"Ra lo punya hubungan apa sama Alex," tanya Ezra yang kini tengah mengendarai motornya membelah kerumunan yang cukup padat sore ini. "Gak ada," jawab Laura malas. "Tapi dia....""Udahlah gak usah ngomongin Alex bisa," bentak Laura masam memotong perkataan Ezra. Ezra langsung membukam mulut saat mengetahui suasana hati Laura sedang berantakan terlihat dari ucapannya. Sepanjamg perjalananpun hanya ada keheningan di antara mereka berdua. Tak lama mereka telah tiba di tempat yang Ezra tuju, di tepi pantai dengan semilir angin yang menyejukan apalagi pantai dan langit yang terluhat indah di sore hari ini. Mereka berdua turun dari motor, " kenapa kita kesini," tanya Laura sambil melihat sekitar yang tak ada pengunjung satu pun."Kenapa gak suka," tanya Ezra balik."Gak bukan gitu, suka kok," ucap Laura cepat takut Ezra akan salah paham sama pertanyaannya tadi. Sebenarnya Laura sangat suka pantai tapi tubuh Laura seolah tak mendukung, kep
Laura mengerjakapan mata dan melihat sekeliling yang sudah gelap, ia bangun dan melihat jam ternyata sudah pukul 8 malam.Laura bangun dari tidurnya, menyalakan lampu dan menutup jendela kamar dan pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah mandi Laura bergegas ke luar kamar dan melihat keadaan di sekitar rumah yang sama gelapnya, dia mengerutkan keningnya bingung. Laura menyalakan lampu di semua ruangan sambil menutup semua jemdela. "Bun, bunda," panggil Laura. Merasa tak ada jawaban, Laura pergi ke kamar bunda.Laura membuka pintu kamar Sinta, kosong tak ada Sinta bahkan lampu kamar pun sama belum nyala. Laura berjalan masuk dan menutup jendela menyalakan lampu."Bunda," panggil Laura. "Bunda, di mana Laura takut sendirian," teriak Laura lagi. Merasa ada yang tak beres Laura berlari menaiki tangga kembali ke kamarnya dan mengambil ponselnya yang tergeletak. Laura mengotak ngatik ponselnya dengan nafas yang tak beraturan karena
Sejak tadi Laura hanya memperhatikan Alex yang terus saja merokok, sudah berapa batang yang Alex hisap tapi sepertinya Alex sudah kencanduan oleh benda itu."Lo bisa gak sih berhenti ngerokok," ucap Laura."Kenapa?" ucap Alex sambil memperhatikan Laura yang kini menatapnya dengan tatapan tak suka."Lo gak sayang sama badan lo?""Gue lebih sayang lo Laura," ucap Alex lembut."Kalau lo gak suka liat gue ngerokok, ada syaratnya," ucap Alex lagi."Apa?" tanya Laura."Kita balikan," ucap Alex serius."Gak," tolak Laura cepat.Alex mematikan rokok terakhirnya dan membuang puntungnya ke asbak yang di depan Alex.Lalu menatap lekat Laura, "Ra mau sebanyak apa pun kamu nolak aku dan nyuruh aku menjauh dari kamu, aku gak pergi Ra, karena aku yakin di hati kamu masih ada aku," ucap Alex dengan pedenya.Laura memalingkan mukanya tak mau melihat Alex. "Oh iya Ucul gimana keadannya sekarang?" tanya Alex menganti topik pembicaraan."Dia baik," jawab Laura malas."Aku boleh liat, di mana di sekarang?
