“Ih bagus itu kolam renangnya kayak di atas pegunungan begitu,” kata Ethan.“Udah fix itu aja ya,” kata Jake, “Ayanaz, taman bunga apa namanya, Emma?”“Celosia,” sahut Emma.“Sama Umbul Sidomukti,” kata Jake.“Kita beneran nggak bayar sepeser pun nih?” tanya Tony.Jake menggeleng. “Nggak,” katanya, “aku seneng tau ngehabisin duit buat bikin orang lain seneng.”Ethan terbahak. “Semoga selalu banyak duit deh kamu. Biar bisa nyenengin kita terus,” katanya.“Yee maunya!” sahut Emma. *** Sarah mengetuk pintu kamar Sabrina perlahan. Setelah ketukannya yang ketiga, akhirnya pintu itu terbuka.“Kenapa kamu melakukan itu sama Emma?” tanya Sarah. Dia lalu duduk di kursi meja rias.Sabrina lantas duduk di ranjangnya. “Aku nggak suka sama dia,” katanya.“Kenapa? Emangnya dia pernah ngelakuin sesuatu yang ngerugiin kamu?” tanya sarah.Sabrina menggeleng. “Karena dia deket sama Jake,” sahutnya.“Jake?” ulang Sar
Sofia lalu masuk ke dalam kamar Tony dan menaruh nampannya di atas nakas. Dia lalu berbalik dan berajalan mendekati Tony yang berdiri di tengah ruangan.“Semangat ngerjain tugasnya ya!” katanya sambil menepuk pundak Tony.Tapi sebelum Sofia berjalan keluar, Tony menahan wanita itu. “Bu, aku ingin bicara,” katanya.“Bicara apa?” tanya Sofia.“Duduk sebentar,” kata Tony.Sofia menurut. Dia lalu duduk di kursi meja belajar.“Menurut Ibu kalo aku suka sama Emma itu normal nggak sih?” tanya Tony, ragu-ragu.Sofia tersenyum lebar. “Ya normal dong, memangnya kenapa?” tanyanya.“Masalahnya, Jake juga suka sama Emma,” kata Tony, “aku nggak mau Jake jadian sama Emma. Tapi, aku juga nggak berani bilang ke Emma kalo aku suka dia.”“Nggak beraninya kenapa?” tanya Sofia.“Karena aku takut Emma nolak aku. Terus habis itu dia jadi canggung sama aku dan pertemanan kita nantinya pasti nggak akan sama lagi,” jawab Tony.Sofia tersenyum. “Kayaknya Emma bukan tipe anak yang kayak gitu, Ton. Kalaupun dia n
Emma tidak tahu apakah yang dibicarakan Tony itu benar atau salah. Tapi seharusnya laki-laki itu tak perlu mengucapkan perkataan yang menyinggung hati Jake. Selama ini, Emma sudah senang dengan bergabungnya Jake dan Ethan menjadi temannya. Kalau mereka berdua menjauh, nanti dia akan kesepian lagi.“Seharusnya kamu nggak perlu bilang kayak tadi di hadapan Jake, Tony,” kata Emma.“Aku nggak sengaja,” kata Tony, “tapi klau dipikir-pikir, apa yang aku omongin nggak ada salahnya kan?”Emma mengangkat bahu. “Kita nggak pernah tau apa motivasi pasti di balik semua perbuatan Sabrina. Tapi kalaupun dia memang menyerangku karena aku dekat sama Jake, tetap bukan Jake yang salah. Menurutku Sabrinanya saja yang negatif,” katanya.“Perbuatannya menyerang seseorang hanya karena dia tidak suka orang itu berteman dekat dengan orang yang dia sukai adalah sesuatu yang buruk. Siapa pun bisa berteman denganku dan nggak ada yang berhak melarang,” kata Emma lagi.Tony menghembuskan napas panjang. “Aku minta
Rombongan Tony cs memutuskan untu istirahat makan siang dulu sebelum melanjutkan ke lokasi wisata ketiga. Mereka makan di sebuah restoran yang lokasinya tak jauh dari museum kereta. Karena kondisi restoran yang cukup ramai, mereka sepakat dua orang memesan dan dua orang yang lain memilih tempat duduk.“Gimana? Kamu nggak ada rencana buat nembak Emma sekarang?” tanya Ethan setelah duduk.Jake menghembuskan napas. “Kenapa sih sainganku harus Tony?” katanya.Ethan terbahak. “Menurut kamu, cinta itu apa sih?” katanya usai tawanya reda.“Perasaan menyayangi dan disayangi seseorang dan saling memiliki,” sahut Jake.“Kalo nggak memiliki berarti nggak boleh cinta?” tanya Ethan.“Nggak juga sih,” katanya, “emang menurut kamu cinta itu apa?”“Cinta itu perasaan bahagia dan suka ketika ngelihat cewek,” jawab Ethan.“Berarti nggak apa-apa kalo nggak bisa memiliki juga?” tanya Jake.Ethan mengangguk. “Perasaan seseorang kan nggak bisa kita paksain, Jake.”“Lagi ngobrolin apaan sih serius banget?’
