Selama beberapa menit, Samuel hanya diam. Bersabar dengan apa yang di lakukan oleh Gerald terhadap mereka bertiga. Puncaknya ketika pemuda tersebut menumpahkan makanan mereka ke lantai, baginya Gerald adalah orang kaya yang tidak tau bagaimana caranya menghargai. Tidak taukah mereka, jika mereka harus berusaha untuk mendapatkan makanan itu?"Gerald apa-apaan kau?" tanya Harper berniat memungut ayam yang berserakan di lantai. Namun, reaksi Gerald membuat Samuel semakin tidak bisa menahan kemarahannya. Sebab apa, Gerald bahkan dengan sengaja menginjak ayam yang akan di ambil oleh Harper, lalu mendorong punggung Harper dengan sengaja."Kau mau kan? Ayo ambil, ambil dengan mulutmu mungkin lebih baik!" ujar Harper.Brakk___ Gebrakan keras pada meja mengalihkan pandangan Gerald dan teman-temannya juga para mahasiswa maupun mahasiswi yang ada di cafeteria."Kau mungkin bisa menghinaku semaumu, tapi kau tidak bisa memperlakukan temanku seperti ini." ujar Samuel kemudian melangkah cepat
Hari itu, Aiden memberinya sebuah surat undangan ulang tahun dari Alice. Gadis yang di kenal jarang berhubungan dengan seorang pria itu secara tiba-tiba memintanya datang ke acara ulang tahunnya. Samuel penasaran, mimpi apa dia semalam. Hal itu, membuat Samuel berniat membelikannya hadiah. Ia berniat menggunakan kartu hitam pemberian William untuk pertama kalinya, tapi ia tidak tau akan pergi kemana. Membuatnya memutuskan untuk pergi ke pusat pembelanjaan. Namun, sopirnya membawanya ke pusat toko fashion ternama di kota Hozo. Bahkan dengan embel-embel limit dalam kartunya, membuatnya mau tidak mau harus menurutinya. Berjalan mendekati pintu masuk toko, Samuel tiba-tiba di hadang oleh seorang security yang berjaga di depan toko. Mungkin karena melihatnya berpakaian lusuh seperti itu membuat security tersebut memandang rendah dirinya."Mau kemana? Tidak baca itu ya? Pengemis di larang masuk!" larangannya sambil menunjuk pengumuman pada kertas yang tertempel di kaca pintu masuk tok
Setelahnya memasuki mall, Evan tiba-tiba menyentuh pundak Samuel membuat pemuda tersebut menolehkan kepalanya sebagai pertanyaan."Saya sarankan, anda lebih baik membeli pakaian yang lebih baik untuk saat ini. Ikut saya Tuan!" ujar Evan."Eh?" Samuel terkejut ketika tiba-tiba Evan menariknya menuju ke sebuah toko pakaian."Tuan muda akan gagal seperti sebelumnya jika anda berpenampilan seperti ini. Saya akan memilihkan pakaian yang cocok untuk Tuan muda." ujarnya sepihak. Dalam hatinya, tidak mungkinkan jika sopirnya berpenampilan lebih baik dari pada majikannya. Itu akan terlihat aneh bukan? Beberapa saat kemudian, Evan keluar dengan membawa beberapa setel jas dan meminta Samuel mencobanya satu persatu. Meski demikian pada akhirnya Samuel tidak menerimanya dan memilih pakaian kasual."Aku bukan seorang pekerja kantoran ataupun lainnya, jadi untuk apa aku memakai jas." ujar Samuel membuat Evan mendengus."Meskipun anda bukan pekerja kantoran, bukanlah sebentar lagi anda pasti ju
