Share

Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang
Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang
Author: YeosinD

Bab 1

Author: YeosinD
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Seorang gadis berlari dengan air mata yang sudah jatuh membasahi pipi, mengikuti langkah pria paruh baya yang menuntunya. Deru napasnya keras terdengar namun Ia tetap melangkahkan kakinya dengan cepat.

Namanya Gendis Rahayu, ia masih duduk di bangku SMA dan terlahir dari keluarga yang sederhana.

"Ya Allah, semoga saja Bapak baik-baik saja," batin Gendis berdoa sepanjang jalan.

Pandanganya samar-samar menatap jalanan yang ia pijak dengan kaki yang bergetar.

"Bapak." Gendis berlari menghampiri Hartono yang sudah terbaring lemas di ranjang. Wajahnya pucat dan matanya sendu setengah terpejam.

"Sepertinya bapak kamu sakitnya tambah parah, Gendis. Apa tidak sebaiknya kita bawa saja ke rumah sakit," ucap pria yang menjemput Gendis dari sekolahnya.

Ia terpaksa menjemput Gendis dan membawanya pulang karena ia yang tak sengaja menemukan Hartono yang tergeletak di belakang rumah.

"Tapi aku nggak punya uang, Pak," jawab Gendis dengan air mata yang masih berlinang. Tangannya menggenggam erat tangan Hartono yang terasa sangat dingin dan bergetar.

"Uhuk, uhuk!" Hartono terbatuk sampai mengejang.

"Bapak, " ucap Gendis semakin panik.

Tiba-tiba saja mereka dikejutkan dengan suara ketukan pintu yang cukup keras hingga terdengar cukup jelas di telinga Gendis.

"Sebentar, ya, Gendis. Biar bapak yang buka pintunya," ucap pria yang berdiri tak jauh dari Gendis. Ia segera menghampiri pintu dan membukanya perlahan.

"Dimana Hartono? Panggil dia keluar!" Suara seorang pria yang mencari Hartono terdengar cukup nyaring hingga Gendis dapat mendengarnya dengan jelas.

"Pak Hartono sedang sakit, Juragan. Ada apa Juragan datang kemari?" tanya pria itu.

Namun, bukannya menjawab, Karta si Juragan empang dengan sangat tidak sopan, menerobos masuk mencari Hartono.

"Hartono keluar kamu! Bayar hutang mu!" teriaknya sembari menyibak gorden pintu dan seketika Ia pun menemukan Hartono yang sedang terbaring di atas ranjang.

Di sisi ranjang, Gendis duduk menemani Hartono. Kedua matanya membulat sempurna menatap pria bertubuh pendek dengan perut buncit yang menyembul seperti wanita hamil.

"J-juragan." Gendis segera bangun dari duduknya.

Begitu juga dengan Hartono yang segera mengubah posisinya menjadi duduk saat Karta menerobos masuk ke kamarnya tanpa permisi.

"Rupanya kamu malah enak-enakan tiduran di sini, ya! Bayar hutang mu! Kamu sudah menunggak 5 bulan!" Kedua mata Karta mendelik.

"S-saya belum punya uang, Juragan. Saya minta maaf karena belum bisa membayar hutang saya. Saat ini saya sedang sakit dan hasil dari kebun pun sedang turunturun, jadi saya belum bisa membayar hutang saya pada Juragan," ucap Hartono dengan suara lemas.

"Halah alasan saja! Bilang saja kamu nggak mau bayar, kan! Aku sudah sering menemui orang seperti kamu! Pokoknya aku nggak mau tahu, kamu harus bayar lunas semua hutang mu sekarang juga!" Tegas Karta sembari membenahi topi cowboy miliknya.

"Saya minta keringanan waktu lagi, Juragan. Saya janji akan membayarnya saat saya sudah punya uang," pinta Hartono meminta keringanan. Ia tetap menyelesaikan kalimatnya meski terkadang diselingi batuk yang beruntun.

Hati Gendis sangat sakit melihat Hartono dibentak oleh pria di depannya. Pria yang dikenal paling kaya di kampungnya.

"Tolong beri saya waktu lagi, Juragan. Saya janji akan segera melunasinya," ucap Hartono lagi.

"Tidak bisa! Kamu harus membayarnya sekarang atau aku akak menyita rumah ini yang sudah kamu jadikan jaminan," ucap Karta menunjuk wajah Hartono dengan tingkat yang ia pegang.

