James mengendari Fortuner putihnya menuju ke Jalan Urip Sumoharjo. Dia ingin mengajak Laura makan malam di restoran Hotel Grand Aston yang kini telah berubah nama menjadi Hotel Artotel Suites Bianti. Hujan sudah berhenti semenjak mereka meninggalkan restoran Pastalicious, mobil-mobil pribadi pun mulai memadati jalan raya kota Yogyakarta malam itu."Hubby, kamu belum pulang ke rumah? Mandinya malam banget, nggak takut masuk angin? Aku 'kan nggak tinggal sama kamu selama setahun ke depan, siapa yang ngurusin kalau kamu sakit, James?" cecar Laura kuatir."Malam ini kamu temenin aku bobo ya, Laura? Aku tadi sudah izin ke Reynold," jawab James dengan santai sembari membelokkan mobilnya ke area parkiran mobil lantai UG hotel itu."Berarti habis dinner nanti kita ke Intercontinental Residence?" tanya Laura yang masih bingung dengan pengaturan mendadak dari kedua suaminya itu.James membantu Laura turun dari mobilnya dan menggandeng tangannya menuju ke lift. Mereka naik ke lantai teratas dim
James bertemu dengan Aurel di parkiran hotel yang satu lantai dengannya jadi mereka berjalan dan naik lift bersama-sama. "Prof. James ke mari ada acara apa?" tanya Aurel penasaran sambil mengamati wajah ganteng dosen idolanya yang berdiri di sebelahnya.Sebenarnya James sendiri yang pecinta kebersihan agak risih dengan tubuhnya yang belum mandi sejak tadi pagi hingga jam sepuluh malam. Dia menjawab, "Kencan sama dosen cantik, Rel. Hehehe." "Prof. Laura?" tanya Aurel lagi memastikan karena Dokter Siska juga dosen yang cantik dan menyukai James.James menganggukkan kepalanya lalu bertanya, " Kamu ngapain malem-malem ke hotel? Nggak yang macem-macem 'kan?" Wajar dia curiga karena kota Yogyakarta selain terkenal sebagai kota pelajar juga terkenal dengan 'ayam kampus'."Iiihh ... Prof. James omes deh! Nggaklah, aku ke sini soalnya papa mamaku lagi nengokin aku ke Yogya. Kebetulan kosan-ku itu nggak bisa terima tamu menginap, jadi mereka menginap di hotel 3 hari ini," terang Aurel sembari
Hari masih terasa sejuk pagi itu usai hujan dini hari tadi. Matahari mulai memancarkan sinarnya dan membuat aktivitas sibuk manusia di bawah kolong langit dimulai kembali."Kubantu turun dari mobil, Sayang!" tukas James ketika Laura ingin membuka pintu mobilnya.Pria tampan itu segera berlari ke sisi samping mobilnya dan membantu istri tercintanya turun. Mereka lalu berjalan bergandengan menuju ke gedung V2 dimana Department Patologi Anatomi berada. Reynold telah berdiri menunggu mereka berdua di depan pintu lobi PA. Dia merasa kehilangan Laura setelah dibawa kabur oleh James sejak makan malam di Pastalicious. Ketika melihat sepasang suami istri mesra itu mendekat ke arahnya, ia pun melemparkan senyum manisnya. "Pagi, Laura Bang James. Kuharap semalam baik-baik saja!" sapanya."Selamat pagi, Rey. Kami tidak bertengkar hanya butuh bicara saja. Apa anak-anak sudah sampai sekolah? Kau berangkat pagi sekali," balas Laura lalu berjalan masuk ke kantornya bersama kedua pria muda itu.Laur
Ketika melihat pujaan hatinya memeluk istri rahasianya, Hesti merasa dadanya bergemuruh oleh rasa cemburu yang bercampur amarah. 'Kenapa sih Reynold masih mengejar Bu Laura yang statusnya istri sah Prof. James?! Lagian wanita itu nggak tahu malu banget sih punya laki sampe dua? Nggak puas sebatang aja?!" rutuk gadis berambut hitam bergelombang sepunggung itu."Laura, tadi aku sama Hesti nggak ngapa-ngapain kok, kami hanya mengobrol biasa. Aku juga baru saja membuat soal ujian UTS—" terang Reynold masih memeluk pinggang Laura.Kemudian Laura berkata lirih sambil melirik ke arah Hesti, "Rey, kita di kampus. Hesti pasti akan merasa aneh melihat kamu begini—" "Dia sudah tahu kok, tenang aja. Ohh, sepertinya aku harus pergi sekarang. Kuliahnya sudah mau mulai. Kita bicara lagi sesudah aku selesai kuliah ya, Sayang. Jangan stres, kasihan Keira kalau kamu banyak pikiran!" Reynold mengecup bibir Laura sekilas lalu berjalan cepat ke arah ruang 201, gedung V1.Sementara itu Laura yang masih be
