Desahan kepasrahan Laura terdengar lembut di dalam kamar tidur yang hening malam itu seiring sentuhan-sentuhan mesra yang diberikan oleh James di malam sebelum perpisahan mereka selama setahun ke depan. Posisi spooning yang disarankan untuk kondisi hamil itu yang dipilih oleh James. Dia merengkuh tubuh Laura dari belakang dan meremas lembut bulatan kembar yang bertambah ranum karena proses kehamilan. Pinggulnya mendorong maju mundur perlahan tubuh Laura yang menempel punggungnya di dada James.Sambil mengecupi bahu dan tengkuk istrinya yang cantik, James mengatakan, "Minta Rey berhati-hati saat bercinta denganmu nanti sampai kamu melahirkan, Laura. Aku sudah menjalani satu setengah kali periode kehamilan bersamamu jadi sudah sangat paham harus bagaimana melakukannya dengan aman dan ... enak. Sedangkan, Rey masih baru.""Hubby, mungkin kau lebih bisa menjelaskannya kepada Rey. Aku malu bila harus mengajarinya seperti sebuah praktikum ilmu reproduksi," jawab Laura sembari tertawa pelan
Pagi itu James sedang menekuri berkas thesis mahasiswa S2 bimbingannya di meja kerjanya, kebetulan jadwal mengajarnya hari ini ada di siang nanti.Tiba-tiba pintu kantornya yang tertutup diketok dari luar, pria itu mendongakkan kepalanya dan melihat siapa tamunya. Ternyata itu Mitha salah satu mahasiswi angkatan baru yang beberapa hari lalu makan malam bersamanya dengan kawan-kawannya di Duck King. Ada apa lagi ini? Setelah diberi kode untuk masuk oleh James dari kaca pintu itu, Mitha pun masuk ke dalam ruang kerja James."Hai, selamat pagi, Prof. Mitha hanya ingin mengirim ini untuk Profesor James," ujarnya sembari meletakkan sebuah kotak kertas warna merah hati dengan plastik bening di bagian atasnya di meja James."Apa ya ini isinya, Mitha?" James sengaja tak menyentuhnya. Mitha pun duduk di kursi seberang James lalu membuka penutup kotak kertas warna merah itu. "Ini mooncake buatan saya sendiri, Prof. Silakan dicicipi, semoga bisa mengobati rasa kangennya pada kue ini," jawab Mi
Mulai malam ini, mereka akan memulai menjalani pengaturan baru dimana Laura akan tinggal bersama Reynold di Jasmine Park. James menyeret koper berisi baju Laura sembari menggandeng tangan istrinya menuju lift untuk turun ke lantai basment. "Honey, kuharap kau tidak akan bersedih—"Tiba-tiba Laura berjinjit lalu melingkarkan lengannya ke leher James untuk mendaratkan ciuman di bibir suaminya itu. Sementara James memegangi pinggul Laura dengan posesif, dia senang dengan inisiatif istrinya sekalipun James tahu wanita kesayangannya masih baper akan berpisah tinggal darinya selama setahun."TING." Lift itu pun sampai di lantai basement dari lantai 12 tempat unit James berada.Mereka berdua menyudahi ciuman marathon itu. Laura sedikit terengah dan berdiam diri tak bicara hingga naik ke Fortuner putih milik James. Suaminya melajukan mobil itu menuju ke Jasmine Park. Cuaca malam itu agak sedikit hujan, rintik gerimis menimpa kaca mobil James. Dia menyalakan wiper kaca depan untuk menepis a
"Sampai jumpa nanti di rumah, Jake, Josh!" ucap James seraya melambaikan tangan kanannya kepada putera kembarnya usai mengantar ke sekolah bersama Mikha, pengasuh mereka."Bye, Dad!" sahut mereka kompak lalu berjalan masuk ke sekolah.Pagi ini James memiliki banyak jadwal kegiatan di kampus hingga tengah hari. Dia pun bergegas mengendarai mobilnya menuju kampus FKH UGM. Semalam dia bisa terlelap dengan mudah, mungkin karena kondisi tubuhnya lelah. Namun, entah untuk malam ini saat Laura tidak berada di sisinya sekali lagi.Di area parkiran kampus, James memilih untuk memarkir mobil Fortuner putihnya di samping sedan Honda Civic hitam milik Reynold. Istrinya pasti nanti pulang kampus bersama Rey.Sebelum naik ke lantai 2, James mengunjungi kantor Laura di Lab. PA. Dia tak dapat menahan kerinduannya lebih lama lagi. Maka dia pun melangkahkan kakinya sembari menenteng tas kerja kulit warna hitamnya menuju ke ruang kerja istrinya.Ternyata Laura sedang sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.
