Juwita perlahan mulai membuka matanya. Tenaga yang sebelumnya terkuras sekarang telah kembali lagi. Ia merasa semangatnya sudah mulai terkumpul dan pikirannya mulai jernih kembali.
Saat ia bangun, pandangan mengarah ke semua penjuru kamar. Ia baru sadar bahwa kamar ini terlihat begitu cerah. Tempat ini dipenuhi oleh berbagai macam mainan anak laki-laki. Mulai dari motor, mobil hingga Lego. Robot besar Transformers pun berjejer setinggi dua meter.
Saat rasa penasaran masih tetap ada di pikirannya, suara di perutnya berhasil mengalihkan perhatian. Ia baru ingat bahwa ia belum makan sejak tadi. Akan tetapi pesan dari pelayan sebelumnya mengatakan bahwa suami dan keluarganya akan datang sebentar lagi. Jadi ia tak boleh terlihat lusuh dan harus memberi kesan terbaik saat pertama kali bertemu.
Juwita mengabaikan rasa lapar dan segera mengambil baju di lemari dan pergi mandi untuk membersihkan diri. Kamar mandi itu terlihat mewah dan berhasil membuat Juwita kagum. Akan tetapi Juwita merasa bingung bagaimana cara menggunakannya. Butuh waktu lama baginya untuk mengutak-atik beberapa tombol di sana, sampai ia bisa menggunakan shower dan akhirnya mandi setelahnya.
Baju yang dipakai berwarna biru tua dan terlihat sederhana. Tapi sebagai orang yang benar-benar hidup sederhana, Juwita tahu betul baju ini tak mungkin murah. Dari bahannya saja ia dapat menyadari betapa mahalnya baju yang ia pakai. Walaupun ia tak tahu nominalnya berapa, ia berterima kasih karena diberi pakaian ini. Karena itu menandakan bahwa keluarga suaminya memperhatikan dan berusaha membuatnya nyaman di rumah ini. Itu membuat satu beban dihatinya turun seketika.
Juwita turun dan disambut oleh berbagai macam makanan yang berjejer rapi di meja makan. Itu membuatnya heran sekaligus penasaran.
"Apakah mereka sudah pulang?"
Seorang pelayan segera mendekat. "Belum nona."
"Lalu kenapa makanan dimeja makan begitu banyak."
"Kami memang selalu menyediakan makanan seperti ini. Kami tidak tau yang mana makanan kesukaan nona, jadi kami membuat semuanya. Silahkan dimakan nona."
Mendengar jawaban pelayan, Juwita merasa kaget. Ia belum pernah melihat orang yang memasak makanan begitu banyak hanya untuk satu orang.
"Jadi semuanya hanya untukku?" ucapnya sambil menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi bodoh.
Pelayan itu mengangguk dan tersenyum ringan karena melihat tingkah Juwita yang begitu lucu.
Juwita hanya mampu berterimakasih dan memakan makanan yang disediakan. Ia hanya memilih dua atau tiga lauk untuk dimakan. Itu pun karena lauk yang tersedia terlalu banyak, hingga ia merasa sungkan jika hanya mengambil satu lauk saja.
Saat Juwita kenyang dan menyelesaikan makanan nya. Para pelayan segera datang dan membersihkannya. Hal ini membuat ia ingat akan tetapi ibunya yang berada di rumah. Juwita yakin jumlah uang yang diterima oleh ayahnya untuk menikahkannya dengan keluarga ini pasti berjumlah sangat besar. Jadi dia berharap semoga beban ibunya sedikit diringankan di sana. Setidaknya mungkin ayahnya dapat membayar 1 orang pembantu untuk membantu ibunya di rumah.
Juwita terdiam untuk sejenak, akan tetapi suara langkah kaki berhasil mengalihkan pikirannya. Langkah kaki itu bukan hanya dari satu atau dua orang saja, melainkan 4 orang. Saat Juwita menoleh ia dapat melihat 4 orang yang terdiri dari 2 laki-laki dan 1 wanita paruh baya.
Wanita itu tersenyum lebar dan sedikit mempercepat langkahnya saat melihat Juwita.
"Apakah ini istri Sky?" ucapnya girang.
Juwita yang bingung dan tak tau Sky itu siapa hanya mampu tersenyum canggung dan terdiam.
Melihat istrinya yang terlalu antusias dan berhasil membuat menantu mereka bingung. Membuat Kusuma berinisiatif untuk maju dan memperkenalkan diri.
"Halo Juwi, Saya Papanya Sky dan ini ibunya. Yang itu adik Sky, namanya Samudra dan disebelahnya adalah Sky, suamimu."
