Home / Rumah Tangga / Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova / Bab 10: Laksha yang Membingungkan

Share

Bab 10: Laksha yang Membingungkan

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-02-07 12:21:43

Di tengah-tengah kamar yang terbentang luas, sebuah tempat tidur king-size dengan seprai putih yang bersih berdiri anggun.

Karpet tebal memeluk lantai, membentang hampir di seluruh penjuru ruangan, sementara jendela lebar yang terbuka menawarkan pemandangan menenangkan ke taman belakang yang hijau.

Di salah satu sudut, terdapat meja kerja yang rapi dan sofa kecil yang mengundang, serta lemari pakaian besar yang tampaknya lebih luas dari kamar mandi di apartemen lama Amara.

Dindingnya dicat dengan warna biru lembut, dihiasi dengan dekorasi yang sederhana namun elegan, menciptakan suasana yang berbeda jika dibandingkan dengan kemewahan yang terasa berlebihan di ruangan lain di rumah besar ini.

Seperti ada usaha khusus yang dilakukan untuk membuat ruangan ini terasa lebih nyaman dan menyambut bagi Amara.

Amara memandang Laksha, rasa penasaran terpancar dari matanya. "Kamar ini..." katanya, sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, Laksha menyela, "Khus

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova   Bab 11: Siapa Sebenarnya Laksha Wijanarko?

    Dapur rumah itu terasa lapang dan menyenangkan, dengan langit-langit yang menjulang tinggi serta dinding-dinding marmer yang berwarna abu-abu lembut, menawarkan kesan yang sekaligus megah dan mengundang.Rak-rak kayu menghiasi hampir setiap sisi ruangan, dipenuhi dengan koleksi gelas dan piring yang tampak tidak hanya berharga namun juga penuh cerita.Di tengah ruangan, sebuah meja panjang yang kokoh mendominasi, atasnya terdapat vas kaca yang elegan dengan susunan bunga lili putih yang tersusun begitu rapi dan menawan.Amara berdiri dengan anggun di depan kompor, tangannya yang mahir dengan cepat membalik telur dadar di atas wajan yang panas. Aroma telur yang menggugah selera bercampur sempurna dengan wangi roti panggang yang baru saja matang, menyebarkan keharuman yang mengisi setiap sudut ruangan.Sambil berpikir, Amara merenung kenapa ia masih berinisiatif menyiapkan sarapan setiap pagi. Mungkin ini karena dari kecil ia sudah terbiasa mengurus dirinya

    Last Updated : 2025-02-14
  • Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova   Bab 12: Makan Malam Canggung

    Suara dentingan sendok dan garpu bertemu dengan porselen menjadi satu-satunya melodi yang mengisi ruang makan besar itu. Lilin-lilin di tengah meja panjang memberikan cahaya keemasan yang lembut, memantulkan bayangan di atas gelas kristal berisi anggur merah. Aroma daging panggang dan saus krim memenuhi udara, tetapi bagi Amara, makanan di piringnya tampak seperti benda asing yang tak menggugah selera.Ia duduk di sebelah Laksha, merasa seperti tamu tak diundang di tengah keluarga ini. Di hadapannya, Indira Wijanarko tetap tenang, seperti ratu yang duduk di singgasananya, anggun dan tak tersentuh. Di ujung meja, Aditya Wijanarko menatapnya tanpa ekspresi, matanya mengamati setiap gerak-geriknya dengan tajam. Dan di sisi lain, seorang wanita dengan gaun berwarna biru g

    Last Updated : 2025-02-14
  • Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova   Bab 13: Senyum Misterius Laksha

    Angin malam mengusap lembut kulit Amara, membelai helaian rambutnya yang tergerai ketika ia berdiri di balkon kamar. Dari tempatnya, pemandangan kota Jakarta terbentang luas, gemerlap lampu-lampu gedung bertaburan seperti bintang-bintang yang jatuh. Tapi keindahan itu tak mampu mengusir gelisah yang merayap di dadanya.Amara menyesap teh hangatnya pelan. Cairan itu seharusnya membawa ketenangan, tetapi rasa pahit samar yang tertinggal justru terasa seperti sesuatu yang lain—sesuatu yang tak ia pahami sepenuhnya.Di dalam kamar, Laksha duduk di depan meja kerja, membelakangi pintu balkon yang terbuka. Punggungnya tegap, tetapi bahunya terlihat lebih tegang dari biasanya. Lampu meja menerangi setengah wajahnya, menciptakan bayangan yang tajam di garis rahangnya.Sej

