Share

Bab 4

Author: YeosinD
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Dengan berbunga-bunga Karta pulang ke rumah. Indah dan Ayu yang melihat wajah semringah Karta pun merasa heran.

"Kamu kenapa, Mas? Kok senyum-senyum begitu?" tanya Ayu menghampiri Karta.

"Aku akan segera menikah lagi! Aku akan punya anak laki-laki," jawab Karta sembari tertawa senang.

Indah yang mendengar ucapan Karta pun segera menoleh ke arah Karta dan Ayu.

"Bagaimana ini, bagaimana jika mas Karta menikah lagi dan berhasil punya anak laki-laki. Itu artinya hanya aku satu-satunya istri yang tidak memberikannya keturunan." Indah membatin dalam hati. Rasanya begitu sangat sakit saat ia harus mendapatkan hinaan dari semua orang karena tak bisa punya anak.

"T-tapi, Mas. Bagaimana kalau dia tidak bisa memberikanmu anak laki-laki." Ayu menghentikan tawa Karta saat itu dengan kalimatnya.

"Tidak mungkin! Dia pasti bisa memberikanku anak laki-laki. Aku yakin dia bisa memberikan ku anak laki-laki yang tidak bisa kalian berikan," ucap Karta.

"Tapi, Mas. Aku kan punya Raya, aku nggak mau ya kalau sampai uang bulanan ku dipotong hanya untuk istri muda kamu itu. Kalau nantinya kamu mau memotong uang bulanan kami untuk istri muda kamu. Potong saja punya mbak Indah, dia kan nggak punya anak jadi pasti nggak banyak pengeluarannya," ucap Ayu melirik ke arah Indah.

Indah pun tersentak dan segera menoleh ke arah Ayu. "Loh kok begitu. Nggak bisa begitu dong, Yu. Masa hanya punyaku saja yang dipotong hanya karena aku nggak punya anak." Indah tak Terima.

"Tapi Ayu ada benarnya, Ndah. Kamu kan nggak punya anak jadi pasti pengeluaran mu nggak banyak jadi ya uang bulanan mu saja nanti uang dipotong untuk istri baru Karta." Anjarwati yang ada di sana pun segera angkat bicara.

"Tapi, Bu. Aku kan...."

Belum sempat Indah menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Karta menyela.

"Sudah! Sudah! Masalah itu nanti aku yang memutuskan. Tugas kalian hanya menerima Gendis dengan baik di rumah ini jika dia sudah menjadi istriku. Mengerti!" tegas Karta.

Ayu dan Indah hanya bisa menundukkan kepalanya. Tak lama Karta pun pergi ke dapur untuk mengambil minum. Namun, rupanya Anjarwati mengikuti langkah kakinya dari belakang.

"Karta, tunggu dulu! Ibu mau bicara sesuatu padamu," ucap Anjarwati.

Dengan cepat Karta menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah belakang tapat Anjarwati berdiri.

"Mau bicara apa, Bu? Ada apa?" tanya Karta.

"Ibu mau membahas tentang Gendis. Sepertinya dia itu terpaksa menikah denganmu. Kamu jangan sampai terpedaya olehnya apalagi usianya masih sangat muda dan dia cantik. Dia bisa saja mengkhianati kamu dengan wajah sok polosnya itu."

"Maksud Ibu apa?" tanya Karta tak mengerti.

"Maksud Ibu, kamu harus lebih berhati-hati pada wanita berusia muda. Biasanya mereka cuma morotin dan memanfaatkan laki-laki saja. Kamu jangan sampai rugi kalau menikah dengan gadis itu apalagi dia anak orang miskin. Nggak ada yang bisa diharapkan dari dia selain anak laki-laki seperti yang kita inginkan."

"Ibu benar juga. Dia menikah denganku karena paksaan keadaan jadi bisa saja dia mengkhianati ku setelah menikah nanti dan membalas dendam padaku."

"Itu benar! Karena itu kamu jangan menikahinya secara sah. Nikahi saja dia secara siri dan lihat apakah dia bisa memeberikanmu anak laki-laki atau tidak. Jika dia bisa memberikannya maka kamu bisa nikahi di secara sah karena kamu tidak akan rugi tapi jika dia masih belum bisa memberikanmu anak laki-laki, maka biarkan saja dia bertahan dengan status istri siri," jelas Anjarwati panjang lebar memberikan saran pada Karta.

