공유

Part 3

작가: Arsyla Adiba
last update 최신 업데이트: 2022-04-20 14:49:54

Kini Laura dan Gretha sudah berada di dalam kelas dan duduk di bangkunya masing-masing, padahal sudah waktunya jam pertama di mulai tapi entah kemana gurunya itu menghilang sampai sekarang tak nampak batang hidungnya.

Laura sudah bosan mendengar kegaduhan di dalam kelas akibat ulah anak-anak apalagi sang biang keroknya Rafa, di tambah sejak tadi Gretha terus merengek meminta maaf dan minta Laura untuk memeperkenalkan dia pada cowok yang telah mencium Laura padahal ciuman juga tidak.

"Gretta benar-benar goblok lah," monolog Laura kesal.

"Di bilang gue kagak ciuman," sengit Laura.

"Lagian lo tolol bodoh atau idiot Gretta mana ada cewek duluan minta di cium," greget Laura tak habis pikir pada sahabatnya satu ini.

"Tapi gue pengen di cium Laura," kekeh Gretta.

"Sini gue cium,"

"Ogah, lo bau iler," tolak Gretta sambil menjulurkan lidahnya mengejek.

"Mana ada bau iler gue udah mandi yah," sewot Laura tak suka di sebut bau iler.

"Tapi tetap aja gue gak mau di cium sama lo,"

"Gue juga,"

"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Endang sambil berjalan masuk ke dalam kelas.

Kelas yang tadi sangat gaduh pun tiba-tiba jadi hening seketika.

"Pagi Bu," jawab semua murid, kecuali Laura yang malah merebahkan kepalanya di atas tas dan menyembunyikan wajahnya dengan buku.

Untung saja tempat duduk Laura berada di barisan ke tiga dan paling pojok jadi tak akan ketahuan oleh guru.

"Maaf yah anak-anak Ibu agak telat," ucapnya sambil menyimpan beberapa buku di meja guru.

"Sekalian aja Bu, gak usah masuk biar gak belajar," celetuk Rafa yang langsung dapat pelototan dari bu endang.

"Mau Ibu hukum kamu," tawar Bu Endang galak.

"Yaelah Bu galak amat kaya macan yang baru datang pms aja,"

"Diem Rafa, Ibu pusing setiap ketemu kamu bawaannya darting terus," Bu Endang duduk dan memijat kepalanya yang agak pusing.

"Mau saya bantu pijitin gak bu," tawar Rafa sambil bangkit dari duduknya.

"Diem di situ kamu, gak usah sok baik sama saya," ketus Bu Endang.

"Yaelah Bu sebagai murid yang berbudi pekerti yang luhur, saya itu harus loh bu memeperlakukan guru saya tercinta ini dengan sebaik baiknya, jadi di sini saya menawarkan jasa pijat no plus plus kepada guru saya ini, asal ada bayaran," ucap Rafa dengan senyum jahilnya.

"Unfaedah banget ngadepin sikap kamu yang makin hari makin gak waras," sindirnya.

"Lah Rafa emang udah gak waras dari dulu Bu," celetuk Gretha.

"Pantes," ucap Bu Endang malas dan bangkit dari duduknya.

"Rafa kamu duduk ke kursi kamu kembali," perintah Bu Endang.

Rafa yang akan protes buru-buru duduk anteng ketika Bu Endang mengambil penggaris besi di atas meja guru dan mengarahkan kepadanya.

Melihat Rafa yang sudah duduk diem dan di pastikan tak akan bersuara kembalyu Bu Endang memyimpan kembali penggaris besi tersebut.

"Oh iya anak-anak di sini kita akan kedatangan murid baru," Bu enydang berjalan ke luar kelas, lalu memanggil seseorang.

"Ayo nak, perkenalkan diri kamu,"

"Kenalin namau gue Alex Xander Desmon, pindahan dari Sma Nusantara,"

Laura langsung mengangkat kepalanya dan benar -benar terkejut melihat Alex yang sudah berdiri di depan kelas dengan tampangnya yang sok ganteng.