    Last Updated : 2025-02-15
  • Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova   Bab 14: Kehidupan yang Bertabrakan

    Gemerlap lampu kristal menggantung di langit-langit ballroom hotel bintang lima, menciptakan pantulan keemasan di lantai marmer yang begitu mengilap hingga Amara bisa melihat bayangannya sendiri. Aroma wine mahal bercampur dengan wangi parfum eksklusif memenuhi udara, sementara dentingan gelas sampanye terdengar berbaur dengan suara percakapan yang mengalir halus di antara para tamu.Amara berdiri di sudut ruangan, jemarinya menggenggam batang gelas dengan erat, seolah itu satu-satunya yang bisa membuatnya tetap tenang. Gaun malam berwarna merah marun membalut tubuhnya, jatuh sempurna mengikuti lekuknya, tetapi tetap terasa asing di kulitnya. Rambutnya ditata elegan, bibirnya diberi sentuhan merah klasik—bukan dirinya yang biasa.Ia menarik napas dalam, berusaha membia

    Last Updated : 2025-02-15
  • Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova   Bab 15: Percikan Api Pertama

    Musik jazz mengalun lembut di seluruh ballroom, menyatu dengan dentingan gelas kristal dan tawa halus para tamu. Lampu gantung besar berpendar keemasan, menerangi setiap sudut ruangan dengan cahaya hangat yang mewah. Aroma anggur merah, parfum mahal, dan hidangan bercampur di udara, menciptakan atmosfer yang terasa terlalu megah bagi Amara.Ia berdiri di dekat meja prasmanan, jari-jarinya melingkari gelas sampanye yang sejak tadi hanya ia putar-putar tanpa benar-benar diminum. Gaun hitamnya yang elegan membalut tubuhnya sempurna, tetapi tetap terasa seperti pakaian pinjaman. Sepatu hak tinggi yang ia kenakan memaksanya untuk tetap tegak, seolah memberi peringatan bahwa ia bukan bagian dari dunia ini.Laksha sedang berada di seberang ruangan, dikelilingi oleh beberapa p

    Last Updated : 2025-02-16
  • Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova   Bab 16: Merindukan Kesederhanaan

    Cahaya pagi yang hangat dan lembut menembus celah jendela besar di kamar, menari lembut di antara debu yang berkilauan bagai bintang-bintang kecil yang bertaburan di udara.Aroma kopi hitam yang baru saja diseduh berpadu dengan aroma lavender yang halus dari diffuser di sudut ruangan, menciptakan suasana yang menenangkan dan mengundang.Di luar sana, Jakarta sudah mulai ramai; suara klakson kendaraan bergema meski hanya sebagai latar belakang yang samar, mengingatkan pada kehidupan kota yang tak pernah berhenti.Amara, dengan gaya santainya, duduk mengangkang di kursi bar dapur. Ia mengenakan kaus kebesaran dan celana pendek yang nyaman, menciptakan rasa nyaman yang sempurna untuk menikmati pagi.Kakinya yang satu bertumpu pada palang kursi, sementara kedua tangannya yang lain dengan lembut memeluk cangkir kopi yang hangat, merasakan kehangatan yang menyebar ke seluruh tubuhnya.Di hadapannya, Laksha berdiri tegap di dekat mesin kopi, dengan geraka

    Last Updated : 2025-02-16
  • Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova   Bab 17: Laksha yang Tak Bisa Ditebak

