Mulai malam ini, mereka akan memulai menjalani pengaturan baru dimana Laura akan tinggal bersama Reynold di Jasmine Park. James menyeret koper berisi baju Laura sembari menggandeng tangan istrinya menuju lift untuk turun ke lantai basment. "Honey, kuharap kau tidak akan bersedih—"Tiba-tiba Laura berjinjit lalu melingkarkan lengannya ke leher James untuk mendaratkan ciuman di bibir suaminya itu. Sementara James memegangi pinggul Laura dengan posesif, dia senang dengan inisiatif istrinya sekalipun James tahu wanita kesayangannya masih baper akan berpisah tinggal darinya selama setahun."TING." Lift itu pun sampai di lantai basement dari lantai 12 tempat unit James berada.Mereka berdua menyudahi ciuman marathon itu. Laura sedikit terengah dan berdiam diri tak bicara hingga naik ke Fortuner putih milik James. Suaminya melajukan mobil itu menuju ke Jasmine Park. Cuaca malam itu agak sedikit hujan, rintik gerimis menimpa kaca mobil James. Dia menyalakan wiper kaca depan untuk menepis a
"Sampai jumpa nanti di rumah, Jake, Josh!" ucap James seraya melambaikan tangan kanannya kepada putera kembarnya usai mengantar ke sekolah bersama Mikha, pengasuh mereka."Bye, Dad!" sahut mereka kompak lalu berjalan masuk ke sekolah.Pagi ini James memiliki banyak jadwal kegiatan di kampus hingga tengah hari. Dia pun bergegas mengendarai mobilnya menuju kampus FKH UGM. Semalam dia bisa terlelap dengan mudah, mungkin karena kondisi tubuhnya lelah. Namun, entah untuk malam ini saat Laura tidak berada di sisinya sekali lagi.Di area parkiran kampus, James memilih untuk memarkir mobil Fortuner putihnya di samping sedan Honda Civic hitam milik Reynold. Istrinya pasti nanti pulang kampus bersama Rey.Sebelum naik ke lantai 2, James mengunjungi kantor Laura di Lab. PA. Dia tak dapat menahan kerinduannya lebih lama lagi. Maka dia pun melangkahkan kakinya sembari menenteng tas kerja kulit warna hitamnya menuju ke ruang kerja istrinya.Ternyata Laura sedang sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.
Hari telah bergulir hingga sore pun tiba. Musim penghujan yang panjang selalu membuat hati terasa mendung. James menatap rinai hujan dari kaca jendela laboratorium usai menemani para asisten mahasiswa membimbing praktikum Bakteriologi dan Mikologi."Ganteng banget ya ... padahal dia nggak senyum," bisik salah satu praktikan mahasiswi semester 3 bersama temannya yang duduk di balik meja rak laboratorium."Jodoh orang cuy ...," sahut temannya berbisik lirih sekalipun James dapat mendengarnya juga.Dia menghela napas lelah, malam ini dia akan melewatkan malam sekali lagi tanpa istrinya. Kadang James berpikir kenapa dia mau menjalani kehidupan pernikahan yang bercabang seperti ini? Apa perlunya dia berbagi istri dengan pria lain?Begitu banyak makhluk berjenis kelamin perempuan yang akan dengan senang hati melemparkan diri mereka ke pelukannya. Namun, dia memilih bertahan pada satu cinta. Ini konyol! Kedua abangnya pasti akan mencecar dan membully dirinya habis-habisan bila dia mengeluh.
"Salah satu alasan aku nggak mau membuka diri ke mahasiswi di kampus kayak begini nih. Jadinya kegeeran 'kan?!" ucap James bernada malas sambil menatap wajah cantik Mitha."Memang Ko James nikah sama Prof. Laura udah berapa lama sih? Nggak bosen gitu? Konon gosipnya Prof. Laura itu usianya jauh di atas Ko James 'ķan?" cecar Mitha berusaha menggoyahkan pendirian gebetannya itu.'Masa iya sih yang udah nenek-nenek dibattle sama gue yang masih muda dan segelan ori, menangan dia?!' batin Mitha gemas.Sebelum James menjawab pertanyaan mahasiswi tengilnya itu, waitress datang mengantar menu pesanan mereka berdua ke meja. "Silakan, Kak! Pesanannya sudah komplit ya. Kalau mau nambah menu bisa lambaikan tangan ke saya atau rekan saya yang dekat dari meja ini. Permisi!" ujar Yusi dengan ramah dan profesional lalu meninggalkan meja customernya itu.James lebih tertarik untuk mencicipi hidangannya daripada berdebat topik yang sebenarnya ia hindari. Bagi pemuda itu cintanya untuk Laura, no debate.