"Ibu benar juga. Aku nggak boleh terpedaya hanya karena melihat kecantikannya saja. Siapa tahu hatinya itu busuk dan menyimpan dendam padaku." Karta sedikit merenung.

"Kalau begitu, besok nikahi saja dia secara siri. Jangan nikahi secara sah. Rugi kalau kamu nikahi dia secara sah tapi dia nantinya seperti kedua istrimu yang tidak bisa memberikan anak laki-laki," jelas Anjarwati lagi.

***

Sementara di tempat lain, Ayu dan Indah tampak masih bersitegang. Keduanya sama-sama melemparkan tatapan tajam satu sama lain.

"Yu, maksud kamu apa sih kok bicara seperti itu pada mas Karta. Kenapa kamu meminta mas Karta memotong uang bulanan ku." Indah melotot pada Ayu.

Namun, Ayu yang tak takut pada Indah malah balas memelototinya.

"Loh salahku dimana? Memang benar kan kalau mbak Indah itu nggak punya anak jadi pengeluarannya pasti nggak banyak . Beda sama aku yang punya anak makanya aku minta mas Karta memotong uang bulanan mbak Indah saja."

"Kamu ini keterlaluan ya, Yu!" Indah mengangkat tangannya dan hendak memukul Ayu. Dengan cepat Ayu pun memalingkan wajahnya.

Tapi belum sempat Indah mendaratkan tamparannya pada Ayu, tiba-tiba Anjarwati datang menghampiri keduanya.

"Apa-apaan ini! Kenapa kalian berkelahi?" tanya Anjarwati dengan nada sedikit tinggi.

Indah pun akhirnya mengurungkan niatnya memukul pipi Ayu. Perlahan ia menurunkan tangannya dan memenangkan dirinya yang saat itu masih sangat emosi.

"Kalian kok malah berkelahi seperti ini sih! Bikin malu saja! Harusnya kalian itu bersiap-siap untuk pernikahan Karta besok!"

Ayu dan Indah sontak terkejut bukan main. Keduanya tak menyangka jika Karta akan menikah secepat itu.

"Apa, Bu? Mas Karta akan menikah besok? Kenapa mendadak sekali?" Indah membulatkan kedua matanya.

"Iya, Bu. Kok mendadak sekali sih. Kita kan belum ada persiapan apapun." Ayu ikut menatap Anjarwati.

"Karena itu kalian jangan berkelahi. Nggak ada gunanya! Lebih baik sekarang kalian persiapkan semuanya untuk pernikahan Karta besok," ucap Anjarwati yang lagi-lagi membuat Indah dan Ayu terkejut.

"A-apa, Bu! Aku dan mbak Indah yang menyiapkan acara pernikahan maa Karta besok?" Ayu menautkan kedua alisnya.

"Tentu saja! Memangnya siapa lagi yang harus menyiapkan pernikahan Karta kalau bukan kalian! Sudah kalian siapkan semuanya! Dari penghulu, saksi dan baju pengantin. Semuanya kalian yang siapkan," ucap Anjarwati.

"T-tapi, Bu."

"Tidak ada tapi-tapian! Kalian lakukan atau aku akan bilang pada Karta kalau kalian tidak mau melakukannya," ancam Anjarwati pada Indah dan Ayu.

Sontak saja Indah dan Ayu pun mengiyakan apa yang diperintahkan oleh Anjarwati saat itu karena mereka takut dimarahi oleh Karta.

"Kalian siapkan yang biasa-biasa saja untuk pernikahan Karta besok karena mereka hanya akan menikah siri jadi tidak perlu mewah," jelas Anjarwati.

Tak lama akhirnya Anjarwati pun pergi meninggalkan Indah dan Ayu yang saat itu masih terpaku di tempatnya.

"Mbak, sepertinya ini ada yang aneh. Kenapa mas Karta memikahi tidak menikahi gadis itu secara sah padahal kan mas Karta sangat menggebu-gebu ingin menikahi gadis itu."

"Kamu benar, Yu. Kenapa ya kok mas Karta tidak menikahi gadis itu secara sah seperti kita berdua." Indah pun mencoba menebak-nebak dalam otaknya.