Laura sejak tadi terus mencari Alex yang entah di mana keberadaannya, selain untuk meminta uang jajan yang bunda titipkan padanya, Laura juga ingin memarahi Alex yang tak memberitahunya tentang handuk yang masih melilit di kepala Laura.Pelajaran pertama dan kedua bebas karena rapat yang di adakan dadakan, membuat sekolah kini ramai oleh anak-anak yang berlalu lalang.Laura berjalan cepat ketika melihat Alex tengah berada di sisi lapang basket berkumpul dengan anak cowok yang lainnya.Laura melepaskan sebelah sepatunya dan hap tepat sasaran"Aww," ringis Alex."Siapa yang berani lempar gue pake sepatu?" bentak Alex marah, yang membuat suasana lapangan yang tadi riuh seketika sunyi."Gue yang lempar," teriak Laura lantang sambil berjalan maju tanpa menggunakan sepatu sebelah."Eh mantan," ucap Alex nyengir, wajahnya yang tadi marah langsung terlihat berseri-seri ketika melihat Laura yang kini sedang berkacak pinggang."Balikin sepatu gue," pinta Laura galak.Alex melemparkan sepatu Lau
"Alex, Alex," teriak Farel sambil berlari terpogoh-pogoh menghampiri Alex yang sedang duduk anteng di atas motornya sedang bermain ponsel."Apa?" tanya Alex acuh tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel."Itu..," ucapnya."Itu ....Laura ...uks," ucapnya terbata-bata."Itu apa? Laura kenapa?," tanya Alex."Laura..," ucapnya panik."Iya Laura kenapa? Bicara yang bener! Mau gue tonjok lo," ucap Alex tak sabaran."Laura pingsan," ucap Farel Lantang.Tanpa basa-basi Alex berlari ke arah ruang uks, dan membuka kencang pintu uks sehingga menimbulkan suara yang kencang.Brak.Laura dan Gretta yang sedang di dalm uks terperajat karena suara bising pintu.Alex menatap lekat Laura dengan napasnya yang ngos-ngosan."Katanya lo pingsan? Kok ini kagak? Tanya Alex heran sambil menetralkan nafasnya."Gue udah siuman," ketus Laura."Cepet banget siumannya," keluh Alex."Emangnya kenapa Lex?" tanya Gretta."Gak bisa moduslah," masamnya."Modus gimana?" tanya Gretta yang masih belum paham."Grepe-
"GRETTA," teriak mereka serempak.Sementara Gretta hanya menampilkan wajah polosnya, membuat Laura dan Alex yang sudah mengetahui sikaf Gretta yang polos dan lemot menepuk jidat."Kenapa?" tanyanya seolah tak terjadi apapun."Lo kenapa bilang kalau gue mau memperkosa Laura hah," sentak Alex membuat Gretta terkejut dan menahan tangis."Kan lo sendiri yang bilang tadi, kalau lo mau buat anak sama Laura," lirih Gretta."Iya gue bilang gitu...," ucap Alex terpotong."Tuhkan pak," bentak Ezra memotong ucapan Alex."Diem lo," ucap Alex garang."Alex sudah salah ngeles lagi," marah pak Burhan."Tapi saya gak salah pak," bela Alex."Iyakan Ra," tanya Alex pada Laura untuk membantunya meluruskan kesalahan paham ini."Iya pak, saya gak mungkin ngelakuin hal kaya gitu, apa lagi sama manusia macam dia," bela Laura di iringi dengan mengejek."Coba jelasin apa yang sebenarnya terjadi?" tanya pak Burhan meminta penjelasan pada mereka berdua, bukan pak Burhan saja yang penasaran apa yang sebenarnya t
"Laura," panggil seseorang ketika Laura akan masuk ke dalam rumahnya, setelah tadi pulang di antar Alex, lalu Alex pergi entah ke mana dengan buru-buru."Ezra," kagetnya, Laura pikir Ezra tak akan pernah datang ke rumahnya lagi setelah kemarin di usir oleh bundanya."Kok bisa ada di sini?" tanya Laura."Iya kebetulan lewat sini jadi mampir," sahut Ezra sambil turun dari motornya dan berjalan mendekat ke arah Laura."Nih aku bawain boba kesukaan kamu," tunjuk Ezra sambil menyerahkan boba pada Laura.Laura menerima boba dengan ragu, lalu mengulas senyum kecil."Terima kasih," "Masuk duluan yah Zra," pamit Laura, berbalik berjalan ke arah rumahnya."Aku gak di tawarin masuk," ucap Ezra.Laura menghentikan langkahnya dan membalikan badannya lagi menghadap Ezra."Aku boleh masukkan?" tanya Ezra."Oh iya boleh," sahut Laura setengah ragu.Pasalnya bundanya sekarang tak ada di rumah, ia takut berduaan dengan Ezra apalagi notabetnya Ezra memang bukan cowok baik-baik, kalau bukan karena tujua