Hari telah bergulir hingga sore pun tiba. Musim penghujan yang panjang selalu membuat hati terasa mendung. James menatap rinai hujan dari kaca jendela laboratorium usai menemani para asisten mahasiswa membimbing praktikum Bakteriologi dan Mikologi."Ganteng banget ya ... padahal dia nggak senyum," bisik salah satu praktikan mahasiswi semester 3 bersama temannya yang duduk di balik meja rak laboratorium."Jodoh orang cuy ...," sahut temannya berbisik lirih sekalipun James dapat mendengarnya juga.Dia menghela napas lelah, malam ini dia akan melewatkan malam sekali lagi tanpa istrinya. Kadang James berpikir kenapa dia mau menjalani kehidupan pernikahan yang bercabang seperti ini? Apa perlunya dia berbagi istri dengan pria lain?Begitu banyak makhluk berjenis kelamin perempuan yang akan dengan senang hati melemparkan diri mereka ke pelukannya. Namun, dia memilih bertahan pada satu cinta. Ini konyol! Kedua abangnya pasti akan mencecar dan membully dirinya habis-habisan bila dia mengeluh.
"Salah satu alasan aku nggak mau membuka diri ke mahasiswi di kampus kayak begini nih. Jadinya kegeeran 'kan?!" ucap James bernada malas sambil menatap wajah cantik Mitha."Memang Ko James nikah sama Prof. Laura udah berapa lama sih? Nggak bosen gitu? Konon gosipnya Prof. Laura itu usianya jauh di atas Ko James 'ķan?" cecar Mitha berusaha menggoyahkan pendirian gebetannya itu.'Masa iya sih yang udah nenek-nenek dibattle sama gue yang masih muda dan segelan ori, menangan dia?!' batin Mitha gemas.Sebelum James menjawab pertanyaan mahasiswi tengilnya itu, waitress datang mengantar menu pesanan mereka berdua ke meja. "Silakan, Kak! Pesanannya sudah komplit ya. Kalau mau nambah menu bisa lambaikan tangan ke saya atau rekan saya yang dekat dari meja ini. Permisi!" ujar Yusi dengan ramah dan profesional lalu meninggalkan meja customernya itu.James lebih tertarik untuk mencicipi hidangannya daripada berdebat topik yang sebenarnya ia hindari. Bagi pemuda itu cintanya untuk Laura, no debate.
James mengendari Fortuner putihnya menuju ke Jalan Urip Sumoharjo. Dia ingin mengajak Laura makan malam di restoran Hotel Grand Aston yang kini telah berubah nama menjadi Hotel Artotel Suites Bianti. Hujan sudah berhenti semenjak mereka meninggalkan restoran Pastalicious, mobil-mobil pribadi pun mulai memadati jalan raya kota Yogyakarta malam itu."Hubby, kamu belum pulang ke rumah? Mandinya malam banget, nggak takut masuk angin? Aku 'kan nggak tinggal sama kamu selama setahun ke depan, siapa yang ngurusin kalau kamu sakit, James?" cecar Laura kuatir."Malam ini kamu temenin aku bobo ya, Laura? Aku tadi sudah izin ke Reynold," jawab James dengan santai sembari membelokkan mobilnya ke area parkiran mobil lantai UG hotel itu."Berarti habis dinner nanti kita ke Intercontinental Residence?" tanya Laura yang masih bingung dengan pengaturan mendadak dari kedua suaminya itu.James membantu Laura turun dari mobilnya dan menggandeng tangannya menuju ke lift. Mereka naik ke lantai teratas dim
James bertemu dengan Aurel di parkiran hotel yang satu lantai dengannya jadi mereka berjalan dan naik lift bersama-sama. "Prof. James ke mari ada acara apa?" tanya Aurel penasaran sambil mengamati wajah ganteng dosen idolanya yang berdiri di sebelahnya.Sebenarnya James sendiri yang pecinta kebersihan agak risih dengan tubuhnya yang belum mandi sejak tadi pagi hingga jam sepuluh malam. Dia menjawab, "Kencan sama dosen cantik, Rel. Hehehe." "Prof. Laura?" tanya Aurel lagi memastikan karena Dokter Siska juga dosen yang cantik dan menyukai James.James menganggukkan kepalanya lalu bertanya, " Kamu ngapain malem-malem ke hotel? Nggak yang macem-macem 'kan?" Wajar dia curiga karena kota Yogyakarta selain terkenal sebagai kota pelajar juga terkenal dengan 'ayam kampus'."Iiihh ... Prof. James omes deh! Nggaklah, aku ke sini soalnya papa mamaku lagi nengokin aku ke Yogya. Kebetulan kosan-ku itu nggak bisa terima tamu menginap, jadi mereka menginap di hotel 3 hari ini," terang Aurel sembari