Tony banyak mengabadikan foto bangunan itu selama dia berjalan. Beberapa kali dia juga memotret Emma dan dua temannya yang lain. Sesekali, dia minta gantian difoto. Semuanya berjalan lancar sesuai rencana. Mereka berempat tampak menikmati kunjungan.Keanehan baru terjadi saat mereka naik di lantai paling atas yang dekat dengan genteng dan suhu udaranya sedikit pengap. Saat mau diajak berfoto, Emma tidak menyahut. Gadis itu malah menghempaskan tangan Tony. Dalam hitungan detik, gadis itu lalu berteriak-teriak dan matanya melotot.Beberapa orang yang ada di sana tertu saja panik semua. Mereka berlari meninggalkan atap sambil berkata, “ada yang kesurupan,” pelan.Sebelum semuanya semakin parah, Tony dan dua orang yang lain berusaha mengendalikan Emma. Mereka memegangi tangan Emma agar gadis itu tidak berontak. Tapi tenaga mereka tak cukup kuat. Emma terus meronta, matanya melotot dan sesekali dia tertawa melengking.Dalam beberapa menit, reaksi Emma berubah. Dia seperti menjadi anak keci
Meski Emma mengalami kejadian yang tak mengenakkan selama berwisata, Namun Dia dan ketiga temannya sepakat untuk tidak memberi tahu Robin dan Lily. Mereka tak ada yang mau orang tua Emma berpikir yang aneh-aneh selama Emma tidak ada di rumah.“Kalau kamu mau cerita sama orang tua kamu, entar aja kalo udah nyampe di rumah, Emma,” kata Tony saat di pesawat.Emma mengangguk.Setelah berpisah di bandara, mereka akhirnya menuju rumah masing-masing. Tony memesan taksi online yang sama dengan Emma karena rumah mereka searah. Sementara Ethan dengan Jake.“Kamu mau beli kucing kapan?” tanya Ethan saat keduanya sudah berada di dalam taksi.Jake mengerutkan kening. “Nah itu dia yang aku nggak tahu,” katanya, “coba ku browsing ya,” katanya.Jake lalu mengetik di mesin pencarian online dengan kata kunci ‘jual kucing’. Rupanya ada banyak orang di sekitar tempat tinggalnya yang menjual kucing. Bahkan beberapa ada yang menyerahkan dengan cuma-cuma untuk diadopsi.“Gimana? Nemu nggak?” tanya Ethan.“N
Dada Sabrina panas saat melihat Tony cs lewat di dekat taman. Keinginannya untuk mendekati Emma dan menjambak gadis itu sangat besar. Namun, saat mau berdiri, dia malah ditahan Desy.“Mau ke mana kamu?” tanya Desy.“Nyamperin Emma lah. Ngapain lagi?” tanyanya.“Mau kamu apain?” tanya Desy.“Aku jambak!” sahut Sabrina.“Belum juga sebulan kamu berkomitmen buat menjaga sikap demi bisa masuk sirkel mereka dan bisa dekat terus dengan Jake,” kata Desy. ‘Sabrina menghembuskan napas panjang. “Sumpah ya, aku tuh gemes banget tahu nggak sama Emma,” katanya.“Ya terus? Bukan berarti itu bisa buat kamu ngehancurin image baik kamu yang sudah kamu bangun di depan Jake dong,” Kata Desy.“Iya, Sabrina. Sabar dikit kenapa sih?” sahut Anne.Sabrina lalu mencoba berdiri lagi. Namun sebelum dia berjalan, Desy berhasil menahan langkahnya lagi.“Mau ke mana?” Tanya Desy.“Mau nyamperin ke kelas Emma dan Tony,” sahut Sabrina, “tenang aja, aku ngak akan bikin onar kok. Aku mau nguping aja pembicaraan mere
Lily memandangi kandang kucing yang ada di dekat pintu dapur. Binatangitu lucu, tapi dia kurang setuju kalau Emma dibiarkan dekat dengan binatang itu tanpa pengawasan. Bagaimana ya caranya agar Emma jauh dari binatang itu? Apa diberikan kepada tetangga saja. Tapi bagaimana kalau Emma marah?“Kamu ngapain, Sayang?”Lily berbalik ketik mendengar suara Robin itu. Dia lalu tersenyum tipis. “Aku kok nggak sreg ya Emma dikasih kucing sama Jake,” katanya.“Bagus dong, itu artinya Jake perhatian sama Emma. Dia tahu apa binatang kesukaan Emma,” kata Robin.Lily lalu berjalan mendekati suaminya. Mereka berjalan menuju ruang tengah.“Tapi itu kan dulu sebelum Emma begini?” kata Lily.“Ya tapi kedaan dia nggak mengubah fakta kalau dia suka sama kucing kan? Lagian binatang itu bisa jadi hiburan buat Emma kalau dia lagi suntuk karena banyak tugas,” kata Robin.Lily menghembuskan napas kasar. “Masak kamu lupa sih kalau dulu Emma pernah mencelakai kucing pas diajak Tony ke taman?” tanya Lily.Robin m