Samuel memasuki toko tas, bukan untuk tujuan lainnya. Ia benar-benar ingin membeli sebuah tas, bukan hanya pamer saja. Namun yang ia pertanyakan, kenapa hampir semua tempat menerima dengan buruk kedatangannya. Bahkan kini, ia harus beradu argumen dengan seorang pramuniaga perempuan."Aku yakin kau tidak akan bisa membelinya, kalau kau bisa membelinya. Menelan batu di jalanan pun akan aku lakukan." tantangannya."Baik, saya ingat itu. Kalau untukmu Damian? Kau juga begitu tidak yakin bukan? Kau mau ikut taruhan?" tanya Samuel."Cihh, taruhan dengan orang miskin sepertimu? Kau yakin kau bisa menang melawanku?" tanya Damian. Sedangkan respon dari Samuel hanya memiringkan kepalanya sebagai pertanyaan mengapa tidak di lakukan."Kau terlalu sombong, oke kita bertaruh. Jika aku bisa membelinya, aku akan memanggilmu ayah selamanya. Jika tidak, hhh. Kau harus berlutut dan menjilati sepatuku." tantang Damian."Hhh, kau terlalu yakin. Tuan, ku pegang kata-kata mu!" jawab Samuel. Begitu Sam
Belum selesai dengan pertengkaran mereka, seorang pria tiba-tiba datang dan membungkukkan badannya pada Samuel."Tuan muda, maaf membuat anda menunggu lama." ujarnya membungkukkan badannya kembali pada Samuel. Hal itu tentunya mengejutkan Damian, Olive maupun kedua pramuniaga di sana."Apa, hahaha. Samuel, kau kalau mau berakting di sini, ku rasa kau lebih cocok menjadi seorang aktor dari pada gelandangan begini!" ejek Damian."Aku heran, kau masih sempat-sempatnya mengurus hidup orang lain, sedangkan kau sendiri sedang dalam masalah." ujar Samuel."Kau bilang akan pergi menjemput ayahmu, kau bahkan belum menyelesaikan masalahmu. Kau sudah ingin mencari masalah baru, kau bahkan belum menentukan siapa yang menjadi jaminan mu!" tambah Samuel, membuat Damian menghentakkan giginya."Sayang? Kau tidak akan membuatku menjadi jaminan kan?" tanya Olive."Apa yang harus ku lakukan jika itu itu harus terjadi?" tanya Damian pada Olive yang langsung menciut, Damian benar-benar akan menjadikan
Setelah mahasiswa tersebut memberitahu Samuel, ia langsung beranjak pergi menuju ruang dekan. Begitu di depan pintu, Samuel langsung mengetuk pintu tanpa ragu."Pak, ini saya Samuel." ujarnya, beberapa saat tidak ada jawaban sebelum kemudian suara jika ia di persilahkan untuk masuk. Ketika selesai membuka pintu, Samuel di kejutkan oleh keberadaan dekan Damian yang tiba-tiba sudah berlutut di hadapan nya."Maafkan saya, maafkan saya Tuan. Saya benar-benar tidak tau, saya salah. Saya bodoh!" ujarnya sambil menampar beberapa kali wajahnya sendiri. Hal itu membuat Samuel terkejut dan bertanya-tanya sekiranya apa yang sudah terjadi."Apa yang bapak lakukan?" tanya Samuel."Maafkan saya Tuan muda, maafkan saya. Saya buta saat itu sehingga tidak bisa mengenali anda, maafkan saya!" ujarnya memohon pada Samuel, detik itu juga ia memahami mengapa dekan tersebut berlaku demikian."Saya sudah tidak mempermasalahkan nya karena masalalu kami yang begitu baik, anggap saja itu tidak pernah terj
Keributan terjadi di depan pintu gerbang mansion keluarga Bradford. Setelah Rosa menghempas hadiah Samuel yang akan di serahkan pada Alice. Alice berniat mengambil paper bag yang kini tergeletak di lantai, ketika mengambilnya. Sesuatu di dalam paper bag terjatuh keluar, bahkan masih terbungkus oleh plastik bening pelindung barang."Ini, ini adalah tas edisi terbatas dari merek terkenal?" tanya Rosa yang terkejut dengan apa yang di pegang oleh Alice."Coba ku lihat?" ujar Rosa langsung menyambar tas di tangan Alice lalu membolak-balikkan nya untuk mengamati."Samuel, dari mana kau dapatkan tas ini?" tanya Rosa pada Samuel."Tentu saja aku membelinya." jawab Samuel."Hhh, membelinya? Kau yakin membelinya. Ini dari merek terkenal yang baru keluar beberapa Minggu ini, apa jangan-jangan kau mencurinya. Atau jangan-jangan, ini palsu ya?" tanya Rosa."Yah, mungkin saja. Ada banyak produk tiruan beredar di kota Hozo kan? Tapi produk yang asli dari tas ini, hanya di jual di mall besar di p