"Ah ya sudahlah, Mbak. Ngapain juga kita mikirin itu semua. Malah bagus dong kalau dia hanya dinikahi secara siri. Itu berarti dia tidak akan seberhak kita di rumah ini," ucap Ayu menyunggingkan senyumnya lalu pergi meninggalkan Indah yang masih melamun memikirkan pertanyaan di dalam kepalanya.

"Kenapa mas Karta memilih kenikah siri, ya. Ini pasti ada sesuatu sampai mas Karta memilih menikahi gadis itu secara siri," ucap Indah lirih.

Related chapters

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 5

    "Ndis? Kenapa kamu menerima pernikahan ini? Kamu kan tidak menyukai juragan Karta," ucap Hartono yang perlahan melangkahkan kakinya mendekati Gendis yang menangis sesenggukan sembari menundukkan kepalanya."Iya, Mbak. Kenapa mbak Gendis menerima ucapan juragan Karta." Indri yang juga tak percaya pada keputusan Gendis saat itu langsung mendekat ke arahnya."Mbak nggak mau kamu yang menjadi tumbal atas penolakan Mbak pada juragan Karta. Mbak nggak rela kalau sampai kamu menikah dengan juragan Karta. Kamu masih sangat muda, Ndri. Jalan masa depanmu masih panjang," jawab Gendis sambil sesenggukan."Tapi aku rela kok Mbak, berkorban untuk keluarga ini. Aku rela ikhlas jika aku memang harus melakukan itu semua," jawab Indri."Kalau kamu saja mau mengorbankan masa depanmu masa aku sebagai kakak malah bersembunyi di balik badanmu. Aku nggak mungkin membiarkan kamu kehilangan masa depanmu dengan menjadi istri ketiga jadi biar Mbak saja yang menikah dengannya dan kamu lanjutkan sekolahmu.""Ter

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 6

    Akhirnya mereka pun sampai di kantor KUA. Kedua mata Gendis semakin samar menatap penghulu di depannya dengan mata yang berkaca-kaca."Apakah bapak yakin ingin menikah siri?" tanya pak penghulu saat itu.Bak disambar petir di siang bolong. Gendis membulatkan kedua matanya mendengarkan jawaban dari Karta saat itu yang mengiyakan pertanyaan dari pak penghulu."A-apa ini? Apa aku akan menjadi istri sirinya juragan Karta? Kenapa aku hanya dinikahi siri," batin Gendis yang saat itu ingin memberontak karena tak ingin dinikahi siri.Seumur hidupnya, Gendis tak pernah membayangkan bahwa dirinya akan menjadi istri siri dari seorang pria yang menikahinya.Dengan mata yang masih berkaca-kaca, Gendis yang duduk tepat di samping Karta menatap Hartono yang ada di depannya."Pak, tolong aku... Aku tidak mau dinikahi siri. Kenapa aku dinikahi siri," batin Gendis yang tak mampu mengeluarkan kalimat yang sudah ada di ujung bibirnya."Hei, kamu jangan menangis! Jangan bikin malu aku dan Karta," bisik An

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 7

    "Ya Tuhan, bagaimana ini. Aku belum siap melayaninya," batin Gendis bergejolak. Seketika air matanya mengucur kembali dengan sangat deras. Jantungnya semakin berdegup kencang saat melihat Karta perlahan melepaskan kancing baju miliknya.Terlihat rambut-rambut halus yang tumbuh di dada dan menyembul keluar saat baju mulai terbuka."J-juragan, t-tapi ini masih siang. Apa kita harus melakukannya sekarang? bukankah tadi Juragan bilang ada urusan penting yang harus dikerjakan." Gendis berusaha mencari cara agar Karta mengurungkan niatnya untuk menunaikan kewajibannya sebagai suami istri."Itu mah gampang. Aku bisa menyelesaikannya setelah ini." Ekpresi penuh napsu tamoak jelas di wajah Karta. Kedua matanya fokus menatap gunung kembar milik Gendis yang masih bersembunyi di balik kebaya putih yang dipakainya."Ya Tuhan, bagaimana ini. Sepertinya Juragan Karta ingin melakukannya sekarang," batin Gendis semakin tak karuan.Karta yang sudah selesai melepaskan kancing bajunya, langsung melempa

