Hari-hari setelah Laura resmi menerima skorsing terasa janggal. Ada orang suruhan tim kode etik Veteriner yang mengawasi gerak-gerik Laura dan James serta Reynold. Mereka bertiga pun mengetahui hal itu dan menjadi lebih waspada. Terutama Reynold, dia benar-benar harus menjauhi Laura untuk sementara waktu.Hubungan Laura dan Reynold lebih mirip LDR karena hanya melalui ponsel saja. Sedikit banyak itu justru membuat James senang karena dia memiliki lebih banyak kesempatan berdua saja dengan istrinya.Namun, kedua putera kembar mereka merasa kehilangan sosok Papa Rey yang begitu dekat dengan mereka berdua."Dad, kenapa Papa Rey harus tinggal sendirian di Jasmine Park? Mommy sudah berhenti ke kampus juga. Aku tak mengerti!" protes Jacob sambil duduk bersedekap di sofa dengan muka mencebik.James menggaruk-garuk kepalanya melihat tingkah merajuk puteranya itu. Dia duduk di samping Jacob lalu merangkul bahunya dan menatap wajah puteranya itu."Masalahnya tidak sesederhana itu, Jake. Kuharap
Dengan berlarian koridor menuju IGD Rumah Sakit Panti Rapih jelang tengah malam, James menggendong tubuh Laura. Sementara Reynold langsung mencari tempat parkir mobilnya lalu membantu James memarkirkan mobil Fortuner putihnya juga.James membaringkan Laura ke bed pasien bilik 2 IGD. Istrinya perlahan membuka matanya sekalipun masih lemas menatap dirinya. "Tenanglah, Sayang. Kamu aman bersamaku, kita di IGD rumah sakit," ujarnya.Malam itu shift jaga Dokter Jonathan lagi, dia menghela napas karena mengetahui pasiennya Laura lagi. Wanita itu terlalu sering menjadi pasiennya di IGD. Sedikit miris karena kasusnya pun didominasi karena pelecehan seksual. Wanita yang mungkin terlalu cantik hingga menjadi bumerang bagi kehidupan pribadinya sendiri, sesal Dokter Jonathan dalam hatinya."Kondisi istri Anda hanya syok ringan dan lebih karena efek bius inhalasi lokal semacam Chloroform. Pak James, saya bisa buatkan catatan pemeriksaan juga bila diperlukan mengenai sexual assault terhadap istri A
Perjalanan kereta api senja itu melewati kota-kota di Jawa Tengah. Solo, Ngawi, Ngajuk, Jombang, dan nantinya akan berakhir di Malang.Selama dalam perjalanan kereta, Laura lebih sering berbincang dengan Reynold atau melihat pemandangan yang mereka lewati dari jendela kereta api. Pemuda itu sudah seperti sahabat karibnya seumur hidup. Pembawaan Reynold selalu santai dan perhatian kepada kaum wanita, itu yang membuat Laura nyaman berbicara dengannya. Tatapannya selalu lembut, kata-katanya tertata dengan baik diselingi panggilan sayang yang menghangatkan perasaan. Si ekstrovert yang dulunya agresif mengejarnya kini telah berubah menjadi pria memesona yang jauh lebih tenang berkharisma."Laura, kita makan malam dulu ya di kereta? Ini sudah pukul 19.30 dan belum ada separuh perjalanan sampai ke Malang," ujar Reynold sembari memanggil pramugari kereta api."Ya, aku pun sudah mulai lapar, Rey," sahut Laura mengambil buku menu di balik kursi di depannya.Pramugari itu mendekati bangku merek
Suasana hotel yang tenang dan berhawa sejuk di kota Malang membuat Laura terlelap begitu lama. Dia tidak menyadari bahwa hari sudah siang. Reynold juga tidak berniat membangunkan istrinya sekalipun dia sudah mandi dan juga sarapan tadi di restoran Hotel Purnama.Saat perutnya mulai terasa lapar akhirnya wanita itu terbangun. "Hoamph ... Rey, jam berapa ini? Apa kamu sudah mandi? Wangi sekali ...," ucap Laura sembari duduk bersandar di kepala ranjang bersebelahan dengan Reynold yang sedang membaca buku jurnal Vet Science North America edisi bulan ini."Selamat pagi, Sayang. Maaf, aku membiarkanmu tertidur. Apa kau lapar? Akan kupesankan room service untuk sarapanmu ya, mau apa menunya?" balas Reynold menaruh buku jurnalnya dan menyerahkan buku panduan room service Hotel Purnama ke tangan Laura.Laura pun segera menerimanya dan membuka buku itu. "Rey, aku mau Nasi Soto Lamongan dan sate telur puyuh untuk tambahan lauknya 1 porsi, minumnya jus jambu biji," pesan Laura dengan cepat yang s