Mendengar rumahnya akan disita membuat Gendis tak lagi bisa tinggal diam.

Gendis berjalan menghampiri Karta dan langsung bersujud di depannya.

"Tolong beri bapak saya keringanan, Juragan. Kami janji akan segera membayar hutang kami tapi tolong jangan sita rumah kami. Hanya ini yang kami miliki," rintih Gendis memohon pada Karta.

Karta pun menurunkan tatapannya pada gadis cantik yang dijuluki sebagai kembang desa di kampung itu. Kini kembang desa itu tengah berlutut dan memohon padanya.

Karta menyipitkan kedua matanya mencoba menebak dalam hati saat melihat Gendis yang berada di bawa kakinya.

"Cantik sekali gadis ini. Apa dia adalah anak Hartono? Apa Hartono punya anak secantik ini?" batin Karta bertanya-tanya.

"Siapa kamu berani ikut campur hah! Jangan ikut campur urusan kami!" Karta menendang Gendis hingga terjengkang.

Namun Gendis tak menyerah, meski ia sempat terjengkang tapi ia segera bangkit lagi dan kembali bersimpuh di kaki Karta.

"Hei apa-apaan kamu ini, hah! Hei Hartono, apa dia ini anakmu?" tanya Karta pada Hartono. Kakinya masih terus bergerak mencoba menyingkirkan Gendis dari kakinya.

"Maafkan Gendis anakku, Juragan." Hartono dengan terhuyung turun dari ranjangnya dan menghampiri Gendis yang sudah menangis di kaki Karta.

" Bangun, Nak. Kamu tidak perlu melakukan ini," ucap Hartono lirih. Ia mengangkat tubuh Gendis agar tak berlutut lagi di kaki Karta.

"Saya mohon Juragan. Tolong beri saya waktu sedikit lagi. Saya janji akan membayarnya," ucap Hartono lagi sambil terbatuk.

Namun, Karta malah salah fokus pada wajah Gendis yang tengah menunduk dan menangis di dalam dekapan tangan Hartono.

"Namanya Gendis, jadi benar dia adalah kembang desa di kampung ini. Rupanya dia adalah anaknya Hartono" batin Karta yang baru melihat secara langsung kembang desa yang sering menjadi buah bibir orang-orang kampung karena kecantikannya.

Wajah bulat dengan pipi chubby dan badannya yang tidak terlalu tinggi namun berisi. Belum lagi kulitnya yang seputih susu membuat Gendis terlihat sangat cantik hingga dijuluki sang kembang desa.

"Sepertinya kalau aku punya anak dari gadis secantik dia, anakku akan menjadi rupawan," batin Karta yang pikirannya sudah melayang jauh saat menatap wajah Gendis yang anggun.

"Hartono, kamu kan punya anak secantik ini. Kenapa kamu nggak memanfaatkannya untuk melunasi hutang mu," ucap Karta genit. Tangannya mencolek dagu Gendis dengan sangat tudao sopan membuat Gendis sedikit takut.

Hartono pun sedikit tak terima dengan perlakuan Karta pada Gendis saat itu. Belum lagi ucapan Karta yang membuat Hartono semakin geram.

"Maksud juragan Karta apa?" Hartono menaikkan pandangannya.

"Aku bisa kok menganggap lunas semua hutang mu itu asal kamu membiarkan Gendis menjadi istriku," ucap Karta tanpa ragu.

"A-apa? Apa Juragan ingin menjadikan Gendis istri ketiga? Tidak Juragan, aku tidak mau melihat anakku menjadi istri ketiga Juragan." Hartono menolak dengan sangat tegas.

"Oh jadi kamu tidak mau menikahkan anakmu ini denganku? Baiklah, kalau begitu berarti kamu harus membayar semua hutang mu besok atau aku akan menyita rumah kalian secara paksa," ancam Karta sembari tertawa.

"Kamu harus ingat Hartono, kamu punya anak satu lagi yang masih bersekolah. Aku rasa kalau kamu menyerahkan satu anakmu padaku, itu tidak masalah. Aku justru akan membahagiakan anakmu dan aku juga akan menganggap lunas semua hutang mu padaku walaupun itu tidak sedikit, aku tidak masalah," ucap Karta dengan sombongnya.

"Pak, Gendis nggak mau menikah dengan dia, Pak." Gendis menggelengkan kepalanya.