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 8

    "Lebih baik sekarang kamu bangun dan jangan bermalas-malasan! Jangan sok jadi tuan putri du rumah ini," umpat Anjarwati lagi.Bibir Anjarwati masih mengerucut menatap Gendis yang masih tertunduk di depannya."Indah, Ayu!" Suara Anjarwati yang keras dan lantang membuat Ayu dan indah segera datang menghampirinya."I-iya, Bu. Ada apa?" tanya Ayu menghampiri Anjarwati. "Kamu urus gadis ini. Ajari dia mengurus rumah ini," ucap Anjarwati pada Ayu dan Indah.Mendengar ucapan Anjarwati membuat Ayu tersenyum mengembangkan bibirnya hingga tanpa garis bibir yang sedikit terangkat.Sementara Indah hanya menoleh ke arah Gendis tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Kedua matanya menatap dalam Gendis yang masih tertunduk."Wah, dengan senang hati aku akan mengajarinya, Bu," jawab Ayu semringah."Tapi ingat, jangan sampai dia terluka sedikit saja. Kalau tidak nanti Karta bisa marah besar," ucap Anjarwati mengingatkan."Tenang saja, Bu. Itu tidak akan terjadi," jawab Ayu penuh keyakinan.

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 9

    "Pantas saja mas Karta jatuh hati pada gadis itu. Ternyata secantik itu wajah naturalnya," batin Ayu yang masih belum bisa memalingkan tatapannya pada Gendis."Gendis, biasanya mas Karta jam 5 sore pulang, bagaimana kalau kamu bantu aku masak di dapur," ajak Indah sembari bangkit dari duduknya.Melihat Indah yang sudah bangkit dari duduknya membuat Ayu pun segera mengikutinya."Tunggu dulu!" Ayu menghentikan langkah kaki Indah dan Gendis saat itu. Keduanya pun kompak menoleh ke arah Ayu."Mbak Indah nggak boleh bantuin Gendis masak. Biarkan saja dia yang masak hari ini. Anggap saja itu adalah tugasnya di rumah ini di hari pertamanya menjadi seorang istri," ucap Ayu."Tapi, Yu. Gendis kan masih baru di rumah ini. Dia pasti belum tahu selera lidah di rumah ini. Biar aku bantu dia saja." Indah tetap bersikukuh ingin membantu Gendis.Indah pun meraih tangan Gendis dan hendak membawanya ke dapur, tapi dengan cepat Ayu berjalan menghalangi keduanya."Tunggu dulu!" Ayu berdiri tepat di depa

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 10

    "Ini semua kamu yang masak, Ndis?" tanya Karta menatap Gendis.Gendis pun menganggukkan pelan kepalanya. Tampak senyuman di bibir Karta saat mendapat jawaban dari Gendis."Wah, kamu ini benar-benar hebat. Kamu benar-benar istri yang baik," puji Karta pada Gendis. Tangannya mengusap lembut kepala Gendis membuat Ayu kegerahan.Raut wajah Ayu menjadi merengut melihat Gendis yang diperlakukan begitu manja dan mendapatkan pujian dari Karta.Ayu mengeratkan kepalan tangannya menahan amarah yang mulai muncul. Sekuat tenaga Ayu menahan rasa cemburunya pada Gendis saat itu."Sial! Ngapain sih mas Karta muji-muji gadis itu. Nggak penting banget," batin Ayu kesal.Namun, tiba-tiba saja Ayu mengembang senyum tipis saat mengingat kejahatan yang telah ia lakukan pada Gendis."Sekarang kamu seneng dipuji mas Karta tapi kamu lihat saja nanti," batin Ayu lagi.Seketika senyum Ayu pun memudar saat Karta menoleh ke arahnya. Dengan cepat Ayu merapihkan rambutnya yang tergerai lurus, mencoba menarik perha

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 11

    Seluruh tubuh Gendis bergetar menahan tangis saat dirinya diserbu dengan beberapa orang yang mengatainya dan mengejeknya.Gendis hanya bisa tertunduk mendengarkan setiap kata yang menusuk hatinya. Ia masih terus memikirkan tentang keanehan saat itu.Bagaimana ayam yang ia masak rasanya bisa seasin itu padahal ia tak banyak memeberikan garam pada masakannya. Gendis hanya bisa membatin dalam hatinya."Sudahlah, Mas. Lebih baik kita maklumi saja Gendis yang masakannya keasinan. Mungkin dia masih belajar memasak apalagi kan dia baru di rumah ini jadi mungkin dia masih canggung," ucap Indah yang lagi-lagi membela Gendis di hadapan Karta dan membuat Ayu geram."Mbak Indah tuh ngapain sih pake sok-sokan belain Gendis di hadapan mas Karta. Pasti mereka berdua sudah sekongkol buat mengambil hati mas Karta dan ingin menyingkirkan aku. Aku harus berbuat sesuatu sebelum mereka berhasil menyingkirkan aku dari kehidupan mas Karta," batin Ayu yang sudah mulai dilema memikirkan dirinya sendiri."Kamu