"Hay mantan," sapa Alex pada Laura yang langsung mendapat perhatian seluruh murid yang ada di dalam kelas.

"Itu mantan lo Ra?" tanya Cindy tempan sekelas Laura yang agak centil.

"Iya gue mantan Laura," jawab Alex yang langsung dapat pelototan tajam dari Laura.

"Gue gak percaya, lo tampan, keren dan sepertinya lo dari orang berada sementara Laura hmm," ucap Cindy sambil melihat Laura rendah.

Laura sudah tak aneh dengan tabiat Cindy yang suka mamandang rendah orang lain bahkan anak di sekolah ini pun tau kelakuan Cindy.

"Pokonya gue gak percaya," kekeh Cindy.

"Eh belatung nangka, mau lo percaya atau kagak, gak akan ngaruh sama Alex, iyakan sob," bela Rafa.

"Yoi bro," jawab Alex akrab.

"Yaudah Alex, kamu duduk sama Rafa,"

Yang kebetulan teman sebangsku Rafa, Varel tak masuk karena demam.

Alex duduk di samping Rafa dan bertos ria ala anak cowok kebanyakan.

Laura mengerutkan keninganya melihat Alex dan Rafa yang seolah sudah berteman sejak lama, lalu menepuk keningnya sendiri saat sadar kelakuan Rafa dan Alex sama saja 11, 12.

"Makin kacau, kalau orang gak waras di satuin," ucap Laura sambil memikirkan bagaimana kedepannya.

"Lo kenapa?" tanya Gretta, yang di jawab gelengan cepat oleh Laura.

"Ayo anak-anak buka buku halaman 65," perintah Bu Endang.

******

Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu tapi Laura seolah enggan beranjak dari tempat duduknya, apalagi sekarang ia sedang membaca cerita dari salah satu aplikasi w*****d lewat hp.

sementara Gretta sejak tadi pergi ke kantin bersama Rafa dan Alex, meskipun harus di paksa dan di ancam dulu oleh Gretha agar menemaninya makan di kantin, selain itu Gretta juga ingin mengetahui tentang Alex yang mengaku jadi mantan Laura.

Sedang asik-asik membaca, Laura merasa terganggu dengan seorang yang duduk di sampingnya.

Laura menolehkan kepalanya, "eh Ezra," Laura tersenyum manis dan menyimpan hpnya di atas meja.

"Maaf yah soal tadi pagi," ucap Laura dengan nada menyesal.

"Gak papa Ra, tapi nanti pulang sekolah bareng yah? aku mau ajakin kamu ke suatu tempat,"

"Boleh, kemana?" tanya Laura.

"Ada deh," ucap Ezra yang membuat Laura semakin penasaran.

"Ih kemana?" tanyanya penasaran.

"Nanti juga kamu tau, kamu gak makan?" tanya Ezra.

"Gak aku gak lapar,"

Ezra menggakukan kepalanya, "Aku harus kumpul anak basket dulu, aku tinggal yah," pamit Ezra.

"Iya gak papa kok,"

"Jangan lupa nanti pulang sekolah yah," ucap Ezra sambil mengelus lembut rambut Laura yang membuat pipi Laura memerah.

"Ekhmmm," dehem seseorang di pintu kelas.

Sontak Ezra menghetikan aktivitasnya dan melihat sang pelaku yang kini menatap Ezra tajam.

"Katanya kalau ada orang yang berduan yang ketiganya setan," sindir Alex.

"Yah lo setannya," ketus Laura.

Alex melangkah mendekati Laura dan Ezra, "makin hari makin lucu deh mantan," Alex terkekeh sambil mencubit pipi Laura gemas sampai meninggalkan bekas kemerahan.

"Lo gila, sakit bego," kesal Laura.

"Maksud lo apa, hah, " ucap Ezra ngegas.