Setelah memasuki wilayah halaman mansion keluarga Bradford. Di sanalah pesta ulang tahun Alice akan berjalan, beberapa keributan kecil terjadi karena hadiah ulang tahun dari Samuel yang akan di berikan pada Alice. Olive yang mengetahui tas mahal milik Samuel di buang begitu saja di tempat sampah langsung mengambilnya."Alice, jika kau tidak mau. Kau tidak perlu membuangnya, siapapun pasti mau dengan tas ini. Tas ini harganya sangat fantastis, kau tau 300 juta dolar. Itu nilai yang cukup tinggi, Kalau kau tidak mau, kau bisa meng uangkan nya kembali agar kau bisa menikmati uangnya." saran Olive sambil memeluk tas mewah tersebut erat-erat."Olive, kau tidak bercanda kan?" tanya Alice."Untuk apa aku bercanda, karena aku melihat dengan mata kepalaku sendiri saat Samuel membayarnya." ujar Olive membuat Rosa juga yang lainnya terkejut, mendengar itu. Alice langsung mendekati Olive dan meminta tas tengah ia peluk. Kemudian mendekati Samuel."Sam, ku rasa aku tidak pantas menerima hadiah
Perbuatan Samuel yang lebih kasar padanya dari pada dulu benar-benar membuat Olive terkejut bercampur dengan rasa takut. Apalagi ketika pemuda tersebut memegangi janggutnya dengan tatapan tajam. Pegangan Samuel padanya ia rasa mungkin membekas di pipinya."Samuel," panggil Olive berusaha untuk melepaskan cengkraman Samuel, namun yang ada pemuda tersebut bersmirk ketika menatapnya."Aku tidak butuh penjelasan mu, sebenarnya sudah benar aku melupakanmu Olive. Tapi ntah kenapa begitu aku melihatmu aku bisa mengingat semuanya, seorang wanita pecinta uang sepertimu. Aku tidak akan memasuki kesalahan yang sama dengan membawamu kembali ke dalam hidup ku, tentunya aku tidak akan melakukannya." ujar Samuel sambil melepaskan cengkeramannya pada Olive dengan kasar lalu meraih dompet di saku celananya. Mengambil uang cash di dalam sana lalu melemparnya ke arah Olive, bukannya mengambil. Olive justru menatapnya tajam."Kau tidak terima? Ingat, kau pernah melakukan hal yang lebih dari ini Olive.
Sementara itu Samuel, pemuda tersebut berdiri di depan dinding kaca menghadap hamparan gedung-gedung tinggi di hadapannya. Memikirkan perempuan yang tadi memanggilnya di depan kediaman keluarga Bardford."Theo, periksa apakah perempuan itu adalah Alice?" pinta Samuel langsung di setujui oleh Theodore dan melakukan nya saat itu juga."Benar, Tuan muda. Perempuan itu adalah Alice, nona muda keluarga Bardford dari putra sulung keluarga Bardford. Namun, keluarga Bardford nampaknya keluarga Bardford tidak terlalu mengutamakan keluarga anak pertama itu, dan hanya sebagai anggota keluarga saja tapi tidak memiliki kontribusi apapun." jelas Theodore."Cukup menarik." ujar Samuel kembali duduk di kursi kebesarannya."Kedua teman anda itu mengatakan jika_" ujar Theodore."Aku tidak peduli siapa dia, mau dia temanku atau bukan. Sekalipun dia teman dan yang ingin ku selesaikan adalah keluarganya. Aku tidak peduli itu, masalahku dengan keluarganya bukan dengannya selama dia tidak ikut campur. Tapi