Siang itu James menghadap ke komite kode etik Veteriner. Memang dia yang meminta janji temu dengan para sesepuh dosen yang menjadi penegak kode etik di kampus itu. Kali ini Prof. Siti Isrina yang menjadi dekan FKH UGM juga hadir di ruangan itu. James membawa hasil visum dari Dokter Jonathan dan juga 4 saksi, koleganya yang menjadi dosen pembimbing study tour kemarin serta dua anak bimbingan skripsinya yang kebetulan menjadi peserta sekaligus panitia acara study tour."Selamat siang, Profesor James. Silakan mengutarakan maksud menemui kami di sini," sapa Prof. Isrina to the point karena dia memang sibuk.James pun menjawab dengan tenang sekalipun suasananya tegang. "Selamat siang, semuanya. Saya di sini ingin meluruskan masalah yang terjadi antara Profesor Laura, istri saya dan Joel, mahasiswanya. Ini adalah hasil visum 2 malam yang lalu saat kejadian terjadi, berikut dengan rekaman CCTV supermarket tempat kejadian perkara. Jadi istri saya sedang berbelanja dan diculik serta dibius ol
"TOK TOK TOK.""Masuk," sahut James yang sedang membaca jadwal kuliah semester ganjil yang akan dimulai minggu depan.Lama-kelamaan James sudah kebal dengan kelakuan ganjen koleganya di Lab. Mikrobiologi itu. Dia hanya menanggapi dengan santai segala pendekatan Dokter Siska kepadanya."Prof. James, lukanya saya obati ya?" ucap Dokter Siska sembari meletakkan kotak obat P3K miliknya di meja James menutupi kertas yang sedang dibaca oleh pria itu dengan sengaja agar perhatian James teralih kepadanya.Dan benar saja ... sembari menghela napas panjang pria tampan itu mengalihkan tatapannya dari meja kerjanya ke wajah Dokter Siska. "Ehm ... sebenarnya nggak perlu repot-repot, Dokter Siska. Nanti saya obati sepulang dari kampus sendiri saja," jawab James dengan nada malas.Namun, gadis itu tidak menyerah begitu saja. Dia mrngeluarkan kapas dan alkohol dari kotak P3K itu. "Udah, jangan ngeyel, Prof daripada nanti infeksi. Eman-eman lho wajahnya yang ganteng itu kalau ada bekas lukanya!" desa
Pertanyaan Dokter Siska membuat James merasa sedikit tergelitik. Menduakan Laura? Itu hal yang tak pernah terpikirkan olehnya."James, apa kamu tertarik untuk selingkuh?" pancing Dokter Siska menatap wajah pria tampan itu dengan intens.Tawa satir meluncur dari bibir James yang merah muda itu. Dia lalu meneguk minumannya setelah selesai makan steak yang cukup lezat made in Obonk resto. "Nggak pernah kepikiran sih. Tsskk ... apa Siska mau ngajakin aku selingkuh? Kok nanya begitu?" balas James."Emm ... kalau kamu mau, aku mau banget jadi teman tapi mesra buat kamu, James," jawab Dokter Siska menggenggam tangan James.Tatapan mata James turun ke tangannya yang digenggam mesra oleh gadis itu. 'Wah kayaknya udah nggak bener nih gelagatnya, cabut aja deh!' batin James tak enak hati.Dia pun menepis dengan halus tangan Dokter Siska lalu mengatakan, "Dok, saya sedang menanti kelahiran anak ketiga saya dari Laura. Jangan singgung lagi masalah ajakan selingkuh ini ya. Sebagai sesama wanita pas
Sesuai janjinya pada Reynold, pagi ini Laura mengenakan baju kebaya warna biru laut dan kain jarik batik keris warna coklat tua. Asisten bagian membuat sanggul masih sama sejak dulu yaitu James. Suami pertamanya itu memiliki jemari lentik yang amat berbakat menata rambut. "Done, Honey!" seru James usai menata rambut Laura menjadi sanggul berbentuk rumah keong. Dia memperlihatkan hasil sanggulnya kepada Laura dengan cermin tangan berbentuk bundar di belakang tubuh Laura.Tadi James juga menyisipkan beberapa hiasan rambut berupa bunga mawar merah muda yang mekar di antara sanggul buatannya di kepala Laura."Daddy James selalu berhasil membuat sanggul yang indah. Terima kasih," ucap Laura melepas senyum manis di wajah cantiknya yang telah selesai dirias sendiri olehnya.Kemudian James meletakkan cermin bundar itu di meja rias. Dia memeluk Laura dari belakang dan mengecup pipi bersemu merah istrinya. "Hair stylist-mu setiap menghadiri wisuda masih sama, Mister James Peter Indrajaya," can