Pagi hari berikutnya setelah mengantar putera kembarnya ke sekolah, Laura berangkat ke kampus seperti biasanya. Namun, ada yang berbeda di kampus. Banyak yang berbisik-bisik menunjuk ke dirinya dan tatapan tajam penasaran dari orang-orang yang berpapasan dengan dirinya di kampus. Akhirnya setelah melihat apa yang menjadi pusat perhatian di papan pengumuman lobi laboratorium Makroanatomi yang juga tempat menuju lift gedung utama kampus FKH UGM. Hati Laura mendadak dingin membeku. Telapak tangannya menutupi mulutnya yang terperangah terkejut kertas print screenshot percakapan mesranya dengan Reynold dan foto keluarga kecilnya terpajang di papan whiteboard. Mahasiswa segala angkatan melihat kertas itu dengan berdesakan di situ.Tiba-tiba Laura merasa pandangannya gelap dan tubuhnya lemas, dia tak sadarkan diri dan hampir mencium lantai kalau tidak ditangkap sepasang lengan kekar yang sangat ia kenal.Lengan yang kokoh itu menggendongnya menuju ke kantornya tanpa memedulikan bisik-bisik
"LAURA!" seru James panik ketika mata istrinya terpejam sekali lagi dengan tubuh yang terkulai lemas di pelukannya.Dengan segera James menggendong tubuh istrinya menuju ke parkiran mobilnya. Dia ingin membawa Laura ke rumah sakit karena sudah dua kali pingsan pagi ini. Entah apa penyebabnya, tetapi ada banyak hal yang membuat Laura kelelahan. James merasa bersalah karenanya.Mobil Fortuner putih itu melaju meninggalkan kampus FKH UGM menuju ke Rumah Sakit Panti Rapih. Sambil menyetir mobilnya, James menjaga Laura yang masih pingsan terbaring di kursi penumpang sebelahnya. Tadi dia memang menurunkan sandaran kursi agar tubuh Laura tidak merosot ke samping dan mengikatnya dengan sabuk pengaman.Sesampainya di depan lobi IGD, James menarik hand rem mobilnya dan bergegas menggendong Laura masuk ke IGD."Suster, tolong istri saya pingsan sudah dua kali pagi ini!" seru James di meja pendaftaran pasien IGD."Mari dibaringkan di bilik 2, Pak. Segera saya panggilkan dokter jaga," ujar Suster
Cuaca kota Yogyakarta sore itu hujan gerimis, rintik air hujan mengetuk-ngetuk kaca jendela di Intercontinental Residence. Sementara James menyeduh teh di dapur untuk Laura dan dirinya, satu mug berdua. Laura sedang bergelung di sofa depan TV, kebetulan sekali di stasiun TV channel berlangganan dia menemukan film Oppa favoritnya, Park Seo Joon. Cukup menghibur hatinya yang sedang mendung gelap seperti cuaca buruk sore itu."Honey, teh hangatnya ...," ujar James sembari menyerahkan mug berisi teh manis ke tangan Laura. "Thank you, Baby Boy. Mmm ... manis tehnya seperti senyummu," ucap Laura menggombali suaminya.James mencubit pipi Laura yang merona dengan gemas lalu ia melihat acara yang sedang ditonton oleh istri tercintanya, dia pun berdecak, "Tsskk ... muka Oppa mu itu plagiat banget sama wajah gantengku! Matiin ya TV nya?""Eeehhh ... jangan!" sergah Laura cepat-cepat merebut remote dari tangan suaminya. Teh di mug yang dipegang Laura nyaris tumpah dan langsung digenggam oleh
Setelah mematikan keran air bathtub, James mengangkat tubuh polos Laura ke atas wastafel sebelum mandi. Dia mencumbunya perlahan dan hati-hati. Bibir James menyusuri leher hingga turun ke sepasang bulatan molek di dada istrinya, ia menyapukan lidahnya di ujung yang berwarna merah muda kecoklatan yang mengeras karena gairah itu."Kau kreatif sekali, Baby Boy ...," ucap Laura.Dia terkikik menanggapi kemesraan suaminya itu, pemuda itu sekalipun posisi bercintanya aneh-aneh tetapi selalu lembut dan membuat angannya melayang jauh."Apa boleh mengajak juniorku bermain ke rumahmu, Honey?" goda James dengan senyum manis di wajah tampannya sambil membelai tubuh bagian bawah Laura yang mulai basah."Yes ...," desah Laura menginginkan James menuntaskan apa yang telah mereka mulai.Dengan lembut James melebarkan paha Laura di atas meja wastafel lalu mengangkat betis halus istrinya untuk melingkari pinggangnya. Dia meleburkan miliknya yang siap berpacu ke dalam tubuh Laura. "Aarrhh!" pekik kecil