Melihat semua anggota keluarga dan keturunannya berdebat, tuan besar Bardford muak sendiri. Berakhir dengan ia menggebrak meja lalu berteriak."DIAMMM!" teriaknya dengan posisi berdiri dan menatap tajam semua orang yang mengelilingi meja, membuat semua orang terdiam."Kalian sudah seperti binatang saja, kalian tidak paham ucapan manusia ya? Sudah ku katakan bukan? Keluarga Crawford jauh lebih baik dari keluarga Adams, keluarga Crawford bahkan sudah berjanji akan membuat keluarga Bardford menjadi keluarga terpandang selama bisa membantu mereka merebut posisi keluarga Adams. Mereka sudah menjanjikan imbalan yang tinggi untuk kita, jadi sekarang. Kita jalankan saja sesuai rencana dan kita akan memetik hasilnya setelah kita bisa menghancurkan keluarga Adams." ujar tuan besar Bardford, membuat semua orang mengangguk mengerti."Kalian tau, keluarga Crawford sudah memberi ku nilai yang tinggi sebagai jaminan, dan kita bisa mengambilnya sebagai milik kita kita keluarga Crawford gagal." tam
Setelah pertemuannya dengan tuan besar Bardford yang justru di terima dengan tidak baik. Samuel akhirnya memutuskan untuk menghentikan semua hubungan antara keluarga Adams dan keluarga Bardford. Ia juga memutuskan tidak akan datang baik-baik untuk kedua kalinya kelak."Kita tetap di kota Hozo, aku ingin tau. Dengan di hentikan nya semua hubungan keluarga Bardford dan Adams, apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Siapa tau ini akan menarik orang penting itu keluar." ujar Samuel."Bagaimana dengan keluarga Bailey Tuan?" tanya Theodore."Keluarga Bailey, aku hampir lupa dengan mereka. Tapi biarkan saja, keluarga Bailey sudah bangkrut. Mereka juga menggunakan asupan dana dari keluarga Bardford. Aku tau satu orang dari keluarga Bailey, mereka hanyalah orang-orang yang memuja uang. Jika keluarga Bardford tidak bisa memberikan mereka uang, mereka juga pasti akan berhenti melakukan apapun untuk keluarga Bardford." jelas Samuel membuat Theodore mengangguk-anggukkan kepalanya."Anda ingin
Setelah mendapatkan izin masuk, Samuel dan Theodore akhirnya masuk ke dalam mansion. Selama menyusuri halaman, Samuel juga merasa sangat tidak asing dengan tempat tersebut."Theo, apa aku pernah kemari sebelumnya?" tanya Samuel."Kalau soal itu, saya kurang tau Tuan muda. Tetapi Evan bilang, nona muda keluarga Bardford adalah teman anda, mungkin itu sebabnya anda merasa familiar dengan tempat ini." jelas Theodore, di jawab anggukan oleh Samuel. Setelahnya mereka sampai dan memasuki pintu masuk mansion keluarga Bardford, bukan sambutan yang mereka dapat. Justru tuan besar Bardford memperlakukan mereka seperti memperlakukan tamu tidak penting. Ia justru duduk di sofa sambil membaca koran dengan kedua kaki menyilang."Ada perlu apa orang keluarga Adams kemari sepagi ini?" tanya Tuan besar Bardford meletakkan koran di tangannya, tanpa mempersilahkan mereka berdua untuk duduk."Apakah anda sudah benar-benar mengabaikan semua hubungan keluarga Bardford dengan keluarga Adams yang sudah
Setelah insiden tumbangnya Samuel, pemuda tersebut terpaksa harus di larikan ke rumah sakit. Semalaman suntuk ia terpaksa harus menginap di rumah sakit, memang pada dasarnya Samuel tidak di izinkan untuk berusaha mengingat terlalu keras. Hal itu membuat Aiden dan Harper menyesalinya. Namun karena hal itu, akhirnya Samuel juga memaksa mereka untuk menceritakan semuanya. Apapun yang terjadi padanya selama di kota Hozo."Tapi Sam, untuk yang terakhir kalinya aku tidak tau. Malam itu kita bertemu di apartemen mu, kami pulang juga di antar oleh sopir pribadimu. Tapi setelah malam itu kau tidak ada kabar salah satu pengawal di apartemen mu yang kembali ke sana mengatakan jika kau kembali ke kota W malam itu juga. Kami tidak tau jika kau mengalami kecelakaan seserius itu," ujar Harper."Maaf karena sudah berprasangka buruk." tambah Aiden."Tidak masalah." ujar Samuel pelan."Tapi aku penasaran, sekiranya siapa yang melakukan hal seperti itu padaku. Caranya sangat tidak jantan." ujar S