"Kamu tenang saja, Gendis. Bapak juga tidak rela kamu menikah dengannya," jawab Hartono menatap Gendis yang sudah semakin sesenggukan di dalam pelukannya.

Karta yang mendengar obrolan keduanya pun hanya bisa tersenyum.

"Baiklah kalau begitu. Kalian pikirkan saja tawaran dariku ini. Mau membayar lunas hutang kalian besok atau nikahkan saja anak gadis mu itu denganku," ucap Karta lagi sembari membalikkan badannya dan hendak pergi meninggalkan mereka.

Related chapters

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 2

    Malamnya Gendis menyiapkan makan malam sederhana. Ia hanya memasak sayur kangkung dan menggoreng tahu. Menu sederhana itu akan Ia santap bersama dengan bapak dan adiknya."Mbak, bapak kok belum datang? Apa bapak sakitnya kambuh lagi?" tanya Indri pada Gendis yang masih sibuk menyendokkan nasi ke piring."Iya Ndri. Nanti biar Mbak saja yang antar makan malam bapak ke kamar. Kamu makan saja sekarang setelah itu istirahat," ucap Gendis lembut.Indri pun lalu memakan makan malamnya. Sementara Gendis pergi ke kamar Hartono.Tamoak Hartono yang tengah berbaring miring membelakangi pint sehingga saat Gendis masuk hanya bisa menyaksikan punggung Hartono."Pak, bapak belum makan, kan? Ini Gendis bawakan makan malam," ucap Gendis sembari mendekati Hartono. Ia lalu duduk di pinggiran ranjang.Tak lama Hartono pun menoleh. Sambil terbatuk, ia mencoba bangun dan mengubah posisinya menjadi duduk."Dadanya masih sakit banget, ya, Pak?" tanya Gendis pelan."Iya Ndok. Sepertinya sakitnya bapak semakin

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 3

    Sampai pagi menyapa, Gendis masih belum juga tidur. Air matanya masih terus keluar membasahi pipinya."Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku tidak mau menikah dengan pria yang sudah beristri tapi bagaimana dengan nasib bapak dan Indri kalau sampai aku tidak menikah dengan juragan Karta," batin Gendis.Pikirannya masih terus melayang jauh entah kemana. Bahkan sampai matahari mulai menyingsing. Gendis memilih untuk tak berangkat sekolah karena pikirannya yang sedang kacau saat itu.Terdengar derap langkah kaki di luar kamarnya dan setelah itu menghilang begitu saja. Namun, Gendis masih tak bangkit dari tempat tidurnya saat itu. Ia masih meringkuk memeluk kakinya yang ia tekuk hingga ke dada."Tok, tok, tok."Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya. Dengan cepat Gendis menyapu air matanya yang saat itu masih keluar dari matanya."Gendis, ini bapak. Apa bapak boleh masuk?" tanya Hartono."Iya oleh, Pak," jawab Gendis dengaj suara parau.Hartono pun masuk dan melihat

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 4

    Dengan berbunga-bunga Karta pulang ke rumah. Indah dan Ayu yang melihat wajah semringah Karta pun merasa heran. "Kamu kenapa, Mas? Kok senyum-senyum begitu?" tanya Ayu menghampiri Karta. "Aku akan segera menikah lagi! Aku akan punya anak laki-laki," jawab Karta sembari tertawa senang. Indah yang mendengar ucapan Karta pun segera menoleh ke arah Karta dan Ayu. "Bagaimana ini, bagaimana jika mas Karta menikah lagi dan berhasil punya anak laki-laki. Itu artinya hanya aku satu-satunya istri yang tidak memberikannya keturunan." Indah membatin dalam hati. Rasanya begitu sangat sakit saat ia harus mendapatkan hinaan dari semua orang karena tak bisa punya anak. "T-tapi, Mas. Bagaimana kalau dia tidak bisa memberikanmu anak laki-laki." Ayu menghentikan tawa Karta saat itu dengan kalimatnya. "Tidak mungkin! Dia pasti bisa memberikanku anak laki-laki. Aku yakin dia bisa memberikan ku anak laki-laki yang tidak bisa kalian berikan," ucap Karta. "Tapi, Mas. Aku kan punya Raya, aku nggak mau y