Pagi itu berbeda dari biasanya, hanya ada James dan Laura di atas ranjang. Reynold tinggal di Jasmine Park bersama Jacob dan Joshua sejak kemarin."Kamu nggak olahraga pagi, James?" tanya Laura karena sudah jam 5 pagi dan suaminya itu selalu berolahraga rutin hingga tubuhnya begitu kekar seperti 'Hulk' kata Jacob, puteranya.James menarik tubuh polos Laura di balik selimut hingga menempel ke tubuhnya. Dia memagut bibir Laura lalu turun ke lehernya hingga ke dadanya, bermain-main di pusar Laura lalu turun lagi ke lipatan lembut di antara pangkal paha istrinya."Aaaww, James! Kamu nakal sekali pagi-pagi sih ... aahh!" protes Laura, tapi tetap saja mendesah.Suaminya tenggelam di balik selimut menggodanya hingga Laura bergerak-gerak liar karena kegelian. "Jamesss ... stop, Baby Boy!" Kepala James kembali menyembul dari balik selimut hingga berhadapan dengan wajah Laura. Dia tersenyum bandel menindih tubuh istrinya. "Mengajakmu berolahraga sepertinya ide bagus, Laura. Bagaimana, apa kamu
Dengan langkah yakin, Laura berjalan melewati koridor Lab. Patologi Klinik yang mengarah ke bagian akademik FKH UGM. Dia merasa sedikit sedih karena mungkin segalanya akan berakhir dengan buruk baginya terkait skandal poliandri dirinya dengan dua dosen muda yang ganteng itu.'Apa aku harus mengakhiri hubungannya dengan Reynold?' tanyanya dalam hatinya sendiri bimbang."TOK TOK TOK." Laura mengetuk pintu ruangan akademik.Dokter Andika Kameswara membukakan pintu itu untuk Laura. "Silakan masuk, Prof. Laura. Sudah ditunggu oleh Prof. Juniarso dan Prof. Dewinta di dalam," sambutnya lalu menutup pintu itu kembali di belakang Laura.Situasinya nampak begitu serius, pikir Laura. Kedua profesor itu mengurusi kode etik dosen di kampus FKH UGM, setahunya. Mereka sudah senior dan berwatak sangat keras. Laura duduk dengan sopan di sofa bersebrangan dengan kedua profesor senior itu.Prof Juniarso mulai berbicara dengan suaranya yang memang terkenal selalu membuat mahasiswa di zaman Laura kuliah d
Kabar bahwa Laura mendapar skorsing dari kampus telah sampai ke telinga Reynold juga. Konsentrasi kerjanya buyar, tetapi dia harus memberikan bimbingan skripsi siang jelang sore ini untuk mahasiswa yang melakukan penelitian di Lab. Parasitologi."Baik, sepertinya semua yang kita bahas tadi harus direvisi penulisannya dulu ya, Anwar," ujar Reynold sembari mengembalikan berkas skripsi Anwar."Siap, Dok. Oya, selamat untuk pelantikan Dokter Reynold menjadi profesor minggu depan. Keren, Dok!" puji Anwar seraya mengulurkan tangan kanannya yang dijabat erat oleh Reynold."Wah, kabarnya sudah nyebar di kampus ya, An? Thanks," jawab Reynold tersenyum ramah.Awal bulan depan memang sudah sisa 7 hari lagi. Rasanya sedih dan miris ketika dia berusaha menyamakan posisi dengan istrinya dan James, justru Profesor Laura yang selalu menjadi inspirasinya mendapat skorsing dari pihak kampus FKH UGM.Rasanya dia sangat kesal kepada Joel, pemuda itu sangat tidak elegan. Sekalipun dia dulu juga mengejar-n
Hari-hari setelah Laura resmi menerima skorsing terasa janggal. Ada orang suruhan tim kode etik Veteriner yang mengawasi gerak-gerik Laura dan James serta Reynold. Mereka bertiga pun mengetahui hal itu dan menjadi lebih waspada. Terutama Reynold, dia benar-benar harus menjauhi Laura untuk sementara waktu.Hubungan Laura dan Reynold lebih mirip LDR karena hanya melalui ponsel saja. Sedikit banyak itu justru membuat James senang karena dia memiliki lebih banyak kesempatan berdua saja dengan istrinya.Namun, kedua putera kembar mereka merasa kehilangan sosok Papa Rey yang begitu dekat dengan mereka berdua."Dad, kenapa Papa Rey harus tinggal sendirian di Jasmine Park? Mommy sudah berhenti ke kampus juga. Aku tak mengerti!" protes Jacob sambil duduk bersedekap di sofa dengan muka mencebik.James menggaruk-garuk kepalanya melihat tingkah merajuk puteranya itu. Dia duduk di samping Jacob lalu merangkul bahunya dan menatap wajah puteranya itu."Masalahnya tidak sesederhana itu, Jake. Kuharap