Setelah keluar dari rumah ia mengusap wajahnya kasar, mereka pasti bingung dengan sikap Alex yang tiba-tiba kasar seperti ini.Tapi Alex benar-benar hilang kontrol!Alex berjalan ke rumah Laura untuk mengambil motornya, terlebih dahulu Alex masuk ke rumah Laura untuk mengambil kunci motor yang tergeletak di meja hias di ruang tamu.Ketika Alex akan mengambil kunci motor, mata Alex menyipit di jajaran bunga hiasa yang sudah berantakan akibat ulah Alex tadi mengambil bunga hias dan menyimpannya asal.Alex mengambil benda kecil berwarna hitam itu.DegNafasnya tercekat.Kamera mini."Sialan," maki Alex."Apa dia sudah merencanakan ini semua sampai menyimpan kamera segala," gumam Alex."Awas aja lo Ezra gue pasti lo akan menerima akibatnya, telah menyentuh wanita yang gue cintai secara tak pantas," ucap alex dingin dengan rahang mengeras serta mata yang tajam menatap ke kamera yang ia genggam.......Alex mengetahui lokasi Ezra sekarang di mana dari story teman Ezra, yang terlihat ada Ezr
"Tapi bunda siapa dalang dari penculikan Laura?" Tanya Laura setelah beberapa saat terdiam, ia baru saja ingat jika ia belum mengetahui siapa orang tersebut, kenapa ia sampai bisa melakukan hal keji tersebut padaku, apakah aku pernah punya salah sampai dia melakukan hal tersebut?Anita dan Sinta saling tatap dalam Diam, mereka saling mengalihkan tatapannya dari Laura dengan raut wajah yang bingung."Kenapa bun?" Tanya Laura dengan kening berkerut, "Jangan menutupi apapun dari ku, Laura juga berhak tahu siapa dalangnya!" Lirih Laura dengan mata yang mengiba dan berkaca-kaca."Jangan karena rasa sayang kalian pada Laura, bunda dan momy menutupi hal ini," lanjut Laura lagi sambil melihat ke arah Sinta dan Anita secara bergantian."Bunda dan momy cuman gak tega ngeliat kamu terluka lagi," Sinta dan Anita berjalan mendekat ke arah Laura."Laura lebih terluka jika bunda dan momy menutupi hal ini dari Laura," aku melihat ke arah bunda yang melihat ku dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran
"Syukurlah jika dalang dari semua masalah ini sudah tertangkap, aku sangat lega," Sinta tersenyum lega setelah menerima kabar tersebut dari Dimas lewat telepon, ia tak henti-hentinya tersenyum senang sambil berjalan dengan riang, menelusuri lorong rumah sakit, yah sinta baru saja sampai ke rumah sakit untuk melihat Laura."Mereka pasti akan akan bahagia jika aku beritahu kabar ini," Sinta tersenyum membayangkan wajah bahagia Laura dan Anita nanti.Beberapa menit kemudian, Sinta sudah berdiri di depan ointu kamar inap Laura.Tok tok tokLalu membuka pintu kamar tersebut, terlihat di sana ada Anita Laura yang sedang berbaring dan juga Rio yang sedang bersiap-siap dengan tergesa-gesa seperti akan pergi."Mau kemana?" Tanya Sinta sambil melihat ke arah Rio lalu ke arah Anita."Kami dapat kabar bahwa dalang dari kejadian Laura sudah di tangkap tadi,""Jadi mas Rio akan pergi ke kantor polisi sekarang," jawab Anita dengan wajah yang terlihat lega."Aku pergi dulu yah," pamit Rio lalu pergi