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 12*

    Akhirnya Gendis selesai membersihkan dirinya dan ia pun keluar dari kamar mandi. Ia langsung berjalan ke arah meja rias dan memandangi sejenak wajahnya dari pantulan cermin.Tampak bercak merah di sekitar lehernya. Gendis hanya bisa memandangi tanda merah itu dan berusaha menutupinya dengan foundation miliknya."Emph Sayang, kamu sudah bangun," ucap Karta dengan suara parau khas bangun tidur.Wajahnya yang masih satu tampak sangat jelas dari pantulan kaca. Perlahan Gendis pun memutar tubuhnya dan menatap ke arah Karta."Iya, Mas. Saya sudah bangun. Mas mau saya buatkan kopi?" tanya Gendis menawarkan.Bukannya menjawab, Karta malah menatap dalam Gendis yang masih menggulung rambutnya yang basah dengan handuk.Karta masih belum melepaskan pandangannya dari Gendis. Perlahan Karta menurunkan kakinya dan memijak lantai lalu berjalan menghampiri Gendis.Kini keduanya pun saling berhadapan dengan posisi Gendis yang masih duduk di kursi dan Karta yang berdiri menatap Gendis."Kamu tambah cant

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 108

    7 tahun kemudian***Setelah 3 tahun lamanya, Karta masih terus membuktikan bahwa ia telah berubah menjadi lebih baik.Hari ini saat hari masih pagi, Karta datang ke rumah Gendis. Penampilannya terlihat sangat rapih dengan kemeja lengan panjang dan celana panjang serta rambut yang tetata rapi.Gendis mempersilahkan Karta duduk di kursi. Gendis pun duduk berhadapan dengan Karta yang saat itu ada di depannya.Gendis sedikit heran melihat Karta yang berpenampilan begitu rapih."Mas Karta mau kemana? Kok rapi sekali?" tanya Gendis penasaran."Emmm aku sengaja berpenampilan rapih begini, Ndis. Aku ingin melamar seseorang," jawab Karta.Gendis pun tercengang mendengar jawaban Karta. Gendis merasa penasaran akan wanita yang akan dilamar oleh Karta."Siapa kira-kira wanita yang akan dilamar oleh mas Karta, ya? Apa jangan-jangan aku," batin Gendis.Keduanya masih saling menatap sesekali. Tak lama Karta pun menyeruput kopi buatan Gendis yang rasanya masih sama, nikmat sesuai dengan seleranya."E

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 107

    "Sekarang ini bukan lagi rumahmu, tahu! Lebih baik sekarang kalian pergi dari sini atau aku akan telepon polisi untuk menyeret kalian semua dari sini," ancam Anjarwati.Karta yang merasa telah dikhianati oleh Anjarwati pun tak terima. Ia mencoba mencekik Anjarwati hingga wajahnya tampak pucat."Dasar wanita tua jahat! Bisa-bisanya kamu melakukan ini padaku! Kamu pantas mati, wanita tua!" teriak Karta penuh amarah.Tentu saja semua orang pun menjadi panik melihat Karta yang saat itu mencekik Anjarwati.Apalagi Gendis, ia merasa takut jika sampai Karta masuk bui lagi padahal ia sendiri sudah sangat susah payah melapangkan hatinya untuk membebaskan Karta dari penjara agar kelak anaknya tak malu mempunyai ayah mantan narapidana.Dengan cepat Gendis pun bergerak menghentikan Karta agar tak mencekik Anjarwati."Sudah, Mas. Jangan lakukan itu," ucap Anjarwati sembari mencoba menarik tangan Karta yang tengah mencengkram leher Anjarwati."Tidak, Ndis. Wanita jahat ini harus mati! Dia sudah mem

