Dalam perjalanan pulang ke Intercontinental Residence, James merenung mengenai apa yang terjadi belakangan ini di hidupnya. Digemari oleh kaum Hawa itu sudah jadi makanan sehari-harinya. Namun, ada kalanya dia lelah dengan situasi pernikahannya dengan Laura. Poliandri itu sebetulnya mirip poligami dengan sisi yang berbeda. Dia jadi merasa bahwa wanita yang dimadu itu tidak enak karena di sisi dirinya pun demikian. Rasanya James mulai letih bertahan harus berbagi istri dengan Reynold. Dia pun memutuskan untuk berbicara secara pribadi dengan Reynold besok di kampus.Mobil Fortuner putih itu pun sampai di parkiran basement Intercontinental Residence. James turun dari mobilnya dan bergegas naik ke unitnya di lantai 12. Dia memasukkan kode akses apartmentnya dan agak terkejut ketika mendengar ada suara tamu dari dalam."Hey, James. Akhirnya kau pulang juga! Malam sekali ...," sapa pria bule tampan itu sembari berjalan mendekati James lalu memeluknya dengan hangat."Phil, apa yang membawam
"Halo, Rey. Apa kau ada jadwal mengajar nggak pagi ini?" James menelepon Reynold dari telepon di ruang kantornya."Halo. Enggak sih, nanti kuliah sore anak ekstensi. Ada apa, Bang?" Sebenarnya Reynold sedang memberikan bimbingan skripsi untuk mahasiswi tingkat akhir di ruangannya."Apa kamu bisa ke kantorku sekarang? Ada hal penting yang mau kubicarakan denganmu," ujar James dengan nada santai tanpa paksaan."Tentu saja, tunggu sebentar, Bang James!" sahut Reynold lalu menutup panggilan telepon itu. Dia pun berkata kepada mahasiswi bimbingannya "Meylita, maaf ya ... karena saya harus bertemu dengan Profesor James, bimbingan skripsinya dilanjut besok pagi aja. Emm ... gimana?""Besok pagi bisa, Prof. Reynold. Saya kuliah siang jam 11 kok. Kalau begitu saya permisi dulu, Prof," pamit gadis manis berambut pendek sebahu itu kepada dosen pembimbingnya."Makasih, Mey!" tukas Reynold yang juga bangkit berdiri dari kursinya lalu bergegas menuju ke Lab. Mikrobiologi.Sudah beberapa hari ini,
Desahan kepasrahan Laura terdengar lembut di dalam kamar tidur yang hening malam itu seiring sentuhan-sentuhan mesra yang diberikan oleh James di malam sebelum perpisahan mereka selama setahun ke depan. Posisi spooning yang disarankan untuk kondisi hamil itu yang dipilih oleh James. Dia merengkuh tubuh Laura dari belakang dan meremas lembut bulatan kembar yang bertambah ranum karena proses kehamilan. Pinggulnya mendorong maju mundur perlahan tubuh Laura yang menempel punggungnya di dada James.Sambil mengecupi bahu dan tengkuk istrinya yang cantik, James mengatakan, "Minta Rey berhati-hati saat bercinta denganmu nanti sampai kamu melahirkan, Laura. Aku sudah menjalani satu setengah kali periode kehamilan bersamamu jadi sudah sangat paham harus bagaimana melakukannya dengan aman dan ... enak. Sedangkan, Rey masih baru.""Hubby, mungkin kau lebih bisa menjelaskannya kepada Rey. Aku malu bila harus mengajarinya seperti sebuah praktikum ilmu reproduksi," jawab Laura sembari tertawa pelan
Pagi itu James sedang menekuri berkas thesis mahasiswa S2 bimbingannya di meja kerjanya, kebetulan jadwal mengajarnya hari ini ada di siang nanti.Tiba-tiba pintu kantornya yang tertutup diketok dari luar, pria itu mendongakkan kepalanya dan melihat siapa tamunya. Ternyata itu Mitha salah satu mahasiswi angkatan baru yang beberapa hari lalu makan malam bersamanya dengan kawan-kawannya di Duck King. Ada apa lagi ini? Setelah diberi kode untuk masuk oleh James dari kaca pintu itu, Mitha pun masuk ke dalam ruang kerja James."Hai, selamat pagi, Prof. Mitha hanya ingin mengirim ini untuk Profesor James," ujarnya sembari meletakkan sebuah kotak kertas warna merah hati dengan plastik bening di bagian atasnya di meja James."Apa ya ini isinya, Mitha?" James sengaja tak menyentuhnya. Mitha pun duduk di kursi seberang James lalu membuka penutup kotak kertas warna merah itu. "Ini mooncake buatan saya sendiri, Prof. Silakan dicicipi, semoga bisa mengobati rasa kangennya pada kue ini," jawab Mi
