[[ Dominasi (Lvl 20)]] [[ Buat Kontrak: Buat kontrak permanen dengan seseorang. Mereka tidak bisa mengkhianati Anda. Anda dan orang yang dikontrak akan mendapatkan peningkatan Status 10% saat berada di Kelompok yang sama. Slot saat ini: 1/2 ]] [[ Momen Kepercayaan: Anda dapat meminjam semua Status orang yang Anda kontrak selama 10 detik ]] [[ Kekuatan Persahabatan: Anda dapat meregenerasi Energi lebih cepat, semakin banyak kontrak yang Anda buat ]] Artin mendapatkan Keahlian baru ketika Dominasi mencapai Level 20. Keahlian barunya memungkinkan Artin memulihkan energinya lebih cepat, meskipun tidak jelas berapa banyak pemulihan yang dia dapatkan. Serta, slot tambahan untuk kontrak yang dapat dia lakukan.
Laila mencengkeram lengan Artin dengan erat, menariknya lebih tinggi menembus langit malam. Tubuh mereka diterangi oleh cahaya bulan dan api. Bara api raksasa yang menari, dan menelan habis bangunan perkotaan di permukaan tanah. “Kakak sudah bulat dengan keputusan ini?” "Kita harus memusnahkan naga itu segera sebelum memakan lebih banyak korban." Laila, kali ini merasakan energi yang berbeda dari Artin. Energi positif yang belum pernah dia temui sebelumnya. Laila merasa beberapa ujian yang menderanya beberapa hari terakhir ini cukup membuat karakter Artin terlihat lebih kokoh dan tangguh. “Huum.” Laila mengangguk. Tubuh Laila goyah, tekanan angin sedikit mengurangi kecepatan terbangnya. Laila menarik Artin ke
[[ ‘Sepatu Tanpa Beban Dari Pemburu Senyap (Tingkat Ungu)’ telah hancur ]] [[ ‘Celana Tanpa Beban Dari Pemburu Senyap (Tingkat Ungu)’ telah hancur ]] [[ ‘Helm Tanpa Beban Dari Pemburu Senyap (Tingkat Nila)’ telah hancur ]] [[ Data Tahan ‘Baju Zirah Ketahanan (Tingkat Biru)’ menurun secara drastis ]] Pakaian perang Artin hancur satu demi satu, begitu pula pakaian yang diberikan Laila sebelumnya. Kobaran api naga itu menyelimuti dan menyapu tubuhnya dengan kekuatan besar. Namun, Artin masih bergerak mendekat dengan Palu Keadilan yang dia pegang erat dengan kedua tangannya. “ARGHHHHHH!!!!” Artin berteriak, perasaannya bercampur antara rasa sakit yang membungkus tu
Iris melepaskan pelukannya, lalu mengangkat tangannya, yang sekarang dengan sebuah botol ramuan di genggaman tangannya. Dia membuka tutupnya dan membelai beberapa bagian wajah Artin dengan jarinya yang basah oleh cairan dari botol ramuan itu. Jari-jari kecil Iris membelai wajah Artin, lalu lehernya, lengannya, memberikan perasaan segar. Luka di tubuh Artin perlahan meninggalkannya. Laila masih berdiri dengan tangan bersilang di samping Artin. "Berapa lama adegan ini akan berlangsung, hum?" Iris menghentikan gerakan jarinya, lalu menyerahkan botol ramuan itu kepada Artin, menoleh ke arah Laila, dan menundukkan kepalanya. "Aku akan mengganti ramuan ini.”
Luka yang didapat Artin dan Laila malam itu tidak terlalu parah. Mereka sembuh dengan cepat dengan ramuan penyembuhan yang dibeli dari Sistem. Mereka kembali ke kamar masing-masing, membersihkan badan, berganti pakaian, dan setelah itu, kembali berkumpul di ruang utama rumah Laila. Merasa lelah bercampur lega, Artin merebahkan diri di sofa. Ketegangan berangsur-angsur meninggalkan tubuhnya, dan sekarang yang tersisa hanyalah perasaan tenang. Mata Artin terpejam saat tubuhnya terhisap pada permukaan sofa yang lembut. [[ Anda telah mendapatkan hasil yang bagus pada serangan ketiga ]] [[ .. ]] [[ Menghitung Hadiah ]]
Artin terbagun, membuka mata, dan disambut oleh Laila yang duduk di meja kaca di depannya. Menyilangkan kaki, kali ini sudah berganti pakaian, tersenyum dan melambaikan tangan. "Hei, ayo kita kencan." "Hah?" Tidak ada satupun lampu yang menyala. Cahaya yang menerangi ruangan hanya berasal dari jendela-jendela kecil yang terbuka di berbagai sudut ruangan. Hal seperti ini biasanya terjadi ketika Laila secara sengaja mematikan beberapa lampu di malam hari sebelum tidur. Selain itu, rumah Laila selalu dipenuhi dengan berbagai macam lampu yang menyala secara otomatis setiap kali seseorang memasuki sebuah ruangan. “Pemerintah memutuskan untuk mematikan listrik di siang hari, kecuali tempat-tempat khusus seperti rumah sakit, pusa
Artin sengaja meminta Fang untuk berjaga-jaga di luar. Tidak ada gunanya bagi mereka untuk menyembunyikan identitas lagi. Pemuja Laila bisa dengan mudah mengenalinya, begitu juga dengan para pembenci Artin, yang juga bisa mengendus kehadirannya dari kejauhan. Dua kelompok orang yang berlawanan itu selalu berusaha mengikuti mereka, mencari tahu apa yang mereka lakukan dan berkomentar sesuka hati.Artin dan Laila sedang makan siang ketika seorang pelayan mendekat, menundukkan kepalanya dan mengucapkan beberapa patah kata."Permisi pak. Eeeeh serigala besar yang berdiri di luar kafe ini, menghalangi pengunjung lain yang ingin masuk."Artin terus memakan makanannya, mengetahui bahwa Laila akan lebih cepat menjawab perkataan pria itu."Aku akan membayar semua kerugian yang diterima kafe ini." Laila melambaikan tangannya,
Menyadari kemungkinan akan terjadi keributan di tempat itu, beberapa orang yang awalnya di dalam kafe berlari keluar. Begitu juga dengan para pelayan yang berkumpul di satu titik, terlihat panik sambil tetap memperhatikan apa yang akan dilakukan Artin dan Laila. “Laila, jika memang perkelahian tidak bisa dihindari. Akan lebih baik jika kita memancing mereka ke tempat yang lebih sedikit penduduknya.” Laila menoleh ke arah Artin, menganggukkan kepalanya. “Aku setuju. Lebih baik kita pergi dari sini. Aku yakin mereka masih akan mengikuti kita." Artin berjalan menuju pintu kayu yang terbuka lebar setelah semua pengunjung kafe benar-benar meninggalkan tempat itu. Artin mendekati Fang yang sedang berdiri menghadap beberapa orang