Saat laki-laki paruh baya itu menunjuk ke arah Sky dan mengatakan bahwa itu merupakan suaminya. Saat itulah Juwita baru sadar dan segera mengerti. Iya pun menunduk lalu tersenyum manis sambil memperkenalkan dirinya.
"Halo saya Juwita."
Mendengar nama menantunya, Linda pun terlihat semakin antusias.
"Juwita? Nama yang bagus. Apa nama panjangmu?"
"Hanya Juwita."
Dinda yang mendengar hal itu hanya mampu terdiam heran dan bingung. Sangat jarang melihat seseorang yang memiliki nama hanya satu kata, apalagi nama itu terdengar sangat umum dan banyak digunakan oleh orang lain. Kebanyakan nama yang digunakan pada saat ini adalah nama-nama estetik dengan arti dan terdiri dari 3 kata.
"Owh... Hanya Juwita. Baiklah lupakan hal itu. Kamu sangat manis," ucapnya memuji.
Juwita memang bukan tipe gadis cantik dengan kulit putih dan jernih. Tapi dia memiliki kulit sawo matang dengan wajah manis dan senyum gigi kelinci miliknya. Itu membuatnya terlihat sangat lucu dan manis.
Juwita sedikit menoleh dan melihat laki-laki bernama Sky itu. Laki-laki itu sangat tampan dengan kulit putih dan tinggi satu kepala darinya. Laki-laki itu memakai baju kaos putih biasa dengan jaket. Terlihat sangat polos, hanya saja wajah laki-laki itu memerah hingga ke telinga, berbeda jauh dengan warna lehernya.
Sky terlihat kaku dan meremas tangannya. Ia berdiri tegak dan melihat kearah kiri dan dan kanan seolah menghindari tatapan Juwita. Linda yang menyadari hal itu segera memanggil Sky untuk mendekat.
"Sky, ayo mendekat."
Mendengar perintah ibunya, laki-laki itu langsung menoleh dan mendekat dengan cara yang aneh. Juwita memperhatikan dengan hati-hati dan ia yakin ada yang berbeda dengan cara Sky bertingkah. Laki-laki itu berjalan dengan cara yang kekanakan dan ibunya berbicara dengannya seperti seseorang yang berbicara pada anak kecil.
"Sky perkenalkan ini Juwita, istri kamu. Ayo berkenalan."
Saat Sky mengulurkan tangannya, wajah tampan itu langsung berubah menjadi lebih merah. Tapi ia tersenyum malu dan memperkenalkan dirinya dengan cara yang lucu.
"Halo, nama aku Ethan Sky Subadra. Nama panggilan aku Sky, Sky itu artinya langit dan Papa Mama bilang Sky itu ganteng kayak langit makanya dinamain dengan nama Sky. Terus aku itu suka banget sama warna biru. Aku juga punya banyak mainan di kamar. Aku suka suka banget nonton Spongebob tapi aku nggak suka warna kuningnya. Aku juga punya mainan Transformers, itu hadiah dari Mama Papa ke aku saat ulang tahun ke dua puluh tujuh..."
Sky terus memperkenalkan dirinya terus menerus. Ia menceritakan hampir semua hal yang ia miliki dan cintai. Hal itu membuat Juwita sadar satu hal, apa yang sang ibu sebut tentang suaminya yang 'sakit' adalah hal ini. Sky sepenuhnya tidak normal, bukan secara fisik tapi secara mental.
Juwita tak tau dinamakan apa kondisi Sky saat ini, tapi ia mulai memikirkan nya. Saat Sky sudah selesai memperkenalkan dirinya, ruangan itu hening untuk sejenak. Juwita dapat menyadari bahwa hampir semua orang di ruangan ini berubah menjadi gugup, dan menunggu tanggapan nya.
Juwita telah berjanji didalam hatinya sebelum sampai ke rumah ini. Bahwa ia akan menerima semua kondisi yang ada dan merubah nasibnya menjadi lebih baik. Hari ini ia menyadari bahwa suaminya tak senormal laki-laki pada umumnya. Tapi suaminya sangat manis dan memperlakukannya dengan baik. Apalagi keluarga ini menyambut nya dengan hangat, bahkan jauh lebih hangat dari keluarganya sendiri. Itu membuat Juwita merasa merasa mungkin inilah takdir yang harus ia jalani. Tak masalah, ia selalu percaya Tuhan selalu akan memberikan yang terbaik untuknya.
Juwita memperhatikan tangan Sky yang sedang bersalaman dengannya. Tangan itu begitu lembut, menandakan bahwa keluarga ini begitu memanjakannya dan tak membiarkannya melakukan hal-hal kasar. Itu membuat hati Juwita sedikit melembut, dan ia pun mendongak sambil menatap Sky dengan senyuman manis.
