Setelah kejadian kemarin tentang kaki Laura yang terkilir dan di tambah acara jambak-jambakan sampai teriak-teriakan, kini Laura sudah bisa berjalan meskipun pelan-pelan karena kakinya masih terasa sakit sedikit.Pagi ini Alex duduk di pinggir keranjangnya, perasaan bersalah karena telah membuat kaki Laura terkilir membuat dia terus kepikiran sampai tak bisa tidur.Apalagi tatapan sinis dari Laura membuat Alex bergidik ngeri di tambah Anita yang selalu mengompori.Membuat Alex benar-benar kesal dengan mamanya itu.Belum lagi Dimas yang menyeramahinya panjang lebar ketika sedang makan malam membuat nafsu makan Alex sekitika hilang."Belum jadi apa-apa aja udah bikin Laura celaka, gimana kalau udah jadi istri kamu dia?" ucap Dimas kala itu yang membuat Alex terus kepikiran.Kejam banget!Alex langsung bangkit dari duduknya ketika mendapatkan sebuah ide untuk membuat Laura senang.Ia pun mengambil jaket yang di gantung dan bergegas turun.Lalu pergi menggunakan motor barunya......Kare
Anita yang mendengar teriakan Laura segera berjalan cepat ke arah ruang tamu, ia melihat Laura yang sedang menangis sesegukan."Laura kenapa?" tanya Anita sambil melihat mereka satu persatu.Tapi tak ada yang berani bicara apalagi Alex yang diam seribu bahasa dan enggan untuk melihat Anita."Itu tante ikan Laura mati, di siram air panas oleh Alex," jelas Gretta.Anita langsung melihat ke arah aquarium di mana ikan tersebut mengambang serta keluar uap dari akuarium tersebut, lalu ia melihat ke arah gelas yang tadi mau di buat teh."Oh jadi kamu Alex yang ngambil air mama di dapur," marah Anita."Kamu itu ada aja ulahnya, liat nih Laura sampai nangis gini gara-gara kamu," omel Anita sambil menjewer telinga Alex kuat."Aahh sakit ma, sakit," ringis Alex, alih-alih melepaskan jewerannya Anita malah memutar telinga Alex."Aaaaaw," teriak Alex.Anita melepaskan jewerannya, Alex mengusap telinganya yang sakit serta perih, ia menatap Anita dongkol."Ucul harus di kubur terus malamnya harus ng
Pov AlexAlex menutup pintu dan duduk di kursi depan Dimas."Papa rasa yang ngelakuin ini, orang yang kemarin naruh kotak di depan rumah," ucap Dimas to the point, matanya menatap Alex serius."Dia emang orang yang sama pa," jawab Alex, kertas yang berisi foto dia dan Laura Alex berikan ke Dimas.Dimas mengambil kertas tersebut, matanya tajam, wajahnya memerah.Ini sudah kelewatan, mereka sampai nekat melakukan kejahatan di saat siang seperti ini, untung saja tak ada yang terluka."Siapa yang tau tentang kertas ini?" tanya Dimas."Semuanya, Laura yang nemuin ini," jelas Alex.Membuat wajah Dimas panik, "Mama kamu tau?" tanya Dimas.Alex menganggukan kepalanya, Dimas mendesah mendengar jawaban Alex, mau tidak mau Anita juga harus di beri tau tentang teror ini."Laura juga kayanya udah mulai curiga pa," jelas Alex, mengingat tadi di ruang tamu Laura terus memperhatikannya.BrakPintu terbuka lebar dengan sangar keras, terlihat Laura berdiri di ambang pintu dengan nafas naik turun."Sebe
"Ra, gue boleh masuk," ucap Alex sambil membuka pintu kamar Laura, berjalan masuk dan duduk di samping Laura di atas kasur.Laura yang sedang tiduran sambil bermain ponsel, bangkit dari tidurnya dan duduk lalu menyenderkan tubuhnya ke dinding.Matanya mendelik ke arah Alex yang tengah cengengesan tak jelas, "Sok-sokan minta izin segala, belum juga di izinin udah nyelonong masuk!" ketus Laura."Yah suka-suka gue lah," ucap Alex tengil.Membuat Laura yang sudah kesal semakin kesal dan Plak"Anjir sakit Ra," protes Alex, mengusap Kepalanya yang di pukul oleh Laura."Keluar sana ngapain juga lo di sini?" usir Laura."Gue kangen makanya gue di sini,"Laura terpaku sejenak, sebelum suara kasur berdecit.Laura melihat ke arah Alex yang sudah naik ke kasurnya dan duduk berdempetan dengan Laura."Ih turun gak," Laura mendorong tubuh Alex agar menjauh darinya."Gak mau," tolak Alex.Dengan secepat kilat Alex duduk di pangkuan Laura dengan posisi yang berhadapan.Jantung Laura berdetak cepat, a