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 5

    "Ndis? Kenapa kamu menerima pernikahan ini? Kamu kan tidak menyukai juragan Karta," ucap Hartono yang perlahan melangkahkan kakinya mendekati Gendis yang menangis sesenggukan sembari menundukkan kepalanya."Iya, Mbak. Kenapa mbak Gendis menerima ucapan juragan Karta." Indri yang juga tak percaya pada keputusan Gendis saat itu langsung mendekat ke arahnya."Mbak nggak mau kamu yang menjadi tumbal atas penolakan Mbak pada juragan Karta. Mbak nggak rela kalau sampai kamu menikah dengan juragan Karta. Kamu masih sangat muda, Ndri. Jalan masa depanmu masih panjang," jawab Gendis sambil sesenggukan."Tapi aku rela kok Mbak, berkorban untuk keluarga ini. Aku rela ikhlas jika aku memang harus melakukan itu semua," jawab Indri."Kalau kamu saja mau mengorbankan masa depanmu masa aku sebagai kakak malah bersembunyi di balik badanmu. Aku nggak mungkin membiarkan kamu kehilangan masa depanmu dengan menjadi istri ketiga jadi biar Mbak saja yang menikah dengannya dan kamu lanjutkan sekolahmu.""Ter

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 6

    Akhirnya mereka pun sampai di kantor KUA. Kedua mata Gendis semakin samar menatap penghulu di depannya dengan mata yang berkaca-kaca."Apakah bapak yakin ingin menikah siri?" tanya pak penghulu saat itu.Bak disambar petir di siang bolong. Gendis membulatkan kedua matanya mendengarkan jawaban dari Karta saat itu yang mengiyakan pertanyaan dari pak penghulu."A-apa ini? Apa aku akan menjadi istri sirinya juragan Karta? Kenapa aku hanya dinikahi siri," batin Gendis yang saat itu ingin memberontak karena tak ingin dinikahi siri.Seumur hidupnya, Gendis tak pernah membayangkan bahwa dirinya akan menjadi istri siri dari seorang pria yang menikahinya.Dengan mata yang masih berkaca-kaca, Gendis yang duduk tepat di samping Karta menatap Hartono yang ada di depannya."Pak, tolong aku... Aku tidak mau dinikahi siri. Kenapa aku dinikahi siri," batin Gendis yang tak mampu mengeluarkan kalimat yang sudah ada di ujung bibirnya."Hei, kamu jangan menangis! Jangan bikin malu aku dan Karta," bisik An

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 7

    "Ya Tuhan, bagaimana ini. Aku belum siap melayaninya," batin Gendis bergejolak. Seketika air matanya mengucur kembali dengan sangat deras. Jantungnya semakin berdegup kencang saat melihat Karta perlahan melepaskan kancing baju miliknya.Terlihat rambut-rambut halus yang tumbuh di dada dan menyembul keluar saat baju mulai terbuka."J-juragan, t-tapi ini masih siang. Apa kita harus melakukannya sekarang? bukankah tadi Juragan bilang ada urusan penting yang harus dikerjakan." Gendis berusaha mencari cara agar Karta mengurungkan niatnya untuk menunaikan kewajibannya sebagai suami istri."Itu mah gampang. Aku bisa menyelesaikannya setelah ini." Ekpresi penuh napsu tamoak jelas di wajah Karta. Kedua matanya fokus menatap gunung kembar milik Gendis yang masih bersembunyi di balik kebaya putih yang dipakainya."Ya Tuhan, bagaimana ini. Sepertinya Juragan Karta ingin melakukannya sekarang," batin Gendis semakin tak karuan.Karta yang sudah selesai melepaskan kancing bajunya, langsung melempa

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 8

    "Lebih baik sekarang kamu bangun dan jangan bermalas-malasan! Jangan sok jadi tuan putri du rumah ini," umpat Anjarwati lagi.Bibir Anjarwati masih mengerucut menatap Gendis yang masih tertunduk di depannya."Indah, Ayu!" Suara Anjarwati yang keras dan lantang membuat Ayu dan indah segera datang menghampirinya."I-iya, Bu. Ada apa?" tanya Ayu menghampiri Anjarwati. "Kamu urus gadis ini. Ajari dia mengurus rumah ini," ucap Anjarwati pada Ayu dan Indah.Mendengar ucapan Anjarwati membuat Ayu tersenyum mengembangkan bibirnya hingga tanpa garis bibir yang sedikit terangkat.Sementara Indah hanya menoleh ke arah Gendis tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Kedua matanya menatap dalam Gendis yang masih tertunduk."Wah, dengan senang hati aku akan mengajarinya, Bu," jawab Ayu semringah."Tapi ingat, jangan sampai dia terluka sedikit saja. Kalau tidak nanti Karta bisa marah besar," ucap Anjarwati mengingatkan."Tenang saja, Bu. Itu tidak akan terjadi," jawab Ayu penuh keyakinan.