Pov Bianca"Sialan di mana Ezra?" Teriak ku sambil melihat ke sudut ruangan di mana iya menyekap Ezra, tapi tak ada siapapun di sini."Di mana dia Hans?" Tanya Ku pada Hans yang berdiri di belakang ku sambil memegang kursi roda karena dia yang mendorong ku ke ruangan di mana Ezra berada.Tak ada jawaban dari Hans, yang ada hanya teriakan dia memanggil anak buahnya yang berjaga semalam di sini."Iya bos ada apa?" Jawab dua orang anak buah Hans yang datang dengan nafas tak beraturan seperti habis berlari."Kalian dari mana saja?" Bentak Hans."Gue bayar kalian buat ngejagain satu bocah doang, lo berdua kagak becus," lanjut Hans lagi.Sementara Boby dan Pian hanya busa menundukan kepalanya yak berani melihat ke arah Hans yang terlihat seram sekali ketika marah."Jawab, lo berdua kagak budeg kan," teriak Hans murka, karena belum mendapat jawaban dari mereka berdua."Ma...af bos," jawab Boby dengan terbata-bata."Anjing lo pada," maki Hans.Bugh bugh bughHans melayangkan pukulan pada mere
Sesampainya di depqn kantor polisi Pak tua yang bernama Udin Itu menghentikan motornya, "Berhenti di sana saja yah, motor saya bodong takut di ambil," ucap Udin tersebut sambil melihat dengan waspada ke arah pintu kantor polisi yang terasa sepi."Yasudah pak, gak papa," ucap Ezra sambil turun dari motornya."Saya pamit yah," ucap Udin sambil melajukan motornya dengan cepat meninggalkan kantor polisi dan juga Ezra yang menatap kepergian Udin tanpa ekspresi.Dengan langkah gontai karena Ezra masih merasa lemas pada tubuhnya meskipun di jalan tadi ia sempat istirahat di rumah makan sekedar menghilangkan lapar dan dahaga sejak semalam, tapi tenaganya memang belum pulih sepenuhnya.Ezra sedikit takut melangkah ke dalam kantor polisi karena ini tempat ia awal di tahan karena kasus Laura, yah Ezra sengaja menyuruh Udin agar mengantarkannya langsung ke sini ia ingin menebus semua kesalahannya termasuk membebaskan adik dan juga ibunya yang di tahan oleh mereka untuk menakut-nakutu Ezra.Ezra m
''Tentang Ibu Mirna dan Lala yang di bawa ke sini tanpa sepengatahuan saya, saya minta maaf sebelumnya Fatan,'' ucap Dimas yang merasa sedikit tak enak hati, pada Fatan atau membuat dia berpikiran yang bukan-bukan tentang Dimas sejak awal karena membiarkan Rafa yang mengurus hal ini, padahal Dimas memang tidak tahu sejak awal.''Aku pun sama merasa heran waktu Rafa bawa mereka ke sini apalagi dengan kondisi ibu Mirna yang kurang stabil, juga dengan Lala yang membuat saya cemas jika ia tinggal di sini dengan kondisi di panti jompo yang kaya gini membuat mental dia juga tidak sehat,''''Aku sudah bilang dari awal untuk membiarkan polisi yang menanangani masalah ini, tapi dia dan anak mu itu sangat keras kepala,'' ucap Fatan sambil menggelengkan kepala, mengingat percakapan mereka bertiga beberapa hari yang lalu.''Tapi aku bersyukur mereka berdua akan pergi dari panti jompo ini,'' ucap Fatan yang merasa lega, bukan apa-apa tapi dengan kondisi Mirna yang kurang stabil ia takut para lansi
Pov Alex"Sorry Ra aku gak ada niat untuk buat kamu sedih lagi kayak tadi," ucap ku lirih sambil berjalan di lorong rumah sakit, perasaan bersalah kian membuncah aku tak mengira jika lelucon ku akan membuat Laura histeris kembali."Gue bener-bener bodoh, harusnya gue bisa jaga ucapan gue sama Laura, apalagi gerak-gerik Laura yang seakan memang menghindar dari gue," ucapku sendiri yang kini sudah sampai parkiran rumah sakit tempat motorku di parkirakan."Gue harus nyelesaikan masalah ini secepatnya," tekad ku kuat, aku yakin jika masalah ini akan cepat selesai termasuk cepat juga Laura sembuhnya.Aku meronggoh saku celana di mana ponsel ku letakan di sana, dengan lincah aku mengutak-ngetik ponsel ku."Lo di mana?" Tanya Ku to the point setelah panggilan tersambung."Apaan sih Lex! Gue baru bangun elah," kesal Rafa di ujung telepon."Kebo lo, matahari udah naek lo masih tidur, cepet siap-siap kita ketemuan di panti jompo sekarang juga," ucap ku."Sekarang Lex," tanya Rafa memastikan."