"Gue gak ada maksud apa-apa," jawab Alex santai.

"Terus ngapain lo nyubit Laura sampai merah kaya gitu," marah Ezra sambil menunjuk pipi Laura yang masih memerah.

"Ya suka-suka gue lah," tengil Alex yang membuat Ezra semakin emosi terlihat dari mukanya yang sudah memerah menahan amarah.

"Lo berani sama Gue," ucap Ezra emosi.

"Udah-udah," ucap Laura melerai mereka.

"Lo pergi aja deh, lo kan harus kumpul anak basket dulu," usir Laura halus sebelum situasi benar-benar tak terkendali.

Ezra menatap Alex bak musuh dan berlalu pergi dari kelas Laura, setelah Ezra tak terlihat lagi.

Alex maju mendekati Laura yang menatapnya tak suka dan mengelus lembut pipi Laura yang masih memerah karena ulah Alex sendiri.

"Maaf," ucap Alex menyesal.

"Tapi gue gak suka liat pipi lo memerah karena busling denger ucapan si bangsat, gue lebih rela pipi lo kesakitan karena cubitan gue," ucap Alex menekankan menyebut bangsat.

"Di sini sakit Ra," ucap Alex sambil menujuk dadanya.

"Ngeliat lo berduan sama cowo lain, tersipu malu di depan cowok lain, tersenyum ke cowok lain, gue benar-benar gak suka," ucap Alex pelan tapi tersirat kesakitan.

"Lo itu bukan siapa-siapa gua lagi Alex, jadi lo gak berhak atas gue," sewot Laura sambil pergi meninggalkan Alex ke luar kelas.

"Sebenarnya apa kesalahan gue sampai lo ninggalin gue Ra," teriak Alex frustasi yang masih bisa di dengar oleh Laura di luar kelas.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

관련 챕터

  • Teror Mantan   Part 4

    "Gue tau Ra," pekik Gretta tiba-tiba, yang kini sedang berjalan ke arah parkiran karena jam pulang telah tiba."Tau apaan?" jawab Laura malas sambil duduk dan menyenderkan punggungnya di kursi panjang sementara Gretta malah jongkong di bawah, random banget tingakah ni bocah. "Yang nyium lo tadi pagi Alexkan," heboh Gretta. "Kata siapa?" heran Laura."Kata alex, dia yang bilang sendiri sama gue pas di kantin tadi," jelas Gretta. Laura memutar kedua matanya malas, mendengar penjelas Gretta dari Alex yang tak ada benarnya. "Setelah gue tau yang nyium lo itu Alex, lo tau Ra apa yang gue lakuin?" tanya Gretta pada Laura. "Lo pukul, tendang atau lo bunuh orangnya," tebak Laura antusias merasa Gretta sedang melindunginya. Gretta menggelengkan kepalanya cepat mendengar jawaban Laura. "Terus lo apain?" tanya laura dengan kening berkerut. "Gue minta di cium sama Alex, eh malah di toyor kepala gue sama si curut Rafa," emosi Gretta sambil men

    최신 업데이트 : 2022-04-20
  • Teror Mantan   Part 5

    "Ra lo punya hubungan apa sama Alex," tanya Ezra yang kini tengah mengendarai motornya membelah kerumunan yang cukup padat sore ini. "Gak ada," jawab Laura malas. "Tapi dia....""Udahlah gak usah ngomongin Alex bisa," bentak Laura masam memotong perkataan Ezra. Ezra langsung membukam mulut saat mengetahui suasana hati Laura sedang berantakan terlihat dari ucapannya. Sepanjamg perjalananpun hanya ada keheningan di antara mereka berdua. Tak lama mereka telah tiba di tempat yang Ezra tuju, di tepi pantai dengan semilir angin yang menyejukan apalagi pantai dan langit yang terluhat indah di sore hari ini. Mereka berdua turun dari motor, " kenapa kita kesini," tanya Laura sambil melihat sekitar yang tak ada pengunjung satu pun."Kenapa gak suka," tanya Ezra balik."Gak bukan gitu, suka kok," ucap Laura cepat takut Ezra akan salah paham sama pertanyaannya tadi. Sebenarnya Laura sangat suka pantai tapi tubuh Laura seolah tak mendukung, kep