"Halo Sky, nama saya Juwita."
Juwita melihat hubungan keluarga ini begitu harmonis. Semua orang terlihat begitu baik dan mendukung satu sama lain. Bahkan jika anak mereka tidak normal lagi. Mereka tetap menyayanginya sepenuh hati.Ya.Tidak normal lagi. Itu adalah kalimat yang pas untuk menggambarkan kondisi Sky saat ini. Sky tidak terlahir dengan kondisi seperti ini, laki-laki itu tumbuh sebagaimana anak laki-laki pada umumnya. Hanya saja lima tahun yang lalu Sky mengalami kecelakaan mobil saat merayakan kelulusan bersama teman-temannya.Sky termasuk yang paling sial karena menjadi satu-satunya orang yang mengalami luka parah. Tak ada luka fisik yang signifikan diluar, tapi Sky mengalami pendarahan hebat di otaknya yang membuatnya harus dioperasi. Hanya saja operasi itu memiliki tingkat resiko yang tinggi. Itu membuat Sky harus koma selama dua tahun. Setelah Sky bangun, laki-laki itu mengalami kemerosotan IQ yang signifikan.Melihat Sky bangun dari tidur panjangnya, semua anggota kel
Juwita bangun pagi-pagi sekali. Ia telah terbiasa membantu ibunya untuk membuat sarapan. Sekarang karena ia sudah menikah dan berada di rumah baru, ia ingin memberi kesan pada keluarga barunya. Ia ingin membuat sesuatu yang enak sebagai ucapan terima kasih karena telah diperlakukan dengan baik.Saat Juwita bangun, Hal pertama yang dilihatnya adalah Sky yang masih tertidur sambil mengisap jari. Adegan itu terlihat lucu, apalagi ditambah dengan visual Sky yang sangat tampan. Itu berhasil membuat Juwita merasa sangat bahagia.Juwita telah berpakaian rapi dan segera turun ke dapur, ternyata hampir semua pelayan telah bersiap dengan semua pekerjaan mereka. Itu membuat Juwita merasa sungkan dan langsung mengurungkan niatnya. Saat Juwita berbalik, wajah Samudra yang datar berhasil memasuki penglihatannya.Samudra adalah adik Sky yang berumur 21 tahun, dua tahun lebih tua dari Juwita. Laki-laki itu adalah satu-satunya orang yang tak mengeluarkan satu patah kata pun saat
Sky memegang garpunya sambil menusuk-nusuk nasi goreng dengan wajah cemberut. Hal itu membuat Juwita hanya mampu tersenyum pasrah. Ia mendekat mencoba membujuk laki-laki itu sekali lagi."Apakah kamu masih marah?"Sky tetap diam tapi bibirnya semakin mengerucut, itu membuatnya semakin terlihat lucu. Karena Juwita tak membujuknya lebih lanjut, Sky menoleh dan tak terima."Jangan bermain dengan Samudra, istri hanya boleh bermain dengan Sky."Juwita hanya mengangguk dan menjawab dengan ya setelahnya. Itu membuat Sky merasa senang, walaupun dia sebenarnya belum cukup puas karena Juwita tak membujuknya lebih lama.Sky dibesarkan dengan cara yang manja, ia biasa dipuji dan diberi perawatan terbaik. Juwita sangat penurut tapi jarang memujinya dan mengatakan hal-hal manis. Itu membuat Sky sedikit tidak puas tapi kata Mama, istri adalah orang yang harus dimanjakan oleh suami bukan sebaliknya. Jadi Sky yang memiliki ego tinggi terpaksa mengalah dan mencoba m
Suasana kekeluargaan terasa sangat kental, hingga membuat semua orang larut didalamnya. Bahkan Juwita pun terus membanding-bandingkan keluarga ini dengan keluarga kandungnya. Akan sangat baik jika ia lahir di keluarga ini. Tak lama dua buku kecil diberikan pada Juwita. Saat Juwita melihatnya, ia pun menyadari bahwa itu adalah buku nikah untuk dirinya dan Sky. Ia pun tak tau harus berekspresi seperti apa. Ini terlalu tiba-tiba, walaupun ia telah mempersiapkan mental sebelumnya. Tapi tetap saja itu masih sulit. Linda memegang tangan Juwita dengan wajah terharu. "Sekarang kamu telah resmi menjadi menantu kami. Mama harap itu membuat hubungan kita menjadi lebih dekat secara emosional. Juwi, Mama titipkan Sky padamu. Mama harap kamu dapat menjaga menjadi dengan baik." Juwita pun ikut terharu. Ia memegang tangan mertuanya dengan lebih erat. Sambil meyakinkan wanita itu bahwa ia akan menjaga putranya seperti ia menjaga dirinya sendiri. "Mama tak perlu khawat