Gadis itu duduk di sofa yang ada di depan ruang kantor Reynold setelah berbicara kepada Prof. Laura. Dia menunggu dosen idolanya itu selesai mengajar kuliah di ruang kuliah 201. Masih terkenang di ingatan Hesti betapa menariknya kuliah yang dibawakan oleh Reynold saat dosen muda itu mengajar pertama kali di angkatannya saat semester 1. Bisa dibilang mereka sama-sama baru di kampus itu, dosen baru dan mahasiswi baru.Pria itu sangat santun dan ramah, Reynold membawakan materi kuliah dengan penuh semangat diselingi gurauan segar khas dirinya yang terkesan supel. Semenjak kuliah pertama itu Hesti sudah jatuh hati begitu dalam kepada Reynold. Dan ternyata bukan hanya dia saja yang naksir dosen baru yang ganteng dan briliant itu, temannya banyak juga yang diam-diam ngefans kepada pria itu.Sudah 3 tahun lebih mereka mengenal dan Hesti semakin berani menyatakan perasaannya semenjak proses skripsi. Hampir setiap hari mereka bertemu tanpa berkencan satu kali pun. Dokter Rey selalu menolak aj
"Prof. Laura, saya akan bertunangan dengan Prof. Rey dalam waktu dekat. Tolong sesuai janji Anda tadi, lepaskan dia!" ucap Hesti dengan jelas di hadapan ketiga dosennya.James yang tadi mendengar cerita versi dari Laura pun sedikit syok dengan perkembangan mendadak ini. Dia tak menyangka bahwa Reynold menjalin hubungan serius dengan Hesti tanpa sepengetahuan Laura dan dirinya. Namun, pria itu menunggu jawaban Laura dan Reynold juga tampak seperti orang bingung.Kemudian Laura bangkit dari pangkuan James serta berkata, "Duduk dulu, Rey dan Hesti. Saya mau dengar rencana kalian berdua. Silakan!"Hesti menarik tangan Reynold agar duduk di sebelahnya dan memepet lengan pria itu yang masih terdiam belum mau angkat bicara. Maka Hesti pun mulai berbicara mewakilinya, "Sementara menunggu saya lulus mungkin sebaiknya kami bertunangan terlebih dahulu, kalau memang Prof. Rey mau menikahi saya sebelum wisuda, saya pun siap–""Hes! Saya yang nggak siap. Duh, kamu niat banget deh. Laura pasti salah
James bersiul-siul riang di dalam mobilnya, di samping bangkunya ada istrinya yang tersenyum geli memandanginya. Mereka akan mencari toko buah yang menjual mangga muda karena istrinya sedang ngidam."Kau sepertinya ceria sekali, James. Ada apa?" tanya Laura."Rasanya aku ingin berjoget ala boyband Korea di bawah hujan, kalau Hesti berhasil membawa Rey keluar dari hubungan kita," jawab James seraya tersenyum lebar."Ohh ... itu, mungkin Rey mengalami stres dengan poliandri yang kita jalani bertiga. Aku pun tidak ingin menjalaninya lagi. Oppa kesayanganku yang ganteng ini saja cukup bagiku!" balas Laura mencubit pipi James main-main.Kemudian James bertanya, "Kalau kita ke apartmentku terlebih dahulu sebelum menjemput si kembar, apa kau mau, Laura?"Laura terkikik mendengar pertanyaan suaminya, dia tahu alasan dibaliknya. "Boleh. Jangan lama-lama ya ... atau setelahnya kau bisa menjemput mereka sendiri, James, sementara aku memasak makan malam?" "Ide yang bagus, Honey. Aku rindu makan
"Mas Rey, kalau cincin yang berliannya kecil-kecil 3 diagonal ini bagus nggak?" tanya Hesti bernada manja kepada Reynold yang duduk di sampingnya sedang memilih cincin pertunangan.Sedangkan, Reynold masih bengong memikirkan hubungannya dengan Laura yang kacau hari ini. Dia begitu dilema menghadapi hubungan antara dirinya, James, dan Laura. Bila diberi kesempatan setahun untuk berpikir kembali akan meneruskan poliandri itu atau tidak, dia justru berharap sedang berada di posisi James tentunya. Dia sangat mencintai Laura melebihi apa pun dan siapa pun."Mas—kok melamun?" tegur Hesti setelah pertanyaannya tadi tak kunjung dijawab oleh calon tunangannya itu."Ohh ... sori, Hes. Aku lagi banyak pikiran. Pilih saja yang kamu suka, aku akan bayar pasti," jawab Reynold sembari tersenyum tipis kepada Hesti.Sekalipun Hesti merasa sedikit kecewa, tetapi dia sudah paham posisinya dan tidak akan menyerah hingga Reynold melupakan Prof. Laura. Dia lalu berkata, "Yang ini saja kalau begitu ya, Mas?