    최신 업데이트 : 2022-04-20
  • Teror Mantan   Part 6

    Laura mengerjakapan mata dan melihat sekeliling yang sudah gelap, ia bangun dan melihat jam ternyata sudah pukul 8 malam.Laura bangun dari tidurnya, menyalakan lampu dan menutup jendela kamar dan pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah mandi Laura bergegas ke luar kamar dan melihat keadaan di sekitar rumah yang sama gelapnya, dia mengerutkan keningnya bingung. Laura menyalakan lampu di semua ruangan sambil menutup semua jemdela. "Bun, bunda," panggil Laura. Merasa tak ada jawaban, Laura pergi ke kamar bunda.Laura membuka pintu kamar Sinta, kosong tak ada Sinta bahkan lampu kamar pun sama belum nyala. Laura berjalan masuk dan menutup jendela menyalakan lampu."Bunda," panggil Laura. "Bunda, di mana Laura takut sendirian," teriak Laura lagi. Merasa ada yang tak beres Laura berlari menaiki tangga kembali ke kamarnya dan mengambil ponselnya yang tergeletak. Laura mengotak ngatik ponselnya dengan nafas yang tak beraturan karena

    최신 업데이트 : 2022-04-20
  • Teror Mantan   Part 7

    Sejak tadi Laura hanya memperhatikan Alex yang terus saja merokok, sudah berapa batang yang Alex hisap tapi sepertinya Alex sudah kencanduan oleh benda itu."Lo bisa gak sih berhenti ngerokok," ucap Laura."Kenapa?" ucap Alex sambil memperhatikan Laura yang kini menatapnya dengan tatapan tak suka."Lo gak sayang sama badan lo?""Gue lebih sayang lo Laura," ucap Alex lembut."Kalau lo gak suka liat gue ngerokok, ada syaratnya," ucap Alex lagi."Apa?" tanya Laura."Kita balikan," ucap Alex serius."Gak," tolak Laura cepat.Alex mematikan rokok terakhirnya dan membuang puntungnya ke asbak yang di depan Alex.Lalu menatap lekat Laura, "Ra mau sebanyak apa pun kamu nolak aku dan nyuruh aku menjauh dari kamu, aku gak pergi Ra, karena aku yakin di hati kamu masih ada aku," ucap Alex dengan pedenya.Laura memalingkan mukanya tak mau melihat Alex. "Oh iya Ucul gimana keadannya sekarang?" tanya Alex menganti topik pembicaraan."Dia baik," jawab Laura malas."Aku boleh liat, di mana di sekarang?

    최신 업데이트 : 2022-04-26
  • Teror Mantan   Part 8

    Laura sejak tadi terus mencari Alex yang entah di mana keberadaannya, selain untuk meminta uang jajan yang bunda titipkan padanya, Laura juga ingin memarahi Alex yang tak memberitahunya tentang handuk yang masih melilit di kepala Laura.Pelajaran pertama dan kedua bebas karena rapat yang di adakan dadakan, membuat sekolah kini ramai oleh anak-anak yang berlalu lalang.Laura berjalan cepat ketika melihat Alex tengah berada di sisi lapang basket berkumpul dengan anak cowok yang lainnya.Laura melepaskan sebelah sepatunya dan hap tepat sasaran"Aww," ringis Alex."Siapa yang berani lempar gue pake sepatu?" bentak Alex marah, yang membuat suasana lapangan yang tadi riuh seketika sunyi."Gue yang lempar," teriak Laura lantang sambil berjalan maju tanpa menggunakan sepatu sebelah."Eh mantan," ucap Alex nyengir, wajahnya yang tadi marah langsung terlihat berseri-seri ketika melihat Laura yang kini sedang berkacak pinggang."Balikin sepatu gue," pinta Laura galak.Alex melemparkan sepatu Lau