Mulai malam ini, mereka akan memulai menjalani pengaturan baru dimana Laura akan tinggal bersama Reynold di Jasmine Park. James menyeret koper berisi baju Laura sembari menggandeng tangan istrinya menuju lift untuk turun ke lantai basment. "Honey, kuharap kau tidak akan bersedih—"Tiba-tiba Laura berjinjit lalu melingkarkan lengannya ke leher James untuk mendaratkan ciuman di bibir suaminya itu. Sementara James memegangi pinggul Laura dengan posesif, dia senang dengan inisiatif istrinya sekalipun James tahu wanita kesayangannya masih baper akan berpisah tinggal darinya selama setahun."TING." Lift itu pun sampai di lantai basement dari lantai 12 tempat unit James berada.Mereka berdua menyudahi ciuman marathon itu. Laura sedikit terengah dan berdiam diri tak bicara hingga naik ke Fortuner putih milik James. Suaminya melajukan mobil itu menuju ke Jasmine Park. Cuaca malam itu agak sedikit hujan, rintik gerimis menimpa kaca mobil James. Dia menyalakan wiper kaca depan untuk menepis a
"Sampai jumpa nanti di rumah, Jake, Josh!" ucap James seraya melambaikan tangan kanannya kepada putera kembarnya usai mengantar ke sekolah bersama Mikha, pengasuh mereka."Bye, Dad!" sahut mereka kompak lalu berjalan masuk ke sekolah.Pagi ini James memiliki banyak jadwal kegiatan di kampus hingga tengah hari. Dia pun bergegas mengendarai mobilnya menuju kampus FKH UGM. Semalam dia bisa terlelap dengan mudah, mungkin karena kondisi tubuhnya lelah. Namun, entah untuk malam ini saat Laura tidak berada di sisinya sekali lagi.Di area parkiran kampus, James memilih untuk memarkir mobil Fortuner putihnya di samping sedan Honda Civic hitam milik Reynold. Istrinya pasti nanti pulang kampus bersama Rey.Sebelum naik ke lantai 2, James mengunjungi kantor Laura di Lab. PA. Dia tak dapat menahan kerinduannya lebih lama lagi. Maka dia pun melangkahkan kakinya sembari menenteng tas kerja kulit warna hitamnya menuju ke ruang kerja istrinya.Ternyata Laura sedang sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.
Hari telah bergulir hingga sore pun tiba. Musim penghujan yang panjang selalu membuat hati terasa mendung. James menatap rinai hujan dari kaca jendela laboratorium usai menemani para asisten mahasiswa membimbing praktikum Bakteriologi dan Mikologi."Ganteng banget ya ... padahal dia nggak senyum," bisik salah satu praktikan mahasiswi semester 3 bersama temannya yang duduk di balik meja rak laboratorium."Jodoh orang cuy ...," sahut temannya berbisik lirih sekalipun James dapat mendengarnya juga.Dia menghela napas lelah, malam ini dia akan melewatkan malam sekali lagi tanpa istrinya. Kadang James berpikir kenapa dia mau menjalani kehidupan pernikahan yang bercabang seperti ini? Apa perlunya dia berbagi istri dengan pria lain?Begitu banyak makhluk berjenis kelamin perempuan yang akan dengan senang hati melemparkan diri mereka ke pelukannya. Namun, dia memilih bertahan pada satu cinta. Ini konyol! Kedua abangnya pasti akan mencecar dan membully dirinya habis-habisan bila dia mengeluh.
"Salah satu alasan aku nggak mau membuka diri ke mahasiswi di kampus kayak begini nih. Jadinya kegeeran 'kan?!" ucap James bernada malas sambil menatap wajah cantik Mitha."Memang Ko James nikah sama Prof. Laura udah berapa lama sih? Nggak bosen gitu? Konon gosipnya Prof. Laura itu usianya jauh di atas Ko James 'ķan?" cecar Mitha berusaha menggoyahkan pendirian gebetannya itu.'Masa iya sih yang udah nenek-nenek dibattle sama gue yang masih muda dan segelan ori, menangan dia?!' batin Mitha gemas.Sebelum James menjawab pertanyaan mahasiswi tengilnya itu, waitress datang mengantar menu pesanan mereka berdua ke meja. "Silakan, Kak! Pesanannya sudah komplit ya. Kalau mau nambah menu bisa lambaikan tangan ke saya atau rekan saya yang dekat dari meja ini. Permisi!" ujar Yusi dengan ramah dan profesional lalu meninggalkan meja customernya itu.James lebih tertarik untuk mencicipi hidangannya daripada berdebat topik yang sebenarnya ia hindari. Bagi pemuda itu cintanya untuk Laura, no debate.