    Mereka berdua berjalan beriringan di trotoar sempit sebuah gang kecil di Jakarta, melewati deretan warung makan sederhana yang berjejer dengan apik. Aroma sate yang terbakar di atas arang menari-nari di udara, bercampur dengan harum kaldu bakso yang mengepul hangat dari gerobak di ujung gang.Laksha, yang biasanya dikelilingi oleh para rekan bisnis berjas rapi dan mobil-mobil mewah, kini berdiri di depan sebuah warung tenda kecil. Meja plastik berwarna merah dan bangku panjang yang sedikit goyah tampak begitu asing baginya.Amara memandangnya dengan tangan bersedekap, alisnya terangkat penuh tanya, "Masih yakin bisa bertahan di tempat seperti ini?"Laksha menghela napas, lalu dengan gerakan yang ragu, menarik kursi dan duduk. "Aku sudah duduk di sini, bukan? Itu berarti aku tidak kabur."Amara tersenyum simpul, lalu ikut duduk di seberang Laksha. Dia melambaikan tangan ke arah seorang ibu pemilik warung, yang segera mendekat dengan senyum ramah terkembang

    Last Updated : 2025-02-17
  • Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova   Bab 18: Bayang-Bayang Masa Lalu

    Amara menelan ludah, getir. Entah kenapa, melihat foto itu membuat dadanya terasa sesak, seolah-olah ada benjolan emosi yang tak bisa dijelaskan. Mungkin karena ia terlalu mengenal rasa kosong yang terpancar dari gambar tersebut, refleksi dari mata yang tampak hampa.Kenangan masa kecilnya pun tiba-tiba menyeruak, mengalir bagai sungai yang tak bisa dibendung.Dia teringat malam-malam panjang di panti asuhan, saat ia berbaring di ranjang sempit, menatap langit-langit yang usang sambil bertanya-tanya, apakah ada orang di luar sana yang merindukannya.Hari-hari yang harus dilaluinya dengan belajar menjadi kuat lebih cepat dari seharusnya, karena tak ada seorang pun yang akan menolong jika ia terjatuh. Dan saat itu juga, ia pertama kali menyadari bahwa dunia ini tidak selalu adil bagi orang-orang seperti dirinya.Amara menggigit bibirnya, menatap pantulan dirinya di kaca jendela besar di depannya, sebuah jendela ke dalam jiwa yang lain.Ia pernah berp

    Last Updated : 2025-02-17

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova   Bab 132: Saat Ibu Menentang Raja di Rumahnya Sendiri

    Ruang keluarga kediaman Wijanarko bermandikan cahaya keemasan dari lampu gantung kristal yang tergantung di langit-langit tinggi. Pancaran hangatnya membias di permukaan meja kaca, memantulkan siluet samar dari cangkir-cangkir teh yang tersusun rapi.Aroma melati yang baru diseduh melayang di udara, bercampur dengan sesuatu yang lebih tajam dan sulit dijabarkan—tegangan halus yang merayap di antara orang-orang yang duduk di dalamnya. Indira Wijanarko duduk di salah satu sofa kulit berwarna krem, punggungnya lurus sempurna, tangan bersedekap di pangkuan. Wajahnya tetap tenang, nyaris tak terbaca, seperti lukisan yang disusun dengan palet warna-warna lembut.Tapi di matanya, ada sesuatu yang berbeda—ketegasan yang selama ini jarang muncul, sesuatu yang bahkan membuat ruangan terasa lebih sempit. Di seberangnya, Laksha duduk dengan satu kaki disilangkan, gerakannya terlihat santai, tapi ketegangan menjalar dari garis-garis rahangnya

  • Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova   Bab 131: Menantang Takdir Keluarga Wijanarko

    Pagi itu, udara masih terasa sejuk, menyisakan embun tipis di dedaunan yang berkilau diterpa cahaya matahari yang mulai naik.Di sebuah ruangan luas dengan dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan kota yang mulai sibuk, Laksha duduk di kursi kerja dengan punggung tegak, jari-jarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja. Di seberangnya, Amara berdiri dengan tangan terlipat di dada, wajahnya menampakkan ekspresi berpikir.Mereka harus mulai mengambil langkah.Pertama, media.Kabar tentang pernikahan mereka sudah menyebar seperti api yang tersulut angin. Tak semua berita menyajikan kisah romantis dua insan yang memilih bersama.Sebagian justru mengupasnya dengan nada sinis—menyebut Amara sebagai ‘wanita tanpa latar belakang’ yang ‘menjebak’ pewaris keluarga Wijanarko. Ada pula spekulasi yang menganggap ini tak lebih dari pernikahan bisnis, sebuah sandiwara demi kepentingan korporasi.Laksha tak tinggal diam. Dengan r

  • Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova   Bab 130: Menggenggam Bara di Tangan Musuh

    Udara pagi masih terasa sejuk ketika Amara membuka matanya. Cahaya matahari mengintip dari celah gorden, menyinari ruangan dengan semburat keemasan yang lembut, menari di atas seprai kusut dan menyapu permukaan kayu di lantai kamar.Aroma kopi yang baru diseduh menyelinap masuk, berpadu dengan wangi maskulin yang sudah begitu lekat di inderanya—aroma yang selama ini selalu memberinya rasa nyaman tanpa ia sadari. Ia menoleh ke samping. Laksha masih tertidur, napasnya teratur, dengan satu lengan terentang ke arah tempatnya berbaring, seolah mencari keberadaannya bahkan dalam lelap.Wajah pria itu tampak lebih damai dibanding biasanya, tanpa ekspresi arogan atau sorot mata dingin yang sering ia tunjukkan di hadapan dunia. Garis-garis tegas di wajahnya melunak, membuatnya terlihat jauh lebih muda—lebih manusiawi. Amara tersenyum kecil sebelum pelan-pelan turun dari tempat tidur, membiarkan telapak kakinya menyentuh permukaan kayu yan

  • Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova   Bab 129: Langkah Terakhir Lidya

    Malam sudah larut ketika suara ketukan sepatu hak tinggi menggema di lantai marmer restoran eksklusif di jantung Jakarta. Setiap langkah yang diayunkan memancarkan ketegasan, penuh percaya diri, seolah dunia masih berputar sesuai kehendaknya.Lidya Pramesti bukan tipe wanita yang mudah menyerah—dan malam ini, ia datang bukan sekadar untuk berbasa-basi.Restoran itu diterangi cahaya temaram dari lampu gantung kristal yang menggantung anggun di langit-langit tinggi, memancarkan kilauan keemasan yang lembut. Aroma wine mahal dan hidangan mewah bercampur dalam udara, berpadu dengan alunan musik jazz pelan yang mengalir dari sudut ruangan.Meja-meja berlapis kain putih tertata rapi, dihiasi lilin-lilin kecil yang berkelap-kelip, menambah kesan intim di antara bisikan para tamu yang tengah menikmati malam mereka.Namun, kehadiran Lidya tak bisa diabaikan begitu saja. Beberapa pasang mata melirik ke arahnya, tertarik oleh aura dingin yang dibawanya.

  • Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova   Bab 128: Menggenggammu di Bawah Langit Jakarta

    Udara pagi di Jakarta terasa lebih segar dari biasanya, meskipun suara klakson mobil, deru mesin, dan gemuruh kota masih mendominasi. Dari balkon apartemen mereka di lantai dua puluh, Amara bersandar pada pagar besi yang dingin, membiarkan angin pagi membelai wajahnya yang masih sedikit mengantuk.Matanya mengembara ke hamparan gedung-gedung tinggi yang menjulang di bawah langit biru pucat, beberapa di antaranya masih berkedip-kedip dengan lampu-lampu yang belum dipadamkan.Jauh di bawah sana, jalanan mulai sibuk—mobil-mobil berdesakan di persimpangan, pejalan kaki melangkah tergesa, dan pedagang kaki lima mulai menggelar lapaknya di trotoar.Namun, semua itu hanya latar. Di kepalanya, pikiran Amara masih dipenuhi kejadian semalam—pertengkaran Laksha dengan ayahnya, suara tegas pria itu saat berhadapan dengan figur yang selama ini begitu dominan dalam hidupnya.Dan kemudian, Indira. Perempuan itu berdiri di pihak mereka, sesuatu yang tidak per

  • Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova   Bab 127: Melawan Garis Takdir