    최신 업데이트 : 2022-05-12
  • Teror Mantan   Part 9

    "Alex, Alex," teriak Farel sambil berlari terpogoh-pogoh menghampiri Alex yang sedang duduk anteng di atas motornya sedang bermain ponsel."Apa?" tanya Alex acuh tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel."Itu..," ucapnya."Itu ....Laura ...uks," ucapnya terbata-bata."Itu apa? Laura kenapa?," tanya Alex."Laura..," ucapnya panik."Iya Laura kenapa? Bicara yang bener! Mau gue tonjok lo," ucap Alex tak sabaran."Laura pingsan," ucap Farel Lantang.Tanpa basa-basi Alex berlari ke arah ruang uks, dan membuka kencang pintu uks sehingga menimbulkan suara yang kencang.Brak.Laura dan Gretta yang sedang di dalm uks terperajat karena suara bising pintu.Alex menatap lekat Laura dengan napasnya yang ngos-ngosan."Katanya lo pingsan? Kok ini kagak? Tanya Alex heran sambil menetralkan nafasnya."Gue udah siuman," ketus Laura."Cepet banget siumannya," keluh Alex."Emangnya kenapa Lex?" tanya Gretta."Gak bisa moduslah," masamnya."Modus gimana?" tanya Gretta yang masih belum paham."Grepe-

    최신 업데이트 : 2022-05-13
  • Teror Mantan   Part 10

    "GRETTA," teriak mereka serempak.Sementara Gretta hanya menampilkan wajah polosnya, membuat Laura dan Alex yang sudah mengetahui sikaf Gretta yang polos dan lemot menepuk jidat."Kenapa?" tanyanya seolah tak terjadi apapun."Lo kenapa bilang kalau gue mau memperkosa Laura hah," sentak Alex membuat Gretta terkejut dan menahan tangis."Kan lo sendiri yang bilang tadi, kalau lo mau buat anak sama Laura," lirih Gretta."Iya gue bilang gitu...," ucap Alex terpotong."Tuhkan pak," bentak Ezra memotong ucapan Alex."Diem lo," ucap Alex garang."Alex sudah salah ngeles lagi," marah pak Burhan."Tapi saya gak salah pak," bela Alex."Iyakan Ra," tanya Alex pada Laura untuk membantunya meluruskan kesalahan paham ini."Iya pak, saya gak mungkin ngelakuin hal kaya gitu, apa lagi sama manusia macam dia," bela Laura di iringi dengan mengejek."Coba jelasin apa yang sebenarnya terjadi?" tanya pak Burhan meminta penjelasan pada mereka berdua, bukan pak Burhan saja yang penasaran apa yang sebenarnya t

    최신 업데이트 : 2022-05-14
  • Teror Mantan   Part 11

    "Laura," panggil seseorang ketika Laura akan masuk ke dalam rumahnya, setelah tadi pulang di antar Alex, lalu Alex pergi entah ke mana dengan buru-buru."Ezra," kagetnya, Laura pikir Ezra tak akan pernah datang ke rumahnya lagi setelah kemarin di usir oleh bundanya."Kok bisa ada di sini?" tanya Laura."Iya kebetulan lewat sini jadi mampir," sahut Ezra sambil turun dari motornya dan berjalan mendekat ke arah Laura."Nih aku bawain boba kesukaan kamu," tunjuk Ezra sambil menyerahkan boba pada Laura.Laura menerima boba dengan ragu, lalu mengulas senyum kecil."Terima kasih," "Masuk duluan yah Zra," pamit Laura, berbalik berjalan ke arah rumahnya."Aku gak di tawarin masuk," ucap Ezra.Laura menghentikan langkahnya dan membalikan badannya lagi menghadap Ezra."Aku boleh masukkan?" tanya Ezra."Oh iya boleh," sahut Laura setengah ragu.Pasalnya bundanya sekarang tak ada di rumah, ia takut berduaan dengan Ezra apalagi notabetnya Ezra memang bukan cowok baik-baik, kalau bukan karena tujua