Juwita bangun di rumah besar itu lagi. Ruangan yang penuh dengan mainan anak laki-laki. Itu membuat Juwita menghembuskan nafas lega. Perubahan hidupnya begitu drastis hingga terkadang ia merasa itu seperti mimpi. Ia menoleh dan menatap laki-laki disampingnya. Laki-laki itu terlihat sangat polos saat tidur, sangat jauh berbeda dengan sikapnya semalam saat marah. Jika beberapa hari yang lalu Juwita melihat pemandangan ini, mungkin ia akan mengatakan mengatakan Sky sangat lucu. Tapi mengingat tempramen posesif Sky semalam, Juwita merasa Sky laki-laki dewasa yang maskulin. Dengan langkah pelan Juwita bangun dan segera pergi ke luar. Ia sempat kaget saat melihat ternyata samudra sudah menunggu di depan kamar mereka. Samudra mengabaikan ekspresi kaget kakak iparnya. Ia langsung memberi isyarat pada Juwita untuk mengikutinya lagi. Hal itu membuat Juwita penasaran, hal apa yang akan laki-laki itu katakan kali ini. Samudra menatap Juwita lebih intens dari sebe
Samudra duduk di dekat jendela sambil menghisap rokok yang ada di mulutnya. Asap putih itu telah membuat pikirannya lebih jernih dari sebelumnya. Beberapa hari ini ia merasa tidak tenang melihat ada anggota baru masuk ke dalam keluarganya. Ia tidak membenci Juwita, hanya saja wanita itu terlalu sederhana. Samudra telah memberi peringatan padanya, akan tetapi wanita itu terlalu keras kepala dan enggan menggubris peringatan yang telah Ia berikan."Bodoh."Hanya itu yang bisa dia ucapkan untuk wanita itu. Besok Samudera akan pergi untuk melanjutkan studinya, sedangkan Ayah dan ibunya juga akan pergi ke luar negeri melakukan urusan bisnis. Maka saat itu juga, Juwita dan Sky akan tinggal bersama dan hanya berdua saja. Maka saat itu juga Juwita akan menyadari bahwa laki-laki yang ia nikahi bukanlah laki-laki yang sederhana.Tak lama suara pintu pun terbuka dan sosok laki-laki tampan muncul setelahnya. Laki-laki itu tak lain dan tak bukan adalah Sky, akan tetapi aura yang dipancarkan sangat
Suara pisau yang sedang memotong daging dan sayuran telah memenuhi dapur bahkan ketika matahari masih belum terlihat. Juwita telah bangun pagi-pagi sekali dan mencoba memasak makanan yang telah di ajar oleh ibunya di desa. Ia sangat bahagia saat berada di rumah ini dan semua orang begitu baik padanya. Hal tersebut membuatnya ingin mengucapkan banyak terimakasih. Mungkin ia tidak bisa memberi hadiah yang mahal, tapi ia bisa memasak untuk semua orang."Baunya sangat harum," ucap pelayan memuji.Juwita hanya tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya. Ada lima pelayan yang membantunya di dapur saat ini. Semuanya merasa senang saat melihat Juwita memasak untuk satu keluarga, karena bagaimanapun mereka telah bekerja selama belasan tahun di rumah ini. Apalagi mereka telah menganggap Sky dan Samudra seperti anak mereka sendiri. Hal tersebut membuat mereka senang saat melihat Sky mendapatkan istri yang baik seperti Juwita."Hari ini Papa dan Mama akan berangkat ke luar negeri dan Samudra akan kem
Di meja makan keluarga, suara sendok dan garpu bersautan. Sekarang waktunya makan malam dan semua anggota keluarga berkumpul. Keluarga kecil ini hanya berisi Ayah, Ibu, Nenek dan Kakak laki-lakinya.Juwita hanya menunduk dan terus makan dengan hening. Ia sadar bahwa ia hanya pelengkap di keluarga ini. Jadi ia tak bertingkah dan berkomentar banyak.Keluarga Juwita adalah keluarga patriarki. Dimana anggota keluarga laki-laki selalu menjadi orang yang paling dominan dan dihormati. Sedangkan perempuan di didik menjadi seseorang yang penurut dan tunduk pada perintah laki-laki. Jadi dapat kalian simpulkan seperti apa posisi Juwita di keluarga ini.Saat semua makanan telah selesai dimakan. Para perempuan akan bangun dan membersihkan semua piring kotor yang ada. Juwita yang masih menunduk mencoba mengangkat wajahnya dan memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya."... Yah, bolehkah Juwi tidak menikah? Juwi telah diterima di universitas negeri d