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 106

    Karta mencoba membujuk Gendis dan berjanji untuk berubah. Tapi, sayangnya Gendis tetap teguh pada pendiriannya untuk berpisah dari Karta."Maaf, Mas. Keputusan ku sudah bulat. Aku tetap ingin berpisah darimu. Aku tidak ingin memperbaiki apapun denganmu, tapi kamu tenang saja. Aku tidak akan membiarkanmu berada di sini. Aku ingin kita bisa membesarkan Yasmine bersama-sama meskipun bukan dengan status suami istri," jelas Gendis dengan begitu tegas.Mendengar ucapan Gendis yang begitu yakin dengan keputusannya. Karta hanya bisa menitikkan air matanya.Kini ia telah kehilangan semua istrinya bahkan istri yang sebenarnya sangat menyayanginya dan memikirkan dirinya."Aku hanya ingin kamu berubah menjadi lebih baik, Mas. Untuk kehidupan mu di masa depan," ucap Gendis lagi.Dengan berat hati, Karta menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan."Baiklah kalau memang itu sudah keputusanmu. Aku tahu bahwa kesalahanku kemarin sudah sangat keterlaluan. Sekarang aku akan mengikuti ucapan

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 105

    Setelah beberapa hari di rumah sakit akhirnya Gendis pun sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.Indah, Indri dan Rehan menjemput Gendis yang masih tampak sedikit lemas dengan mata sembab.Sudah beberapa hari Gendis hanya menangisi bayinya yang telah meninggal dunia. Gendis hanya fokus meminum obatnya sehingga badannya terlihat sedikit lebih kurus karena tak banyak makan."Mbak Gendis hati-hati, ya. Sini biar ku bantu," ucap Indri berinisiatif memapah Gendis sementara Indah membawakan tas berisi pakaian milik Gendis."Sudah ya, Mbak. Mbak Gendis jangan nangis terus, aku takut mbak Gendis kenapa-napa kalau terus menerus terpuruk begini," ucap Indri saat berjaoan menuju ke parkiran.Tatapan mata Gendis yang tampak kosong pun membuat Indri semakin khawatir."Bagaimana Mbak nggak sedih, Ndri. Mbak sudah kehilangan bayi yang masih ada di dalam perut Mbak. Mbak merasa bersalah karena tidak bisa menjaga dia dengan baik," ucap Gendis."Tidak, Mbak. Mbak Gendis tidak salah. Ini semua kesalahan

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 104

    Malam sudah lumayan larut dan Anjarwati baru pulang. Ia sedikit heran melihat rumah yang tampak sedikit berantakan terutama di bagian kamar Gendis.Sementara ia tak menemukan seorangpun di rumah itu. Anjarwati mencoba untuk mencari Karta dan Gendis tapi ia tak menemukannya.Anjarwati masih belum menyerah. Ia mencoba memeriksa ke setiap ruangan sembari memanggil-manggil nama mereka tapi tetap tak ada jawabnya.Namun, bukannya khawatir ataupun panik karena ia tak menemukan Karta dan Gendis. Anjarwati justru duduk di sofa dengan senyum ceria penuh tawa.Perlahan Anjarwati melempar map di tangannya ke atas meja setelah ia duduk di sofa ruang tamu."Wah jadi gini ya rasanya kalau tinggal sendiri. Rasanya begitu tenang dan juga bebas," ucap Anjarwati dengan senyum bahagia."Sekarang rumah ini sudah jadi milikku seutuhnya dan juga semua usaha empang yang Karta miliki. Dia sudah tidak punya apapun sekarang," lanjut Anjarwati.Tak lama Anjarwati bangkit dari duduknya dan beranjak ke dapur. Di

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 103

    Rehan datang dengan 2 orang polisi. Mereka langsung masuk ke dalam rumah Karta dan melihat sendiri penyiksaan yang tengah Karta lakukan pada Gendis."Angkat tangan anda!" ucap seorang polisi yang langsung menyergap Karta yang saat itu akan menyiksa Gendis lagi.Karta pun hanya bisa memberontak saat kedua tangannya di pegang erat oleh dua orang polisi.Sementara Gendis yang sudah tak berdaya, hanya bisa menangis melihat Karta ditangkap oleh polisi."Lepaskan aku, lepaskan!" Teriak Karta tak karuan."Bawa saja dia ke kantor polisi, Pak," ucap Rehan dengan tegas.Akhirnya kedua polisi itu pun membawa paksa Karta ke kantor polisi, meninggalkan Rehan yang hanya tinggal dengan Gendis."Awas kamu, ya! Berani-beraninya kamu bawa-bawa polisi! Lihat saja nanti kamu! Aku akan balas kamu!" teriak Karta dengan keras pada Rehan sebelum akhirnya ia dibawa oleh dua orang polisi yang menyeret paksa dirinya.Rehan pun segera menghampiri Gendis tanpa memedulikan ancaman Karta saat itu."Mbak, Mbak Gendi