    최신 업데이트 : 2022-05-16

최신 챕터

  • Teror Mantan   Kenangan di Atas Roda Dua

    Esok paginya, Laura melangkah ke ruang makan dengan langkah santai, meski wajahnya masih menunjukkan sisa kelelahan. Di meja makan, Rio sudah duduk sambil memangku Kenzo, yang terlihat segar setelah dimandikan. Bayi itu tertawa kecil, tangannya menggapai-gapai wajah Rio, membuat suasana terasa lebih hidup.Di dapur, Sinta sedang membuatkan kopi sambil tersenyum melihat pemandangan itu. Ketika Laura mendekat, Sinta menyapanya. "Pagi, Laura. Mau sarapan apa?" tanyanya ramah.Laura hanya mengangguk kecil dan duduk di kursinya, menghindari kontak mata dengan Kenzo. Ia mengambil roti yang sudah tersedia di meja dan mulai memakannya dalam diam.Rio, yang melihat sikap Laura, tersenyum kecil. "Ra, kamu nggak mau gendong Kenzo? Dia lagi ceria banget pagi ini," ucapnya sambil menggerakkan Kenzo sedikit ke arah Laura.Laura menghentikan kunyahannya sejenak, lalu menjawab tanpa menatap ayahnya. "Ayah tahu jawabannya," ujarnya datar.Rio menghela napas pelan, menatap putrinya dengan penuh kesabar

  • Teror Mantan   Bayi Kenzo

    Laura melangkah masuk ke dalam kamarnya di rumah dengan langkah lelah. Setelah percakapannya dengan Alex di pantai, tubuh dan pikirannya terasa begitu berat. Ia menjatuhkan dirinya di atas ranjang, menatap langit-langit kamar yang dihiasi oleh balok kayu khas Bali.Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang terus berputar. Kata-kata Alex masih terngiang jelas di benaknya. "Mau seribu kali pun lo nolak gue, gue gak akan pernah menyerah, Ra."Laura menutup matanya, mencoba meredakan kekacauan di dalam dirinya. "Kenapa semua ini harus sekompleks ini?" gumamnya pelan. Di satu sisi, ia merasa bersalah telah membuat Alex terus berharap, tapi di sisi lain, ia tahu bahwa perasaannya sendiri belum benar-benar sembuh dari luka di masa lalu.Ia bangkit perlahan, berjalan menuju balkon kamarnya. Udara malam Bali yang sejuk menyapa wajahnya. Suara debur ombak dari kejauhan terdengar menenangkan, meski hatinya tetap terasa berat."Pernah nggak sih gue benar-benar tahu apa yang g

  • Teror Mantan   Luka dan suka Tasya

    Pov GrettaGretta dan Rafa berjalan santai di tepi pantai, pasir lembut menyentuh kaki mereka. Mereka baru saja membeli beberapa makanan ringan dari penjual yang ada di sepanjang pantai—kacang rebus, jagung bakar, dan es kelapa muda. Gretta memegang gelas es kelapa dengan satu tangan, sementara tangan satunya sibuk menepis Rafa yang terus menggoda."Lo tahu nggak, Gretta, gue beli jagung bakar ini khusus buat lo. Supaya lo bisa ngunyah sambil diem, nggak terus-terusan ngetawain gue," ucap Rafa sambil menyeringai.Gretta tertawa keras, hampir menjatuhkan gelasnya. "Hah! Emang lucu banget lo, ya. Humor lo tuh receh banget, Raf. Tapi gue akui, kadang itu yang bikin gue betah sama lo.""Kadang? Jadi gue cuma lucu 'kadang-kadang'?" Rafa pura-pura cemberut, membuat Gretta tertawa lebih keras.Mereka berhenti sejenak, duduk di atas pasir sambil menikmati angin malam. Gretta menyandarkan kepalanya ke bahu Rafa, sementara Rafa dengan santai melingkarkan lengannya di bahunya."Raf, lo sadar ngg

