Pov AlexAlex menunggu dengan gelisah, ia sekarang berada di kantor polisi bersama Dimas, kotak merah yang tadi Alex bawa sedang di lakukan pengecekan sidik jari.Tak lama Dimas keluar menghampiri Alex dengan raut wajah kecewa."Gimana pa? Hasilnya udah keluar?" tanya Alex tak sabaran."Cuman ada sidik jari kamu sama papa! Kayanya orang itu pake sarung tangan," ucap Dimas lesu."Terus sekarang Gimana pa?" tanya Alex, yang juga di buat bingung oleh masalah ini."Sebenarnya kamu sama Laura punya masalah sama siapa sampai di teror seperti ini?" ucap Dimas yang malah balik bertanya."Gak ada! Seinget Alex, Alex gak pernah buat masalah sama siapapun," ucapnya meskipun ragu."Gak mungkin dong! Orang lain teror kalau kalian gak punya salah?" tuduh Dimas."Kok papa kaya nuduh aku gitu sih," ucap Alex tak terima matanya menatap tajam Dimas."Bukan nuduh Lex tapi....," ucap Dimas menggantung."Udahlah papa juga bingung," desah Dimas.Alex hanya diam tak berniat meladeni ucapan Dimas karena dia
Pov Laura Sekolah terlihat sepi hanya ada Laura yang berdiri di depan gerbang sekolah sambil menunggu angkot yang ia tuju datang tapi sejak 1 jam ia menunggu tak ada satu angkot pun lewat.Padahal sudah pukul 5 sore.Anita sudah memberinya uang pagi tadi untuk jajan dan ongkos pulang sekolah, jadi Laura tak perlu bingung ketika akan pulang.Sejak tadi Laura terus gelisah, karena di sebrang sana di sebuah warung yang sudah tutup di depannya ada sebuah motor, lelaki misterius memakai helm tengah memperhatikan sejak sejam yang lalu.Laura pikir ia tengah melihat ke arah lain, tapi saat helmnya di buka sebentar dan mekainya lagi, lelaki itu memakai masker dan matanya menatap Laura intens, meskipun Laura agak familiar dengan matanya yang tak terhalang apapun! Tapi untuk apa orang tersebut terus memperhatikannya sejak tadi seperti tak ada kerjaan lain saja.Laura memilih berjalan kaki sambil menunggu angkot atau ojeg lewat, tapi saat yang bersamaan motor tersebut mengikuti dari belakang de
Dengan tertatih-tatih Laura berjalan, Anita yang sedang berjalan akan ke kamarnya melihat Alex dan Laura yang datang dengan keadaan basah kuyup segera menghampiri mereka berdua."Kalian kehujanan?" tanya Anita.Padahal jelas-jelas mereka basah kuyup dan di luar hujan deras masih aja di tanya."Tunggu mama ambilin handuk kering buat kalian," ucap Anita, berjalan cepat ke arah kamar.Tak lama Anita keluar dengan dua handuk di tangannya."Ini handuknya," Anita memberikan handuk pada Laura dan Anita yang langsung mereka keringkan rambut mereka."Kenapa kehujanan sih Lex?" tanya Anita pada mereka berdua yang masih mengeringkan rambut."Emang gak neduh dulu? Nanti kalau Laura demam gimana? Kamu ini di suruh jagain Laura gak suka bener jagainnya," ucap Anita yang bertanya terus menerus, membuat Alex jengah."Laura, Laura, Laura! Laura terus Alex gak di tanyain ma," kesalnya dari kemarin Laura terus yang di khawatirin, bukannya Alex tak senang tapi ia seperti anak tiri, selalu Laura yang di u
Pov AlexAlex terus mengusap tanganya yang terasa dingin, dia baru sadar ketika ke luar tak memakai jaket atau celana panjang yang bisa menghangatkan tubuhnya.Apalagi hujan rintii-rimtik membuat dirinya seperti akan mati kedinginan, ia membayangkan Laura yang duduk di ruang tamu sambil menonton film kesukaannya juga beberapa cemilan dan teh hangat, sungguh beruntungnya Laura, sementara Alex yang anaknya sendiri malah di biarkan sendirian kedinginan.Alex menghentikan motornya ketika suda sampai di depan pintu rumah Mbok Doh"Permisi," teriak Alex sambil mengetuk pintu rumah yang bercat putih."Permisi," teriak Alex lagi ketika tak mendapat jawaban pun dari dalam rumah.Tak lama seorang wanita paruh baya ke luar, "Iya cari siapa?" tanya wanita paruh baya tersebut."Cari Mbok Doh nya ada?" "Saya sendiri, kamu siapa?" tanya Mbok Doh memperhatikan penampilan Alex, apa tak kedinginan dia memakai baju sependek itu?"Saya Alex," jawab Alex sambil tersenyum."Oh Alex, anaknya Anita, mau jem