Keesokan harinya, jalanan komersial kota Hozo seketika ribut. Beberapa mobil dan kendaraan bermotor lainnya memilih untuk menepi, ketika rombongan mobil mewah dengan warna senada yaitu hitam. Bahkan beberapa mobil polisi juga polisi bersepeda menggiring perjalanan mereka."Tuan Muda, kami akan membawa anda ke Hozo komersial street. Anda sudah melewati jam sarapan dan makan siang anda. Jadi kami akan akan membawa anda kesana agar anda bisa menikmati suasana sedikit malam kota Hozo dari lantai atas. Sekaligus menikmati beberapa makanan dan hiburan di sana." jelas Theodore. Sementara Samuel hanya melambaikan tangannya sebagai tanda ia membiarkan Theodore membawanya kemanapun asal itu baik."Baik, ke Hozo komersial street." ujar Theodore pada Evan yang langsung di iyakan. Beberapa saat kemudian, rombongan mobil tersebut berhenti di depan lobi sebuah gedung tinggi. Bertuliskan Hozo Komersial Street.Kedatangan rombongan tersebut di sambut oleh banyak pegawai Hozo Komersial Street ba
Malam harinya sepulang dari kantor, Samuel bergegas kembali ke mansion keluarga Adams. Karena begitu menawannya Samuel di ikuti beberapa rumor yang menerpanya, banyak sekali orang yang ingin melihat secara langsung bagaimana tampang tuan muda keluarga Adams itu. Hal seperti itulah yang membuat Samuel langsung di jemput oleh pengawal pribadinya hingga masuk ke dalam mobil sebelum meninggalkan kantor. Di dalam mobil, Theodore sudah ada di dalam mobil dengan Evan sebagai sopir duduk di sampingnya."Bagaimana dengan permintaan ku Theo?" tanya Samuel."Seperti yang Tuan muda minta, kita bisa pergi ke kota Hozo lusa. Seperti yang anak buah saya katakan, keluarga Bardford masih terus berjalan di kota Hozo. Jika Anda perlu, saya bisa memberikan informasi selengkapnya tentang keluarga itu." jelas Theodore, Samuel terdiam. Hatinya menyatakan ia harus tau, namun di sisi lain ia enggan. Keluarga Bradford sudah berkali-kali merugikan keluarga Adams selama setahun belakangan ini. Bagaiman
Tiga tahun berlalu semenjak malam kelam di kota Hozo. Pemuda yang dulunya selalu berpenampilan lusuh dan selalu di katakan pecundang dan gelandangan. Kini terlihat menawan dengan kemeja dan dasi juga bersepatu. Tubuhnya yang proporsional dengan tinggi semampai dan kulit putih bersih membuatnya semakin terlihat tampan. Samuel, setelah tiga bulan lamanya mendekam di rumah sakit universitas kota Hozo karena kecelakaan. Ia kembali ke rumah utama keluarga Adams, dan kini ia di posisikan sebagai wakil direktur utama Adams Group di bawah komando sang kakek William Adams secara langsung. Ia sebenarnya menyesali perbuatannya yang meninggalkan kota Hozo tanpa berpamitan setelah ia di nyatakan pulih dari cidera kepala yang di deritanya. Namun, ia juga bersyukur. Berkat kejadian tidak menyenangkan tersebut, ia berhasil mengingat semua hal yang ia lupakan sebelumnya. Justru beberapa ingatan nya di kota Hozo lah yang berantakan. Siang ini setelah selesai jam makan siang kantor. Samuel,