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 9

    "Pantas saja mas Karta jatuh hati pada gadis itu. Ternyata secantik itu wajah naturalnya," batin Ayu yang masih belum bisa memalingkan tatapannya pada Gendis."Gendis, biasanya mas Karta jam 5 sore pulang, bagaimana kalau kamu bantu aku masak di dapur," ajak Indah sembari bangkit dari duduknya.Melihat Indah yang sudah bangkit dari duduknya membuat Ayu pun segera mengikutinya."Tunggu dulu!" Ayu menghentikan langkah kaki Indah dan Gendis saat itu. Keduanya pun kompak menoleh ke arah Ayu."Mbak Indah nggak boleh bantuin Gendis masak. Biarkan saja dia yang masak hari ini. Anggap saja itu adalah tugasnya di rumah ini di hari pertamanya menjadi seorang istri," ucap Ayu."Tapi, Yu. Gendis kan masih baru di rumah ini. Dia pasti belum tahu selera lidah di rumah ini. Biar aku bantu dia saja." Indah tetap bersikukuh ingin membantu Gendis.Indah pun meraih tangan Gendis dan hendak membawanya ke dapur, tapi dengan cepat Ayu berjalan menghalangi keduanya."Tunggu dulu!" Ayu berdiri tepat di depa

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 108

    7 tahun kemudian***Setelah 3 tahun lamanya, Karta masih terus membuktikan bahwa ia telah berubah menjadi lebih baik.Hari ini saat hari masih pagi, Karta datang ke rumah Gendis. Penampilannya terlihat sangat rapih dengan kemeja lengan panjang dan celana panjang serta rambut yang tetata rapi.Gendis mempersilahkan Karta duduk di kursi. Gendis pun duduk berhadapan dengan Karta yang saat itu ada di depannya.Gendis sedikit heran melihat Karta yang berpenampilan begitu rapih."Mas Karta mau kemana? Kok rapi sekali?" tanya Gendis penasaran."Emmm aku sengaja berpenampilan rapih begini, Ndis. Aku ingin melamar seseorang," jawab Karta.Gendis pun tercengang mendengar jawaban Karta. Gendis merasa penasaran akan wanita yang akan dilamar oleh Karta."Siapa kira-kira wanita yang akan dilamar oleh mas Karta, ya? Apa jangan-jangan aku," batin Gendis.Keduanya masih saling menatap sesekali. Tak lama Karta pun menyeruput kopi buatan Gendis yang rasanya masih sama, nikmat sesuai dengan seleranya."E

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 107

    "Sekarang ini bukan lagi rumahmu, tahu! Lebih baik sekarang kalian pergi dari sini atau aku akan telepon polisi untuk menyeret kalian semua dari sini," ancam Anjarwati.Karta yang merasa telah dikhianati oleh Anjarwati pun tak terima. Ia mencoba mencekik Anjarwati hingga wajahnya tampak pucat."Dasar wanita tua jahat! Bisa-bisanya kamu melakukan ini padaku! Kamu pantas mati, wanita tua!" teriak Karta penuh amarah.Tentu saja semua orang pun menjadi panik melihat Karta yang saat itu mencekik Anjarwati.Apalagi Gendis, ia merasa takut jika sampai Karta masuk bui lagi padahal ia sendiri sudah sangat susah payah melapangkan hatinya untuk membebaskan Karta dari penjara agar kelak anaknya tak malu mempunyai ayah mantan narapidana.Dengan cepat Gendis pun bergerak menghentikan Karta agar tak mencekik Anjarwati."Sudah, Mas. Jangan lakukan itu," ucap Anjarwati sembari mencoba menarik tangan Karta yang tengah mencengkram leher Anjarwati."Tidak, Ndis. Wanita jahat ini harus mati! Dia sudah mem