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 102

    Setelah kepergian Ayu dari rumah Karta. Gendis pun masuk ke dalam kamarnya dengan sangat hati-hati. Gendis masih merasakan nyeri pada perutnya. Gendis pun kemudian duduk di pinggiran ranjangnya. Sesekali tangannya mengelus perutnya yang terkadang terasa nyeri. Tiba-tiba Gendis teringat akan ucapan Ayu. Dengan cepat Gendis pun mengambil ponselnya. Dengan cepat Gendis menekan beberapa tombol di ponselnya. Tak lama terdengar suara seorang pria dari dalam teleponnya. "Halo, Mbak Gendis? Ada apa Mbak? Mbak Gendis baik-baik saja, kan?" tanya Rehan. "Aku baik-baik saja, Mas. Aku hanya ingin tanya sesuatu pada mas Rehan," ucap Gendis menghentikan kalimatnya. "Tanya apa Mbak? Silahkan saja," jawab Rehan. "Apa mas Rehan yang sudah memberi tahu semuanya pada mas Karta tentang perselingkuhan Mbak Ayu?" tanya Gendis. Untuk sesaat Rehan hanya terdiam hingga membuat suasan sunyi meski telepon masih tersambung. "Oh itu, emmm iya Mbak," jawab Rehan yang kembali terdiam. "Kenapa mas Rehan meng

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 101

    Setelah diizinkan pulang oleh dokter, Gendis pun akhirnya pulang ke rumah sembari diantar oleh Indah.Indah memapah Gendis masuk ke dalam rumah. Namun, sebuah pemandangan yang sangat menegangkan disaksikan oleh Gendis dan Indah saat itu.Keduanya menghentikan langkah kakinya saat melihat Ayu yang tengah menangis terisak sembatu bersujud di kaki Karta.Sementara pakaian dan tas pun tampak berhamburan di lantai. Sesekali Gendis dan Indah saling melempar tatap merasa penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi."Pergi kamu dari sini! Dasar tukang selingkuh!" umpat Karta dengan nada cukup keras.Gendis pun tercengang mendengar apa yang dikatakan oleh Karta. Gendis tak tahu darimana Karta bisa tahu tentang perselingkuhan Ayu. Sementara ia tidak mengatakan apapun pada Karta."Mas, aku mohon maafkan aku, Mas. Aku mengaku salah tapi aku mohon jangan usir aku dari sini," rintih Ayu memohon-mohon pada Karta."Jangan kamu maafkan dia, Karta! Kalau kamu maafkan wanita seperti ini maka dia pasti

  • Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang   Bab 100

    Dengan langkah kaki terburu-buru Rehan menyusuri lorong demi lorong rumah sakit hingga akhirnya sampailah ia di sebuah ruangan.Terlihat seorang wanita tengah terbaring di atas ranjang dan seorang lagi berdiri di sebelahnya."Mbak, apa yang terjadi? Kenapa mbak Gendis bisa sampai seperti ini?" tanya Rehan dengan raut wajah khawatir."Aku juga nggak tau. Tadi pas aku sampai di sana, dia sudah tergeletak tak sadarkan diri," jawab Indah."Lalu mbak Indah tahu darimana mbak Gendis begini?" tanya Rehan lagi."Tadi Raya yang menelepon ku dan meminta aku ke sana," jawab Indah."Raya ...." Rehan yang tak mengenal nama yang disebutkan oleh Indah pun mencoba menebaknya."Raya adalah anaknya Ayu. Jadi tadi tidak ada satupun orang di rumah makanya Raya menelepon ku untuk meminta pertolongan," ucap Indah lagi."Emmm kalau boleh tahu, dimana mbak Indah menemukan mbak Gendis yang tergeletak?" tanya Rehan lagi."Aku menemukannya di kamarnya," jawab Indah.Tanpa berlama-lama Rehan pun langsung mengamb

DMCA.com Protection Status