"Kita makan di restoran ini saja ya?" James memarkir mobil dengan rapi di halaman depan gerai fast food. Kemudian keluarga kecil itu turun dari mobil dan berjalan bersama-sama memasuki restoran penjual burger, hotdog, pretzel, dan makanan siap saji lainnya. Laura tak terlalu nyaman berada di tempat publik karena nampaknya kasus pelecehan yang dialaminya menjadi bumerang. Sosok Jeremy Thompson sebagai atlet football kebanggaan New South Wales dan sebagian besar penduduk Australia lebih dipercaya omong kosongnya dibanding dirinya yang bukan siapa-siapa.Pertanyaan wartawan tadi membuatnya malu, sehina itu tuduhan yang diberikan kepadanya. Padahal dia tak bersalah. Laura berdiri di belakang James dan putra putri mereka, melihat papan menu di sisi atas konter pemesanan."Apa yang ingin kamu pesan, Honey? Biar aku saja yang memesankan semua menu kita sekeluarga!" ujar James sambil mendengarkan teriakan Jacob, Joshua, dan Keira yang menyebutkan menu pilihan masing-masing. "Hubby, aku ingi
"Siapa kalian?! Jangan menggangguku!" teriak Laura putus asa di atas tempat tidur perawatannya di rumah sakit.Paparazzi yang mendominasi memenuhi ruang pasien VIP itu menahan tombol pemanggil perawat, mengambil foto tanpa izin dari Laura, dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menggiring opini salah tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh Jeremy Thompson kepadanya. Rasanya justru wanita jahat yang merayu atlet terkenal asal Sydney itu adalah Laura."Miss Carson, apa motif Anda menggoda Jeremy Thompson? Apa untuk popularitas? Anda ingin ikut tenar bersamanya ya?" tanya Herald Grey, paparazzi bayaran Jeremy.Laura menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menutup telinga dengan kedua telapak tangannya. "Tidak ... itu tidak benar. Dia yang jahat!" jerit Laura histeris sementara berbagai pertanyaan ngawur dilontarkan kepada dirinya dan semakin membuat dirinya depresi.Wajah-wajah asing yang tak dikenalnya membuka mulut berbicara cepat dan keras menuduhkan hal yang sama sekali berbe
"Joe, kau harus bayar paparazi untuk menyebarkan hoaks tentang wanita bernama Laura Carson itu. Katakan bahwa dia telah lama terobsesi kepadaku dan memintaku menidurinya. Namun, dia mengaku aku yang memperkosanya!" seru Jeremy Thompson dengan berapi-api. Dia tak ingin masalah dengan Laura membuat karirnya kacau balau.Ben Carlberg, manager Jeremy berdecak kesal. "Seharusnya sebelum bertindak bodoh, hanya memikirkan selangkanganmu, sebaiknya kau mempertimbangkan tentang karirmu sebagai atlet terkenal, Jerry!" "Hey, jaga mulutmu! Itu hakku, jangan mengaturku. Shit!" teriak Jeremy Thompson mengamuk menuding-nuding wajah managernya.Dengan patuh, Ben menghubungi jurnalis kolom gosip receh agar membuat berita yang tak benar itu dan menjanjikan bayaran yang cukup banyak. Jeremy Thompson menyeringai puas. Dia ingin Laura yang dijadikan kambing hitam dalam peristiwa pelecehan dan pemerkosaan itu. Justru dia yang mengaku sebagai korban."Semuanya beres. Dalam hitungan menit berita hoaks itu
