak bukan adalah Sky, akan tetapi aura yang dipancarkan sangat
Suara pisau yang sedang memotong daging dan sayuran telah memenuhi dapur bahkan ketika matahari masih belum terlihat. Juwita telah bangun pagi-pagi sekali dan mencoba memasak makanan yang telah di ajar oleh ibunya di desa. Ia sangat bahagia saat berada di rumah ini dan semua orang begitu baik padanya. Hal tersebut membuatnya ingin mengucapkan banyak terimakasih. Mungkin ia tidak bisa memberi hadiah yang mahal, tapi ia bisa memasak untuk semua orang."Baunya sangat harum," ucap pelayan memuji.Juwita hanya tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya. Ada lima pelayan yang membantunya di dapur saat ini. Semuanya merasa senang saat melihat Juwita memasak untuk satu keluarga, karena bagaimanapun mereka telah bekerja selama belasan tahun di rumah ini. Apalagi mereka telah menganggap Sky dan Samudra seperti anak mereka sendiri. Hal tersebut membuat mereka senang saat melihat Sky mendapatkan istri yang baik seperti Juwita."Hari ini Papa dan Mama akan berangkat ke luar negeri dan Samudra akan kem
Di meja makan keluarga, suara sendok dan garpu bersautan. Sekarang waktunya makan malam dan semua anggota keluarga berkumpul. Keluarga kecil ini hanya berisi Ayah, Ibu, Nenek dan Kakak laki-lakinya.Juwita hanya menunduk dan terus makan dengan hening. Ia sadar bahwa ia hanya pelengkap di keluarga ini. Jadi ia tak bertingkah dan berkomentar banyak.Keluarga Juwita adalah keluarga patriarki. Dimana anggota keluarga laki-laki selalu menjadi orang yang paling dominan dan dihormati. Sedangkan perempuan di didik menjadi seseorang yang penurut dan tunduk pada perintah laki-laki. Jadi dapat kalian simpulkan seperti apa posisi Juwita di keluarga ini.Saat semua makanan telah selesai dimakan. Para perempuan akan bangun dan membersihkan semua piring kotor yang ada. Juwita yang masih menunduk mencoba mengangkat wajahnya dan memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya."... Yah, bolehkah Juwi tidak menikah? Juwi telah diterima di universitas negeri d
Sekarang hari Minggu, tepat lima hari setelah kejadian malam itu. Juwita sekarang semakin hari semakin mempersiapkan diri sebagai istri yang baik. Ibunya mengajarkannya banyak ketrampilan seperti memasak, membersihkan rumah hingga berdandan. Tak lupa sang nenek ikut berkontribusi dengan memberi 'wejangan' tentang menjadi istri yang baik dan benar, serta menjadi perempuan pengabdi pada suami.Sekarang ia harus berpamitan pada keluarganya, karena hari ini ia akan pergi ke kota dan tinggal bersama suaminya disana. Semua barang-barang telah dikemas ke dalam koper dan anggota keluarga membantunya membawa koper ke dalam mobil.Saat berpamitan Juwita memeluk ibunya dengan erat sambil menangis tersedu. Ia tak tau kapan ia bisa berkunjung ke tempat ini lagi. Selain ibunya, hampir semua anggota keluarga terlihat sangat ikhlas saat melepaskannya. Seolah-olah mereka tak pernah memiliki sisi keberatan saat melihatnya pergi. Itu membuat Juwita merasa terasingkan. Tetapi sebaga
Juwita perlahan mulai membuka matanya. Tenaga yang sebelumnya terkuras sekarang telah kembali lagi. Ia merasa semangatnya sudah mulai terkumpul dan pikirannya mulai jernih kembali.Saat ia bangun, pandangan mengarah ke semua penjuru kamar. Ia baru sadar bahwa kamar ini terlihat begitu cerah. Tempat ini dipenuhi oleh berbagai macam mainan anak laki-laki. Mulai dari motor, mobil hingga Lego. Robot besar Transformers pun berjejer setinggi dua meter.Saat rasa penasaran masih tetap ada di pikirannya, suara di perutnya berhasil mengalihkan perhatian. Ia baru ingat bahwa ia belum makan sejak tadi. Akan tetapi pesan dari pelayan sebelumnya mengatakan bahwa suami dan keluarganya akan datang sebentar lagi. Jadi ia tak boleh terlihat lusuh dan harus memberi kesan terbaik saat pertama kali bertemu.Juwita mengabaikan rasa lapar dan segera mengambil baju di lemari dan pergi mandi untuk membersihkan diri. Kamar mandi itu terlihat mewah dan berhasil membuat Juwita kagum