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 106

    Karta mencoba membujuk Gendis dan berjanji untuk berubah. Tapi, sayangnya Gendis tetap teguh pada pendiriannya untuk berpisah dari Karta."Maaf, Mas. Keputusan ku sudah bulat. Aku tetap ingin berpisah darimu. Aku tidak ingin memperbaiki apapun denganmu, tapi kamu tenang saja. Aku tidak akan membiarkanmu berada di sini. Aku ingin kita bisa membesarkan Yasmine bersama-sama meskipun bukan dengan status suami istri," jelas Gendis dengan begitu tegas.Mendengar ucapan Gendis yang begitu yakin dengan keputusannya. Karta hanya bisa menitikkan air matanya.Kini ia telah kehilangan semua istrinya bahkan istri yang sebenarnya sangat menyayanginya dan memikirkan dirinya."Aku hanya ingin kamu berubah menjadi lebih baik, Mas. Untuk kehidupan mu di masa depan," ucap Gendis lagi.Dengan berat hati, Karta menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan."Baiklah kalau memang itu sudah keputusanmu. Aku tahu bahwa kesalahanku kemarin sudah sangat keterlaluan. Sekarang aku akan mengikuti ucapan

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 105

    Setelah beberapa hari di rumah sakit akhirnya Gendis pun sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.Indah, Indri dan Rehan menjemput Gendis yang masih tampak sedikit lemas dengan mata sembab.Sudah beberapa hari Gendis hanya menangisi bayinya yang telah meninggal dunia. Gendis hanya fokus meminum obatnya sehingga badannya terlihat sedikit lebih kurus karena tak banyak makan."Mbak Gendis hati-hati, ya. Sini biar ku bantu," ucap Indri berinisiatif memapah Gendis sementara Indah membawakan tas berisi pakaian milik Gendis."Sudah ya, Mbak. Mbak Gendis jangan nangis terus, aku takut mbak Gendis kenapa-napa kalau terus menerus terpuruk begini," ucap Indri saat berjaoan menuju ke parkiran.Tatapan mata Gendis yang tampak kosong pun membuat Indri semakin khawatir."Bagaimana Mbak nggak sedih, Ndri. Mbak sudah kehilangan bayi yang masih ada di dalam perut Mbak. Mbak merasa bersalah karena tidak bisa menjaga dia dengan baik," ucap Gendis."Tidak, Mbak. Mbak Gendis tidak salah. Ini semua kesalahan

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 104

    Malam sudah lumayan larut dan Anjarwati baru pulang. Ia sedikit heran melihat rumah yang tampak sedikit berantakan terutama di bagian kamar Gendis.Sementara ia tak menemukan seorangpun di rumah itu. Anjarwati mencoba untuk mencari Karta dan Gendis tapi ia tak menemukannya.Anjarwati masih belum menyerah. Ia mencoba memeriksa ke setiap ruangan sembari memanggil-manggil nama mereka tapi tetap tak ada jawabnya.Namun, bukannya khawatir ataupun panik karena ia tak menemukan Karta dan Gendis. Anjarwati justru duduk di sofa dengan senyum ceria penuh tawa.Perlahan Anjarwati melempar map di tangannya ke atas meja setelah ia duduk di sofa ruang tamu."Wah jadi gini ya rasanya kalau tinggal sendiri. Rasanya begitu tenang dan juga bebas," ucap Anjarwati dengan senyum bahagia."Sekarang rumah ini sudah jadi milikku seutuhnya dan juga semua usaha empang yang Karta miliki. Dia sudah tidak punya apapun sekarang," lanjut Anjarwati.Tak lama Anjarwati bangkit dari duduknya dan beranjak ke dapur. Di

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 103

    Rehan datang dengan 2 orang polisi. Mereka langsung masuk ke dalam rumah Karta dan melihat sendiri penyiksaan yang tengah Karta lakukan pada Gendis."Angkat tangan anda!" ucap seorang polisi yang langsung menyergap Karta yang saat itu akan menyiksa Gendis lagi.Karta pun hanya bisa memberontak saat kedua tangannya di pegang erat oleh dua orang polisi.Sementara Gendis yang sudah tak berdaya, hanya bisa menangis melihat Karta ditangkap oleh polisi."Lepaskan aku, lepaskan!" Teriak Karta tak karuan."Bawa saja dia ke kantor polisi, Pak," ucap Rehan dengan tegas.Akhirnya kedua polisi itu pun membawa paksa Karta ke kantor polisi, meninggalkan Rehan yang hanya tinggal dengan Gendis."Awas kamu, ya! Berani-beraninya kamu bawa-bawa polisi! Lihat saja nanti kamu! Aku akan balas kamu!" teriak Karta dengan keras pada Rehan sebelum akhirnya ia dibawa oleh dua orang polisi yang menyeret paksa dirinya.Rehan pun segera menghampiri Gendis tanpa memedulikan ancaman Karta saat itu."Mbak, Mbak Gendi