  • Teror Mantan   Keyakinan Alex

    ...Setelah suasana menjadi lebih cair, mereka semua mulai berbincang lebih santai bersama orang tua Laura. Sinta dan suaminya, Rio, ikut duduk di meja mereka, membuat obrolan semakin hidup.Namun, meski suasana terlihat akrab, Alex sesekali mencuri pandang ke arah Laura. Perasaan yang ia pendam selama bertahun-tahun sejak kepergian Laura tampak jelas di matanya. Gretta, yang duduk di samping Laura, menyadari hal itu tapi memilih untuk tidak berkomentar.Tasya, di sisi lain, merasa tidak nyaman dengan cara Alex memandang Laura. Ia mencoba mengalihkan perhatian Alex dengan memulai obrolan. "Alex, gue denger katanya li mau kuliah di luar negeri?" tanyanya dengan nada ceria.Alex tersenyum kecil, meski jelas terganggu oleh interupsi Tasya. "Iya, tha tapi gue juga gak.tahu, mungkin oindah rencana kuliah di tempat lain," ucapnya sambil melirik ke arah Laura.Tasya tersenyum kaku, menyadari bahwa Alex tidak sepenuhnya memperhatikannya. Ia menggenggam gelasnya lebih erat, mencoba menahan ras

  • Teror Mantan   Pertemuan 2

    Laura muncul dengan langkah tenang, tapi tatapan matanya tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Dress putih sederhana yang dikenakannya berkibar pelan tertiup angin dari luar, membuatnya terlihat seperti bayangan dari masa lalu yang tiba-tiba hadir.Alex menatapnya dengan campuran emosi yang sulit diuraikan. “Laura...” panggilnya pelan, seolah takut suara lebih keras akan membuat momen ini menghilang.Laura menghentikan langkahnya, matanya terarah pada Alex. "Kamu... Alex?" gumamnya, suaranya bergetar.Semua orang terdiam. Gretta menatap Laura dengan raut wajah tak percaya, sementara Tasya mencuri pandang ke arah Alex, mencari reaksi dari pria itu."Kenapa kalian semua di sini?" tanya Laura sambil mendekat, suaranya tenang, meskipun sorot matanya penuh kebingungan.Alex, yang sedari tadi duduk, berdiri begitu Laura tiba di hadapannya. Tanpa berkata apa-apa, ia langsung menarik Laura ke dalam pelukannya, memeluknya dengan erat, seolah

  • Teror Mantan   Pertemuan

    “Kita nginep di Wavecrest Hotel. Gue udah booking dua kamar di sana,” ucap Alex sambil melirik ke arah spion belakang, memastikan semuanya baik-baik saja di kursi penumpang.“Wavecrest Hotel?” tanya Gretta sambil menatap Tasya.“Iya, tempatnya persis di samping kafe Laura,” lanjut Alex dengan nada santai.“Wah, pas banget dong. Jadi nggak perlu ribet kalau mau ketemu Laura,” komentar Rafa sambil melihat peta di layar ponsel.Gretta tersenyum tipis. “Bagus sih, biar kita juga punya waktu buat istirahat sebelum ketemu dia.”Mobil pun terus melaju menuju Canggu, mengikuti suara navigasi yang membimbing mereka."Gue denger, bukannya Laura pergi tanpa pamitan? Kok kalian masih mau jauh-jauh ke sini buat nemuin dia?" tanya Tasya tiba-tiba, suaranya terdengar tajam.Mendengar itu, Gretta langsung menoleh dengan tatapan tak suka. "Maksud lo apa, Tasya?" tanyanya, nadanya jelas menunjukkan ketidaksenangan.Rafa mencoba menenangkan suasana, tapi Gretta sudah melanjutkan, "Gue kenal Laura udah l