    Udara di ruang kerja Aditya Wijanarko terasa lebih berat dari biasanya, seolah-olah mengandung beban yang tak kasatmata. Lampu gantung kristal di langit-langit memancarkan cahaya keemasan, memantul lembut di permukaan meja kayu mahoni yang kokoh di tengah ruangan.Aroma kayu tua bercampur samar dengan wangi kertas lama dari rak-rak buku yang memenuhi dinding. Deretan jilid tebal dengan punggung berlapis emas berdiri tegak, seakan menjadi saksi bisu ketegangan yang merayap di antara dua pria yang saling berhadapan. Laksha berdiri tegak di hadapan ayahnya, jarinya mencengkeram gagang cangkir kopi yang belum sempat ia teguk. Cairan hitam di dalamnya masih mengepulkan uap tipis, kontras dengan hawa dingin yang perlahan menjalar dari kata-kata yang belum terucap.Rahangnya mengeras, sorot matanya tajam, tetapi ada kilatan lain di sana—sesuatu yang tak mudah diartikan. Kemarahan? Kekecewaan? Atau hanya kesadaran bahwa perdebatan ini tak akan berakhir tanp

  • Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova   Bab 126: Tanpa Syarat, Tanpa Kebohongan

    Senja menumpahkan cahaya keemasan ke seluruh sudut apartemen, membentuk bayangan lembut yang menari di dinding. Langit di luar bergradasi dari jingga pekat ke ungu tua, seolah alam sendiri sedang melukiskan peralihan hari dengan warna-warna paling indahnya.Angin sore menyelinap masuk melalui celah balkon, menggoyangkan gorden tipis yang melambai perlahan, menciptakan tarian sunyi yang nyaris melankolis.Di dalam ruangan, aroma kopi hitam yang masih mengepul bercampur dengan wangi maskulin khas Laksha—kombinasi yang selama ini terasa asing bagi Amara, tetapi kini menghadirkan kenyamanan yang tak ia duga. Amara berdiri di dekat meja makan, jari-jarinya menggambar lingkaran tak beraturan di tepian gelas. Matanya tak sepenuhnya terfokus, seakan pikirannya melayang di antara kenyataan dan sesuatu yang lebih dalam—sesuatu yang tak ingin ia akui sepenuhnya.Di hadapannya, Laksha duduk dengan sikap santai, satu lengannya terlipat di atas meja

  • Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova   Bab 125: Saat Hujan Membawamu Kembali

    Hujan gerimis mulai turun, menciptakan pola samar di kaca depan mobil saat Laksha membawa Amara keluar dari hiruk-pikuk jalanan Jakarta. Sorot lampu kendaraan lain menari di permukaan jalan yang basah, memantulkan cahaya ke dalam kabin yang hening.Di antara mereka, hanya ada suara napas dan detak jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya—entah karena udara yang terlalu sesak atau perasaan yang sulit diurai.Amara menatap keluar, matanya mengikuti butiran hujan yang mengalir perlahan di jendela. Tangannya menggenggam erat koper kecil di pangkuannya, seolah itu adalah jangkar terakhir yang bisa menahannya tetap teguh.Namun, ia tahu, sejak Laksha datang mengejarnya, pertahanannya mulai goyah. Ada sesuatu dalam tatapan pria itu yang menghancurkan tembok yang susah payah ia bangun.Sementara itu, Laksha tetap mengemudi dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan. Rahangnya mengeras, garis wajahnya tampak lebih tegang dari biasanya. Matanya lurus men

  • Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova   Bab 124: Menjemput yang Pergi

    Angin malam menyapu jalanan Jakarta yang tak pernah benar-benar tidur. Gedung-gedung tinggi menjulang dengan jendela-jendela yang masih menyala, sementara deretan lampu jalan memantulkan cahaya kekuningan di aspal yang basah oleh sisa gerimis.Di dalam taksi yang melaju di antara arus kendaraan, Amara duduk diam, pandangannya menerobos jendela, menatap tanpa benar-benar melihat. Kelap-kelip lampu kendaraan lain membentuk semburat warna yang samar, bercampur dengan bayangan pikirannya sendiri.Dadanya terasa sesak.Tangannya yang dingin menggenggam erat tepi koper kecil di pangkuannya, seolah benda itu adalah satu-satunya pegangan yang tersisa. Berulang kali ia mencoba mengatur napas, berusaha menenangkan dirinya dengan keyakinan bahwa ini adalah keputusan yang benar.Namun, semakin ia berusaha meyakinkan diri, semakin sakit perasaannya."Jangan bicara seolah kau tahu apa yang akan aku sesali!"Suara Laksha masih menggema di kepalany

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status