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 102

    Setelah kepergian Ayu dari rumah Karta. Gendis pun masuk ke dalam kamarnya dengan sangat hati-hati. Gendis masih merasakan nyeri pada perutnya. Gendis pun kemudian duduk di pinggiran ranjangnya. Sesekali tangannya mengelus perutnya yang terkadang terasa nyeri. Tiba-tiba Gendis teringat akan ucapan Ayu. Dengan cepat Gendis pun mengambil ponselnya. Dengan cepat Gendis menekan beberapa tombol di ponselnya. Tak lama terdengar suara seorang pria dari dalam teleponnya. "Halo, Mbak Gendis? Ada apa Mbak? Mbak Gendis baik-baik saja, kan?" tanya Rehan. "Aku baik-baik saja, Mas. Aku hanya ingin tanya sesuatu pada mas Rehan," ucap Gendis menghentikan kalimatnya. "Tanya apa Mbak? Silahkan saja," jawab Rehan. "Apa mas Rehan yang sudah memberi tahu semuanya pada mas Karta tentang perselingkuhan Mbak Ayu?" tanya Gendis. Untuk sesaat Rehan hanya terdiam hingga membuat suasan sunyi meski telepon masih tersambung. "Oh itu, emmm iya Mbak," jawab Rehan yang kembali terdiam. "Kenapa mas Rehan meng

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 101

    Setelah diizinkan pulang oleh dokter, Gendis pun akhirnya pulang ke rumah sembari diantar oleh Indah.Indah memapah Gendis masuk ke dalam rumah. Namun, sebuah pemandangan yang sangat menegangkan disaksikan oleh Gendis dan Indah saat itu.Keduanya menghentikan langkah kakinya saat melihat Ayu yang tengah menangis terisak sembatu bersujud di kaki Karta.Sementara pakaian dan tas pun tampak berhamburan di lantai. Sesekali Gendis dan Indah saling melempar tatap merasa penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi."Pergi kamu dari sini! Dasar tukang selingkuh!" umpat Karta dengan nada cukup keras.Gendis pun tercengang mendengar apa yang dikatakan oleh Karta. Gendis tak tahu darimana Karta bisa tahu tentang perselingkuhan Ayu. Sementara ia tidak mengatakan apapun pada Karta."Mas, aku mohon maafkan aku, Mas. Aku mengaku salah tapi aku mohon jangan usir aku dari sini," rintih Ayu memohon-mohon pada Karta."Jangan kamu maafkan dia, Karta! Kalau kamu maafkan wanita seperti ini maka dia pasti

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 100

    Dengan langkah kaki terburu-buru Rehan menyusuri lorong demi lorong rumah sakit hingga akhirnya sampailah ia di sebuah ruangan.Terlihat seorang wanita tengah terbaring di atas ranjang dan seorang lagi berdiri di sebelahnya."Mbak, apa yang terjadi? Kenapa mbak Gendis bisa sampai seperti ini?" tanya Rehan dengan raut wajah khawatir."Aku juga nggak tau. Tadi pas aku sampai di sana, dia sudah tergeletak tak sadarkan diri," jawab Indah."Lalu mbak Indah tahu darimana mbak Gendis begini?" tanya Rehan lagi."Tadi Raya yang menelepon ku dan meminta aku ke sana," jawab Indah."Raya ...." Rehan yang tak mengenal nama yang disebutkan oleh Indah pun mencoba menebaknya."Raya adalah anaknya Ayu. Jadi tadi tidak ada satupun orang di rumah makanya Raya menelepon ku untuk meminta pertolongan," ucap Indah lagi."Emmm kalau boleh tahu, dimana mbak Indah menemukan mbak Gendis yang tergeletak?" tanya Rehan lagi."Aku menemukannya di kamarnya," jawab Indah.Tanpa berlama-lama Rehan pun langsung mengamb

DMCA.com Protection Status