"Sir, istri Anda mengalami kekerasan fisik dan juga seksual. Itu hasil visum yang dilakukan oleh tim medis rumah sakit kami. Ini dokumen resminya, seandainya Anda membutuhkan untuk memproses pelaku secara hukum!" tutur Dokter Craig Johansen sembari menyerahkan sebuah map merah ke tangan James.Raut wajah pria muda itu begitu keruh. Dia mencoba untuk tenang ketika menjawab dokter yang menangani kondisi Laura pasca pemerkosaan yang dilakukan oleh Jeremy Thompson, "Baik, terima kasih atas bantuan Anda dan tim medis rumah sakit ini, Dok!" "Dengan senang hati, Mister James Indrajaya. Permisi!" Dokter Craig Johansen melanjutkan pekerjaannya yang lain dan meninggalkan James untuk menjenguk istrinya.Di ruang perawatan VIP rumah sakit, Laura ditemani oleh Philip yang matanya merah seperti sehabis menangis. Mantan terindah Laura itu menyayangkan nasib malang yang menimpa wanita yang sangat dia sayangi tersebut. "Aku tak tahu, Laura. Bagaimana bisa kamu sesial ini bertemu lagi dengan bedebah
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka
"Honey, temani aku berenang di kolam belakang rumah!" pinta James sambil menyeret tangan Laura ke lemari untuk mengambil swimsuit. Laura sedikit bingung sekalipun dia tetap mengikuti keinginan suaminya dengan berganti pakaian. "Tumben sekali, ini sudah malam James. Apa tidak dingin?" "This is summer, Laura. Aku merasa gerah dan ingin mendinginkan tubuhku," ujar James bersikeras membujuk Laura lalu meraup tubuh ramping istrinya itu ke gendongannya dan melangkah menuju kolam renang.Bulan Februari memang menjadi saat puncak musim panas di Perth. Maka di sanalah James dan Laura menceburkan diri ke kolam renang berair sejuk untuk bersenang-senang. Laura terkikik setelah dia berenang ke sana ke mari untuk menghindari belitan lengan dan kaki James dan berakhir tertangkap hingga tak berkutik. "Ouhh ... sepertinya aku akan jadi korban kemesuman suamiku lagi kali ini!" erang Laura pasrah ketika James membuat banyak kiss mark di kulitnya yang seputih porselen. "Gelombang panasnya berasal d
"BRUKK!" Sesosok pemuda bule bertubuh besar membuat Laura nyaris terpental dan mendarat di lantai marmer koridor kampus fakultas Kedokteran Hewan University of New South Wales. Untungnya dengan sigap lengan pemuda tadi menopang punggung Laura agar tidak jatuh."Sorry! Aku terburu-buru hingga nyaris membuatmu celaka. Apa kau tidak apa-apa, Miss?" ujar pemuda yang menubruk Laura sambil memeriksa kondisi wanita itu."Aku baik-baik saja. Lain kali kau bisa lebih hati-hati. Permisi!" sahut Laura lalu bersiap untuk melanjutkan perjalanannya ke ruangan kantor barunya sebelum mengisi kuliah pagi tak lama setelah ini.Namun, pemuda itu mencekal pergelangan tangan Laura. "Tunggu, siapa namamu? Apa kau mahasiswi baru?" tanyanya penasaran sekaligus memandangi wanita di hadapannya dengan sorot mata tertarik."Namaku Laura, Gwendolyn Laura Carson-Indrajaya. Permisi, aku terburu-buru!" jawab Laura lalu membalik badannya setelah menarik tangannya dari genggaman pemuda yang tak ingin dia ajak berkena
Seperti kata Philip, memang Turpan Restoran Kensington memiliki menu yang bergaya oriental fussion. James sekeluarga memilih mie lamian kuah dengan daging sapi dan sayur. Masing-masing satu mangkuk penuh dan habis dalam sekejap."Wow, si kembar banyak makan rupanya ya sekarang!" komentar Philip saat melihat mangkuk kedua putera James itu kosong tak bersisa."Mie ini lezat sekali, Uncle Phil!" jawab Jacob jujur lalu meminum teh hangat manis di gelasnya.Mereka saling mengobrol santai hingga semua selesai makan malam lalu melanjutkan perjalanan dengan mobil SUV milik Philip hingga tiba di Cleveland Street. Rumah mereka hanya berbeda dua rumah di antara bangunannya.Bibi dan Kakek Laura telah tiada dan hanya tersisa keponakannya saja yang masih tinggal di sana. Setelah Laura menekan bel pintu depan rumah peninggalan keluarga Carson, suara sahutan wanita dari dalam rumah terdengar, "Yeaah coming!"Lizbeth tak menyangka akan bertemu lagi dengan sepupunya tersebut setelah belasan tahun lama