Setibanya di rumah, Jake lalu mengunggah video yang dia rekam. Dia tersenyum puas saat video itu mendapat beberapa komentar hanya dalm waktu kurang dari lima menit. Kebanyakan yang berkomentar di situ adalah orang-orang yang muak dengan kelakuan Sabrina. Bnayak yang bilang kalau itu adalah pemandangan langka. Ada yang bilang bahwa Sabrina cukup pantas juga menjadi ART. bahkan ada yang meminta Jake lebih sering mengunggah video semacam itu karena itu sangat menghibur. ***Tony memikirkan apa yang dia bicarakan dengan Emma tadi di kampus. Ya, tentang pembalasan pada Sabrina. Dia tak akan melakukan pembalasan yang fatal. Tapi kalau dia berani menyerang balik, setidaknya gadis itu akan berpikir dua kali untuk menyerang Emma lagi. Merasa tak punya ide, Tony lalu memutuskan untuk berdikusi dengan Jake dan Ethan di grup chat. Anthony:Guys, aku kok pengen bales perbuatan Sabrina ya sekali-kali.Balasan dari Jake masuk kurang dari satu menit. Jake:Emang kamu punya rencana apa? Bukannya d
Dari kejauhan, Tony cs melihat Salim memberikan kotak kado kepada Sabrina. Tepat setelah kado berpindah tangan, Salim buru-buru pergi. Dalam hitungan detik, kado di tangan Sabrina terbuka karena Jake memang tak menutup rapat kotak kado itu dengan lem atau sejenisnya. Tepat setelah kotak itu terbuka, Sabrina menjerit keras-keras lalu menjatuhkan kotaknya.Melihat itu, tentu saja Tony cs terbahak. Mereka tertawa puas sampai memegangi perut karena sakit. Setelah puas mentertawakan Sabrina, mereka bertiga bertos-tosan.***Setibanya di rumah, Sabrina uring-uringan. Setelah masuk kamar, dia melemparkan sepatunya ke sembarang arah.“Siapa sih yang berani-berani ngerjain aku?! Kurang ajar banget!” kata Sabrina. Dia lalu duduk di tepi ranjang.“Terlepas dari tikus yang ditaro di kotaknya, tapi bandanya bagus kok,” kata Anne. Dia memperhatikan bandana yang ada hiasan mutiara dan pita-pitanya itu.Sabrina melihat bandana yang ada di tangan Anne. Dia lalu menghembuskan napas kasar. “Yaelah, band
“Ih bagus itu kolam renangnya kayak di atas pegunungan begitu,” kata Ethan.“Udah fix itu aja ya,” kata Jake, “Ayanaz, taman bunga apa namanya, Emma?”“Celosia,” sahut Emma.“Sama Umbul Sidomukti,” kata Jake.“Kita beneran nggak bayar sepeser pun nih?” tanya Tony.Jake menggeleng. “Nggak,” katanya, “aku seneng tau ngehabisin duit buat bikin orang lain seneng.”Ethan terbahak. “Semoga selalu banyak duit deh kamu. Biar bisa nyenengin kita terus,” katanya.“Yee maunya!” sahut Emma. *** Sarah mengetuk pintu kamar Sabrina perlahan. Setelah ketukannya yang ketiga, akhirnya pintu itu terbuka.“Kenapa kamu melakukan itu sama Emma?” tanya Sarah. Dia lalu duduk di kursi meja rias.Sabrina lantas duduk di ranjangnya. “Aku nggak suka sama dia,” katanya.“Kenapa? Emangnya dia pernah ngelakuin sesuatu yang ngerugiin kamu?” tanya sarah.Sabrina menggeleng. “Karena dia deket sama Jake,” sahutnya.“Jake?” ulang Sar
Sofia lalu masuk ke dalam kamar Tony dan menaruh nampannya di atas nakas. Dia lalu berbalik dan berajalan mendekati Tony yang berdiri di tengah ruangan.“Semangat ngerjain tugasnya ya!” katanya sambil menepuk pundak Tony.Tapi sebelum Sofia berjalan keluar, Tony menahan wanita itu. “Bu, aku ingin bicara,” katanya.“Bicara apa?” tanya Sofia.“Duduk sebentar,” kata Tony.Sofia menurut. Dia lalu duduk di kursi meja belajar.“Menurut Ibu kalo aku suka sama Emma itu normal nggak sih?” tanya Tony, ragu-ragu.Sofia tersenyum lebar. “Ya normal dong, memangnya kenapa?” tanyanya.“Masalahnya, Jake juga suka sama Emma,” kata Tony, “aku nggak mau Jake jadian sama Emma. Tapi, aku juga nggak berani bilang ke Emma kalo aku suka dia.”“Nggak beraninya kenapa?” tanya Sofia.“Karena aku takut Emma nolak aku. Terus habis itu dia jadi canggung sama aku dan pertemanan kita nantinya pasti nggak akan sama lagi,” jawab Tony.Sofia tersenyum. “Kayaknya Emma bukan tipe anak yang kayak gitu, Ton. Kalaupun dia n