James mengendari Fortuner putihnya menuju ke Jalan Urip Sumoharjo. Dia ingin mengajak Laura makan malam di restoran Hotel Grand Aston yang kini telah berubah nama menjadi Hotel Artotel Suites Bianti. Hujan sudah berhenti semenjak mereka meninggalkan restoran Pastalicious, mobil-mobil pribadi pun mulai memadati jalan raya kota Yogyakarta malam itu."Hubby, kamu belum pulang ke rumah? Mandinya malam banget, nggak takut masuk angin? Aku 'kan nggak tinggal sama kamu selama setahun ke depan, siapa yang ngurusin kalau kamu sakit, James?" cecar Laura kuatir."Malam ini kamu temenin aku bobo ya, Laura? Aku tadi sudah izin ke Reynold," jawab James dengan santai sembari membelokkan mobilnya ke area parkiran mobil lantai UG hotel itu."Berarti habis dinner nanti kita ke Intercontinental Residence?" tanya Laura yang masih bingung dengan pengaturan mendadak dari kedua suaminya itu.James membantu Laura turun dari mobilnya dan menggandeng tangannya menuju ke lift. Mereka naik ke lantai teratas dim
James bertemu dengan Aurel di parkiran hotel yang satu lantai dengannya jadi mereka berjalan dan naik lift bersama-sama. "Prof. James ke mari ada acara apa?" tanya Aurel penasaran sambil mengamati wajah ganteng dosen idolanya yang berdiri di sebelahnya.Sebenarnya James sendiri yang pecinta kebersihan agak risih dengan tubuhnya yang belum mandi sejak tadi pagi hingga jam sepuluh malam. Dia menjawab, "Kencan sama dosen cantik, Rel. Hehehe." "Prof. Laura?" tanya Aurel lagi memastikan karena Dokter Siska juga dosen yang cantik dan menyukai James.James menganggukkan kepalanya lalu bertanya, " Kamu ngapain malem-malem ke hotel? Nggak yang macem-macem 'kan?" Wajar dia curiga karena kota Yogyakarta selain terkenal sebagai kota pelajar juga terkenal dengan 'ayam kampus'."Iiihh ... Prof. James omes deh! Nggaklah, aku ke sini soalnya papa mamaku lagi nengokin aku ke Yogya. Kebetulan kosan-ku itu nggak bisa terima tamu menginap, jadi mereka menginap di hotel 3 hari ini," terang Aurel sembari
Hari masih terasa sejuk pagi itu usai hujan dini hari tadi. Matahari mulai memancarkan sinarnya dan membuat aktivitas sibuk manusia di bawah kolong langit dimulai kembali."Kubantu turun dari mobil, Sayang!" tukas James ketika Laura ingin membuka pintu mobilnya.Pria tampan itu segera berlari ke sisi samping mobilnya dan membantu istri tercintanya turun. Mereka lalu berjalan bergandengan menuju ke gedung V2 dimana Department Patologi Anatomi berada. Reynold telah berdiri menunggu mereka berdua di depan pintu lobi PA. Dia merasa kehilangan Laura setelah dibawa kabur oleh James sejak makan malam di Pastalicious. Ketika melihat sepasang suami istri mesra itu mendekat ke arahnya, ia pun melemparkan senyum manisnya. "Pagi, Laura Bang James. Kuharap semalam baik-baik saja!" sapanya."Selamat pagi, Rey. Kami tidak bertengkar hanya butuh bicara saja. Apa anak-anak sudah sampai sekolah? Kau berangkat pagi sekali," balas Laura lalu berjalan masuk ke kantornya bersama kedua pria muda itu.Laur
Ketika melihat pujaan hatinya memeluk istri rahasianya, Hesti merasa dadanya bergemuruh oleh rasa cemburu yang bercampur amarah. 'Kenapa sih Reynold masih mengejar Bu Laura yang statusnya istri sah Prof. James?! Lagian wanita itu nggak tahu malu banget sih punya laki sampe dua? Nggak puas sebatang aja?!" rutuk gadis berambut hitam bergelombang sepunggung itu."Laura, tadi aku sama Hesti nggak ngapa-ngapain kok, kami hanya mengobrol biasa. Aku juga baru saja membuat soal ujian UTS—" terang Reynold masih memeluk pinggang Laura.Kemudian Laura berkata lirih sambil melirik ke arah Hesti, "Rey, kita di kampus. Hesti pasti akan merasa aneh melihat kamu begini—" "Dia sudah tahu kok, tenang aja. Ohh, sepertinya aku harus pergi sekarang. Kuliahnya sudah mau mulai. Kita bicara lagi sesudah aku selesai kuliah ya, Sayang. Jangan stres, kasihan Keira kalau kamu banyak pikiran!" Reynold mengecup bibir Laura sekilas lalu berjalan cepat ke arah ruang 201, gedung V1.Sementara itu Laura yang masih be