  • Teror Mantan   Tamu Tak Di Undang

    Sore telah tiba, suasana bandara mulai dipenuhi hiruk-pikuk orang yang bersiap untuk penerbangan mereka. Alex duduk di salah satu kursi tunggu, wajahnya menampilkan kegelisahan. Penerbangan menuju Bali tinggal 30 menit lagi, namun Rafa dan Grettha, dua sahabatnya yang berjanji menemaninya, belum juga terlihat.Semalam, mereka bertiga berbincang panjang tentang rencana ini. Alex meyakinkan Rafa dan Grettha untuk ikut bersamanya menemui Laura,. Keduanya dengan antusias menyetujui, bahkan menjanjikan akan tepat waktu di bandara. Namun, sekarang janji itu terasa seperti angin lalu.Alex meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Rafa lebih dulu. Nada sambung terdengar, tetapi tak ada jawaban. Ia lalu mencoba menelepon Grettha, namun hasilnya sama—tak diangkat. Ia menghela napas panjang, menatap layar ponselnya sejenak sebelum menyimpan kembali perangkat itu ke dalam sakunya.Beberapa menit berlalu, akhirnya Rafa dan Gretta muncul di pintu masuk dengan koper masing-masing. Alex mendesah lega

  • Teror Mantan   Menemukan Kamu

    Setelah selesai dengan acara perpisahan di sekolahnya, Alex pulang ke rumah dengan langkah gontai. Meski acara berjalan meriah, hatinya tetap terasa hampa."Alex Pulang," teriak Alex dengan suara lesu saat memasuki rumah.Ia melemparkan tasnya ke sofa, lalu duduk di ruang tamu. Kepalanya bersandar ke sandaran sofa, matanya menerawang ke langit-langit. Pikirannya kembali melayang, lagi-lagi ke sosok Laura.Di ruang tamu yang sepi, hanya suara jarum jam yang terdengar. Alex menghela napas berat, mencoba mengusir rasa penat yang mendera hatinya. Namun, semakin ia mencoba melupakan, bayangan Laura justru semakin jelas.“Ra... sebenarnya lo di mana?” gumamnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar.Di ruang tamu itu, Alex duduk lama, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ia tahu ia harus melanjutkan hidup, seperti yang Agatha bilang, tapi rasa kehilangan itu masih terlalu kuat. Hari ini mungkin berhasil ia tutupi dengan senyuman palsu di sekolah,

  • Teror Mantan   Setahun Kemudian

    Setahun telah berlalu, dan kini Alex telah menyelesaikan masa SMA-nya. Hari ini seharusnya menjadi momen yang penuh kebahagiaan, saat dia dan teman-temannya merayakan kelulusan di aula sekolah. Suara riuh canda dan tawa memenuhi ruangan, namun bagi Alex, semuanya terasa hampa.Di sudut aula, Alex duduk sendirian, pandangannya tertuju ke arah panggung di mana teman-temannya sedang berfoto bersama, menyanyikan lagu perpisahan dengan penuh semangat. Tapi Alex hanya bisa terdiam. Kepergian Laura yang tanpa kabar masih menjadi beban berat di hatinya.Setahun ini, ia terus mencoba mencari tahu keberadaan Laura. Media sosial Laura sudah tidak aktif, seolah lenyap begitu saja. Pesan-pesan yang ia kirim ke keluarga Laura pun tak pernah mendapatkan balasan. Meski berita tentang pelecehan yang pernah menimpa Laura sudah lama tenggelam, bayangan gadis itu tetap hidup dalam pikirannya."Kenapa harus seperti ini, Ra?" gumam Alex pelan, lebih kepada dirinya sendiri. "Ken

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status