Emma tidak tahu apakah yang dibicarakan Tony itu benar atau salah. Tapi seharusnya laki-laki itu tak perlu mengucapkan perkataan yang menyinggung hati Jake. Selama ini, Emma sudah senang dengan bergabungnya Jake dan Ethan menjadi temannya. Kalau mereka berdua menjauh, nanti dia akan kesepian lagi.“Seharusnya kamu nggak perlu bilang kayak tadi di hadapan Jake, Tony,” kata Emma.“Aku nggak sengaja,” kata Tony, “tapi klau dipikir-pikir, apa yang aku omongin nggak ada salahnya kan?”Emma mengangkat bahu. “Kita nggak pernah tau apa motivasi pasti di balik semua perbuatan Sabrina. Tapi kalaupun dia memang menyerangku karena aku dekat sama Jake, tetap bukan Jake yang salah. Menurutku Sabrinanya saja yang negatif,” katanya.“Perbuatannya menyerang seseorang hanya karena dia tidak suka orang itu berteman dekat dengan orang yang dia sukai adalah sesuatu yang buruk. Siapa pun bisa berteman denganku dan nggak ada yang berhak melarang,” kata Emma lagi.Tony menghembuskan napas panjang. “Aku minta
Rombongan Tony cs memutuskan untu istirahat makan siang dulu sebelum melanjutkan ke lokasi wisata ketiga. Mereka makan di sebuah restoran yang lokasinya tak jauh dari museum kereta. Karena kondisi restoran yang cukup ramai, mereka sepakat dua orang memesan dan dua orang yang lain memilih tempat duduk.“Gimana? Kamu nggak ada rencana buat nembak Emma sekarang?” tanya Ethan setelah duduk.Jake menghembuskan napas. “Kenapa sih sainganku harus Tony?” katanya.Ethan terbahak. “Menurut kamu, cinta itu apa sih?” katanya usai tawanya reda.“Perasaan menyayangi dan disayangi seseorang dan saling memiliki,” sahut Jake.“Kalo nggak memiliki berarti nggak boleh cinta?” tanya Ethan.“Nggak juga sih,” katanya, “emang menurut kamu cinta itu apa?”“Cinta itu perasaan bahagia dan suka ketika ngelihat cewek,” jawab Ethan.“Berarti nggak apa-apa kalo nggak bisa memiliki juga?” tanya Jake.Ethan mengangguk. “Perasaan seseorang kan nggak bisa kita paksain, Jake.”“Lagi ngobrolin apaan sih serius banget?’
Tony banyak mengabadikan foto bangunan itu selama dia berjalan. Beberapa kali dia juga memotret Emma dan dua temannya yang lain. Sesekali, dia minta gantian difoto. Semuanya berjalan lancar sesuai rencana. Mereka berempat tampak menikmati kunjungan.Keanehan baru terjadi saat mereka naik di lantai paling atas yang dekat dengan genteng dan suhu udaranya sedikit pengap. Saat mau diajak berfoto, Emma tidak menyahut. Gadis itu malah menghempaskan tangan Tony. Dalam hitungan detik, gadis itu lalu berteriak-teriak dan matanya melotot.Beberapa orang yang ada di sana tertu saja panik semua. Mereka berlari meninggalkan atap sambil berkata, “ada yang kesurupan,” pelan.Sebelum semuanya semakin parah, Tony dan dua orang yang lain berusaha mengendalikan Emma. Mereka memegangi tangan Emma agar gadis itu tidak berontak. Tapi tenaga mereka tak cukup kuat. Emma terus meronta, matanya melotot dan sesekali dia tertawa melengking.Dalam beberapa menit, reaksi Emma berubah. Dia seperti menjadi anak keci
Meski Emma mengalami kejadian yang tak mengenakkan selama berwisata, Namun Dia dan ketiga temannya sepakat untuk tidak memberi tahu Robin dan Lily. Mereka tak ada yang mau orang tua Emma berpikir yang aneh-aneh selama Emma tidak ada di rumah.“Kalau kamu mau cerita sama orang tua kamu, entar aja kalo udah nyampe di rumah, Emma,” kata Tony saat di pesawat.Emma mengangguk.Setelah berpisah di bandara, mereka akhirnya menuju rumah masing-masing. Tony memesan taksi online yang sama dengan Emma karena rumah mereka searah. Sementara Ethan dengan Jake.“Kamu mau beli kucing kapan?” tanya Ethan saat keduanya sudah berada di dalam taksi.Jake mengerutkan kening. “Nah itu dia yang aku nggak tahu,” katanya, “coba ku browsing ya,” katanya.Jake lalu mengetik di mesin pencarian online dengan kata kunci ‘jual kucing’. Rupanya ada banyak orang di sekitar tempat tinggalnya yang menjual kucing. Bahkan beberapa ada yang menyerahkan dengan cuma-cuma untuk diadopsi.“Gimana? Nemu nggak?” tanya Ethan.“N