"Joe, kau harus bayar paparazi untuk menyebarkan hoaks tentang wanita bernama Laura Carson itu. Katakan bahwa dia telah lama terobsesi kepadaku dan memintaku menidurinya. Namun, dia mengaku aku yang memperkosanya!" seru Jeremy Thompson dengan berapi-api. Dia tak ingin masalah dengan Laura membuat karirnya kacau balau.Ben Carlberg, manager Jeremy berdecak kesal. "Seharusnya sebelum bertindak bodoh, hanya memikirkan selangkanganmu, sebaiknya kau mempertimbangkan tentang karirmu sebagai atlet terkenal, Jerry!" "Hey, jaga mulutmu! Itu hakku, jangan mengaturku. Shit!" teriak Jeremy Thompson mengamuk menuding-nuding wajah managernya.Dengan patuh, Ben menghubungi jurnalis kolom gosip receh agar membuat berita yang tak benar itu dan menjanjikan bayaran yang cukup banyak. Jeremy Thompson menyeringai puas. Dia ingin Laura yang dijadikan kambing hitam dalam peristiwa pelecehan dan pemerkosaan itu. Justru dia yang mengaku sebagai korban."Semuanya beres. Dalam hitungan menit berita hoaks itu
"Sir, istri Anda mengalami kekerasan fisik dan juga seksual. Itu hasil visum yang dilakukan oleh tim medis rumah sakit kami. Ini dokumen resminya, seandainya Anda membutuhkan untuk memproses pelaku secara hukum!" tutur Dokter Craig Johansen sembari menyerahkan sebuah map merah ke tangan James.Raut wajah pria muda itu begitu keruh. Dia mencoba untuk tenang ketika menjawab dokter yang menangani kondisi Laura pasca pemerkosaan yang dilakukan oleh Jeremy Thompson, "Baik, terima kasih atas bantuan Anda dan tim medis rumah sakit ini, Dok!" "Dengan senang hati, Mister James Indrajaya. Permisi!" Dokter Craig Johansen melanjutkan pekerjaannya yang lain dan meninggalkan James untuk menjenguk istrinya.Di ruang perawatan VIP rumah sakit, Laura ditemani oleh Philip yang matanya merah seperti sehabis menangis. Mantan terindah Laura itu menyayangkan nasib malang yang menimpa wanita yang sangat dia sayangi tersebut. "Aku tak tahu, Laura. Bagaimana bisa kamu sesial ini bertemu lagi dengan bedebah
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka
"Honey, temani aku berenang di kolam belakang rumah!" pinta James sambil menyeret tangan Laura ke lemari untuk mengambil swimsuit. Laura sedikit bingung sekalipun dia tetap mengikuti keinginan suaminya dengan berganti pakaian. "Tumben sekali, ini sudah malam James. Apa tidak dingin?" "This is summer, Laura. Aku merasa gerah dan ingin mendinginkan tubuhku," ujar James bersikeras membujuk Laura lalu meraup tubuh ramping istrinya itu ke gendongannya dan melangkah menuju kolam renang.Bulan Februari memang menjadi saat puncak musim panas di Perth. Maka di sanalah James dan Laura menceburkan diri ke kolam renang berair sejuk untuk bersenang-senang. Laura terkikik setelah dia berenang ke sana ke mari untuk menghindari belitan lengan dan kaki James dan berakhir tertangkap hingga tak berkutik. "Ouhh ... sepertinya aku akan jadi korban kemesuman suamiku lagi kali ini!" erang Laura pasrah ketika James membuat banyak kiss mark di kulitnya yang seputih porselen. "Gelombang panasnya berasal d