Setelah kejadian kemarin tentang kaki Laura yang terkilir dan di tambah acara jambak-jambakan sampai teriak-teriakan, kini Laura sudah bisa berjalan meskipun pelan-pelan karena kakinya masih terasa sakit sedikit.Pagi ini Alex duduk di pinggir keranjangnya, perasaan bersalah karena telah membuat kaki Laura terkilir membuat dia terus kepikiran sampai tak bisa tidur.Apalagi tatapan sinis dari Laura membuat Alex bergidik ngeri di tambah Anita yang selalu mengompori.Membuat Alex benar-benar kesal dengan mamanya itu.Belum lagi Dimas yang menyeramahinya panjang lebar ketika sedang makan malam membuat nafsu makan Alex sekitika hilang."Belum jadi apa-apa aja udah bikin Laura celaka, gimana kalau udah jadi istri kamu dia?" ucap Dimas kala itu yang membuat Alex terus kepikiran.Kejam banget!Alex langsung bangkit dari duduknya ketika mendapatkan sebuah ide untuk membuat Laura senang.Ia pun mengambil jaket yang di gantung dan bergegas turun.Lalu pergi menggunakan motor barunya......Kare
Anita yang mendengar teriakan Laura segera berjalan cepat ke arah ruang tamu, ia melihat Laura yang sedang menangis sesegukan."Laura kenapa?" tanya Anita sambil melihat mereka satu persatu.Tapi tak ada yang berani bicara apalagi Alex yang diam seribu bahasa dan enggan untuk melihat Anita."Itu tante ikan Laura mati, di siram air panas oleh Alex," jelas Gretta.Anita langsung melihat ke arah aquarium di mana ikan tersebut mengambang serta keluar uap dari akuarium tersebut, lalu ia melihat ke arah gelas yang tadi mau di buat teh."Oh jadi kamu Alex yang ngambil air mama di dapur," marah Anita."Kamu itu ada aja ulahnya, liat nih Laura sampai nangis gini gara-gara kamu," omel Anita sambil menjewer telinga Alex kuat."Aahh sakit ma, sakit," ringis Alex, alih-alih melepaskan jewerannya Anita malah memutar telinga Alex."Aaaaaw," teriak Alex.Anita melepaskan jewerannya, Alex mengusap telinganya yang sakit serta perih, ia menatap Anita dongkol."Ucul harus di kubur terus malamnya harus ng
Pov AlexAlex menutup pintu dan duduk di kursi depan Dimas."Papa rasa yang ngelakuin ini, orang yang kemarin naruh kotak di depan rumah," ucap Dimas to the point, matanya menatap Alex serius."Dia emang orang yang sama pa," jawab Alex, kertas yang berisi foto dia dan Laura Alex berikan ke Dimas.Dimas mengambil kertas tersebut, matanya tajam, wajahnya memerah.Ini sudah kelewatan, mereka sampai nekat melakukan kejahatan di saat siang seperti ini, untung saja tak ada yang terluka."Siapa yang tau tentang kertas ini?" tanya Dimas."Semuanya, Laura yang nemuin ini," jelas Alex.Membuat wajah Dimas panik, "Mama kamu tau?" tanya Dimas.Alex menganggukan kepalanya, Dimas mendesah mendengar jawaban Alex, mau tidak mau Anita juga harus di beri tau tentang teror ini."Laura juga kayanya udah mulai curiga pa," jelas Alex, mengingat tadi di ruang tamu Laura terus memperhatikannya.BrakPintu terbuka lebar dengan sangar keras, terlihat Laura berdiri di ambang pintu dengan nafas naik turun."Sebe
"Ra, gue boleh masuk," ucap Alex sambil membuka pintu kamar Laura, berjalan masuk dan duduk di samping Laura di atas kasur.Laura yang sedang tiduran sambil bermain ponsel, bangkit dari tidurnya dan duduk lalu menyenderkan tubuhnya ke dinding.Matanya mendelik ke arah Alex yang tengah cengengesan tak jelas, "Sok-sokan minta izin segala, belum juga di izinin udah nyelonong masuk!" ketus Laura."Yah suka-suka gue lah," ucap Alex tengil.Membuat Laura yang sudah kesal semakin kesal dan Plak"Anjir sakit Ra," protes Alex, mengusap Kepalanya yang di pukul oleh Laura."Keluar sana ngapain juga lo di sini?" usir Laura."Gue kangen makanya gue di sini,"Laura terpaku sejenak, sebelum suara kasur berdecit.Laura melihat ke arah Alex yang sudah naik ke kasurnya dan duduk berdempetan dengan Laura."Ih turun gak," Laura mendorong tubuh Alex agar menjauh darinya."Gak mau," tolak Alex.Dengan secepat kilat Alex duduk di pangkuan Laura dengan posisi yang berhadapan.Jantung Laura berdetak cepat, a