"Ra itu leher kamu kenapa merah?" tanya Anita, matanya menyipit menatap dengan seksama seperti tanda, ah gak mungkin!Laura langsung gelagapan, ia menatap Anita was-was, sementara Alex yang sedang mengunyah makanan terdiam sejenak, lalu melihat tanda yang Alex berikan semalam.Alex menelan makanannya susah payah, lalu minum segelas air putih hingga habis tak tersisa menghilangkan rasa was-wasnya."Oh ini," ucap Laura, matanya melihat kemana-mana mencari ide untuk menjawab pertanyaan dari Anita."Ah iya ini di gigit semut," elak Laura."Oh di gigit semut," ucap Anita mangut-mangut.Laura tersenyum kikuk pada Anita, lalu menatap Alex tajam, Alex yang di tatap oleh Laura langsung mengalihkan tatapannya dengan pura-pura mengaduk-ngaduk nasi gorengnya."Laura berangkat dulu yah ma," pamit Laura, sambil menyalimi tangan Laura."Gak bareng sana Alex Ra?" tanya Anita heran.Alex pun sama menatap Laura bertanya-tanya."Gak ma, aku bareng sama Ezra," jawab Laura, lalu berjalan pergi ke luar rum
Pulang sekolah telah tiba, sejak pertengkaran Alex dan Ezra yang tak penting, Laura memilih mendiamkan mereka berdua sampai ketika di kelas Alex terus mencoba berbicara dengan Laura tapi selalu tak ada tanggapan darinya, belum lagi Ezra yang terus menghubunginya lewat telepon dan chat yang membuat Laura kesal dan mematikan ponselnya tersebut.Laura kini sedang berjalan mencari angkutan umum, sejak bubar tadi Laura berlari ke gerbang sekolah sebelum Alex atau Ezra mencarinya dan meminta Laura untuk pulang bersama mereka berdua, dan membuat drama lagi."Laura," panggil seseorang di belakang tubuh Laura sambil menepuk tangannya.Laura lantas berbalik dan tak melihat siapapun tapi saat ia melihat ke bawah, matanya terbelak sempurna."Bianca," ucap Laura kaget sambil menutup mulutnya.Laura terkejut melihat Bianca yang berada di atas kursi roda, ada apa dengan Bianca? padahal terakhir kali melihat Bianca dia masih sehat-sehat saja.Laura tak menyangka bisa bertemu dengan mantan sahabatnya
Sesampainya di halaman rumah, Laura bergegas turun dari motor Alex dan berlari memasuki rumah, terlihat di ruang tamu sudah ada kedua orang tua Laura serta orang tua Alex."Ahhh bunda Laura kangen banget tau," teriak Laura sambil memeluk erat Sinta, yang langsung di balas pelukannya oleh Sinta."Sama bunda juga kangen tau," ucap Sinta lirihSementara Rio, ayah Laura tersenyum melihat mereka berdua."Sama ayah gak kangen?" tanyanya sambil melihat ke arah Sinta dan Laura.Laura melepaskan pelukannya dan langsung berhambur ke dalam pelukan Rio."Kangen banget," teriak Laura.Rio tersenyum senang dan membalas pelukan putrinya yang sudah tak berjumpa selama sebulan ini.Alex yang berdiri di ambang pintu, tersenyum simpul melihat kehangat keluarga Laura, lalu berjalan dan duduk di sebelah Dimas."Kamu jagain Laura dengan baikkan Lex?" tanya Sinta, melihat ke arah Alex."Pasti dong bun, Laura di jagain sama Alex mah, aman-aman aja," ucap Alex menggebu-gebu.Laura yang masih berpelukan dengan
Setelah acara makan dan melepas rindu, Laura tanpa sadar tertidur di sofa ruang tamu, Alex yang melihat itu pun bergegas, membopong dan membawanya ke kamar atas izin dari orang tua Laura."Jadi gimana Laura? tanya Rio serius sambil melihat Anita dan Dimas bergantian."Kami berdua minta maaf, karena telah gagal menjaga Laura," ucap Dimas pelan sambil menundukan kepalanya."Iya Sin, maafkan saya," ucap Anita lirih."Tak perlu minta maaf Anita, kamu dan Dimas tak bersalah, justru saya berterima kasih karena sudah mau menjaga Laura," jawab Sinta lembut sambil tersenyum ke arah Anita dan Dimas."Saya dan Sinta tak menyalahkan kalian berdua, mungkin memang sudah seharusnya seperti itu," ucap Rio maklum.Karena seharusnya yang menjaga Laura, adalah Rio dan Sinta sendiri bukan orang lain."Tapi siapa yang berani meneror Laura sampai seperti ini?" tanya Sinta penasaran."Tunggu Alex, biar dia yang menjelaskan semuanya," seru Dimas.Karena Dimas rasa Alex pun harus ikut andil dalam pembicaraan