Pov AlexAlex berjalan di belakang Anita yang melangkah dengan riang sambil membawa totebag yang entah berisi apa? Alex berbaik hati membawakan totebag tersebut tapi malah kena marah Anita."Sebenarnya apa isi totebag tersebut sih? Apa jangan-jangan bom," Batin Alex berucap penuh curiga sambil terus memperhatikan totebag tersebut."Ah gak mungkin," elak Alex sambil menggelengkan kepalanya kiri dan ke kanan "Ngapain juga emak gue bawain bom ke rumah sakit, mau jadi teroris dia," lanjut Alex kembali.Plak"Awwsss," ringis Alex sakit dan terkejut, ia menatap Anita penuh tanda tanya."Kamu gak dengerin mama ngomong Lex?" Tanya Anita penuh selidik.Alex terbengong seketika, "Boro-boro dengerin mama ngomong, sedari tadi gue mikirin isi dari totebag tersebut," ucap Alex yang hanya bisa terucap dalam hati, kalau sampai ia ucapkan sih bisa-bisa kena pukul plus di marahi habis-habisan."Hehehe," aku hanya tersenyum sambil memperlihatkan barisan gigi ku."Ketawa kamu?" Sentak Anita garang.Ale
"Semalam papa mengirimkan hasil video tersebut, ke sebuah nomor yang beridentitas Bianca," ucap Dimas tiba-tiba ketika kami semua sudah selesai sarapan.Alex menatap Dimas heran, "Papa punya nomor Bianca?" "Nomor ponsel hal yang mudah bagi papa, kamu tahu papa menyelidiki hal ini tidak di ketahui oleh orang banyak seperti kemarin, hanya ada papa dan beberapa orang kepercayaan papa yang sudah bekerja cukup lama," "Papa hanya merasa ada seseorang di antara rekan papa yang berkhianat mencoba menutupi apa yang mereka ketahui ke papa," ucap menerka-nerka, karena sejak beberapa hari kemarin, memang ia sudah merasa ada sesuatu yang tidak beres."Jadi ada orang dalam," tanya Alex memastikan."Mungkin," jawab Dimas agak ragu."Kamu tahu, sepertinya mereka sudah melihat rekaman tersebut, dia mencoba menghubungi nomor yang pala pakai, tapi sengaja tak papa angkat agar membuat mereka ketakutan,""Kalau papa bisa tau nomor ponsel Bianca, berarti papa juga tahu keberadaan mereka semalam di mana?"
Pov Auhtor Pagi telah tiba, Laura terbangun dari tidurnya karena mendengar keributan, ia melihat ke arah kanan yang menjadi sumber keributan di sana."Ayah," ucap Laura senang, ia tersenyum lebar matanya berbinar ketika melihat pria yang sangat ia sayangi berada di sini, sejak kemarin Laura tak melihat Rio dan itu membuat Laura sangat merindukan sosok ayahnya tersebut."Kamu udah bangun sayang?" Rio berdiri dari duudknya dan melangkah mendekati Laura, sambil tersenyum senang."Ayah kapan ke sini? Laura rindu sama ayah," ucap Laura manja, lalu memeluk tubuh Rio yang sudah berdiri di sampingnya."Ayah datang malam tadi, waktu kamu udah tidur," jawab Rio, sambil mengelus kepala Laura lembut." Kenapa gak bangunin Laura?" Ucqp Laura merujuk, melepaskan pelukannya dan menatap Rio tak suka."Kamu kan udah tidur sayang, Ayah gak tega bangunin kamu," jelas Rio gemas sambil mencium pipi Laura."Bunda juga sama! gak bangunin Laura," ketus Laura sambil melihat ke arah Anita yang akan memasuki l