"BRUKK!" Sesosok pemuda bule bertubuh besar membuat Laura nyaris terpental dan mendarat di lantai marmer koridor kampus fakultas Kedokteran Hewan University of New South Wales. Untungnya dengan sigap lengan pemuda tadi menopang punggung Laura agar tidak jatuh."Sorry! Aku terburu-buru hingga nyaris membuatmu celaka. Apa kau tidak apa-apa, Miss?" ujar pemuda yang menubruk Laura sambil memeriksa kondisi wanita itu."Aku baik-baik saja. Lain kali kau bisa lebih hati-hati. Permisi!" sahut Laura lalu bersiap untuk melanjutkan perjalanannya ke ruangan kantor barunya sebelum mengisi kuliah pagi tak lama setelah ini.Namun, pemuda itu mencekal pergelangan tangan Laura. "Tunggu, siapa namamu? Apa kau mahasiswi baru?" tanyanya penasaran sekaligus memandangi wanita di hadapannya dengan sorot mata tertarik."Namaku Laura, Gwendolyn Laura Carson-Indrajaya. Permisi, aku terburu-buru!" jawab Laura lalu membalik badannya setelah menarik tangannya dari genggaman pemuda yang tak ingin dia ajak berkena
Seperti kata Philip, memang Turpan Restoran Kensington memiliki menu yang bergaya oriental fussion. James sekeluarga memilih mie lamian kuah dengan daging sapi dan sayur. Masing-masing satu mangkuk penuh dan habis dalam sekejap."Wow, si kembar banyak makan rupanya ya sekarang!" komentar Philip saat melihat mangkuk kedua putera James itu kosong tak bersisa."Mie ini lezat sekali, Uncle Phil!" jawab Jacob jujur lalu meminum teh hangat manis di gelasnya.Mereka saling mengobrol santai hingga semua selesai makan malam lalu melanjutkan perjalanan dengan mobil SUV milik Philip hingga tiba di Cleveland Street. Rumah mereka hanya berbeda dua rumah di antara bangunannya.Bibi dan Kakek Laura telah tiada dan hanya tersisa keponakannya saja yang masih tinggal di sana. Setelah Laura menekan bel pintu depan rumah peninggalan keluarga Carson, suara sahutan wanita dari dalam rumah terdengar, "Yeaah coming!"Lizbeth tak menyangka akan bertemu lagi dengan sepupunya tersebut setelah belasan tahun lama
"Penumpang atas nama Gwendolyn Laura Carson, tolong angkat tangan!" Seorang pramugari memberikan panggilan dengan mikrofon di depan pintu kabin penumpang pesawat Singapore Airlines sebelum lepas landas.James dan Laura terkejut dan saling bertukar pandang. Kemudian wanita itu pun mengangkat tangannya disaksikan oleh seisi kabin. Dia pun tak mengerti, mengapa namanya dipanggil oleh pramugari?"Ma'am, ada titipan buket bunga untuk Anda dari Tuan Reynold, silakan diterima!" ujar pramugari tadi menyerahkan karangan bunga gerbera merah, anggrek ungu, daisy, mawar kuning, dan mawar merah muda yang indah kepada Laura yang berjalan melewati lorong kursi penumpang pesawat.Jujur dia merasa terharu karena Reynold masih menyempatkan diri mengirimkan buket bunga tersebut ke bandara sekalipun mereka tak sempat bertemu langsung. Ketika Laura duduk kembali ke bangku di samping James, dia terdiam menatap buket bunga di pangkuannya. Suara pilot yang menyapa penumpang dan memberi tahukan bahwa sebenta
"Kalo kamu masih mau pernikahan kita lanjut, jangan datang ke undangan makan malam Prof. Laura!" ancam Aurel menunjuk wajah suaminya dengan tatapan sengit. Ada rasa posesif dalam diri Aurel bila sudah berkaitan dengan istri rahasia Reynold yang dinikahi pria itu di Las Vegas. Memang tidak diakui di Indonesia, tetapi perasaan suaminya itu sangat dalam kepada dosen Patologi Anatomi keturunan blasteran yang cantik sekalipun sudah berusia menuju setengah abad."Tapi aku sudah setuju buat dateng, Rel. Nanti mereka nunggu aku 'kan kasihan!" terang Reynold berusaha minta perempuan belia itu mengerti situasinya."Bodo amat, lagian kenapa nggak nanya ke aku dulu sebelum jawab ajakan dinner Prof. Laura?! Tahu sendiri kalo aku sensi bingits kalo udah berhubungan sama dia!" Aurel menarik tangan Reynold dari ruang tengah masuk ke kamar tidur mereka.Dia juga merampas ponsel suaminya lalu menonaktifkan dayanya. "Sekarang aku mau ML sama kamu, Rey. Jangan pikirin mantan kamu lagi, oke?!" ujarnya de