Share

bab 2

Hannah menarik napas dalam, sebelum ia melangkahkan kakinya masuk ke rumah. Setelah sekian lama tak pulang, kini ia harus melangkah lagi setelah ayahnya memberi kabar jika Ivy bersedia.

Hannah melihat Ivy adik seayahnya yang melintas menatap dengan sinis.

"Ivy."

Gadis berambut sebahu itu menahan langkahnya tepat di anak tangga pertama. Menoleh dengan malas pada Hannah.

"Ayah bilang, kamu..."

"Kau pasti senang kan?" sambar Ivy ketus."Kau pasti senang karena akhirnya aku yang akan menikah dengan monster itu."

"Hanya sekali ini saja kamu mengalah padaku, Ivy. Demi perusahaan ayah yang hampir bangkrut."

"Sekali ini untuk seumur hidupku, Hannah!" Terlihat luapan amarah di mata dan suara Ivy yang membumbung hingga memenuhi seluruh rumah.

"Aku benci padamu!" sambungnya menekankan. Lalu pergi melangkah ke atas.

Hannah mematung menatap punggung Ivy yang semakin jauh. Mengikuti sosok itu dengan matanya, hingga berbelok ke sisi kanan melewati mama Jeslyn yang juga menatap Hannah dengan pandangan tak suka. Lalu ikut pergi mengekori anak kesayangannya, Ivy.

Hannah tau, ia sekali saja membiarkan Ivy yang kalah. Tapi ia dimusuhi oleh ibu dan saudaranya sendiri. Sebenarnya, siapa yang kalah di sini? Apakah Hannah harus mengalah lagi untuk memenangkan hati mama Jeslyn dan Ivy lagi?

______

"Kamu hanya akan menjadi pendamping mempelai wanitanya, Hannah," ucap Haidar memandang anak gadisnya yang kini sedang menunggu jatah dirias.

Hannah memakai gaun berwarna merah muda, hampir serupa dengan gaun pengantin yang Ivy kenakan. Hanya, miliknya lebih sederhana. Sedangkan gaun Ivy lebih mewah dengan hiasan batu Swarovski dan berwarna putih.

"Apa yang ayah katakan pada Ivy sampai dia setuju?" Dari pantulan cermin, Hannah menatap Haidar yang terlihat lebih gagah dengan tuxedo berjalan mendekat dan menyentuh kedua pundaknya. Haidar menatap lekat dari pantulan cermin.

"Kamu tau keadaan keuangan kita, Hannah. Arendtid sebentar lagi bangkrut. Banyak aset kita yang butuh perbaikan dan perawatan, kita butuh suntikan dana, Hannah. Tidak ada dari kita yang siap bangkrut," ucap Haidar,"termasuk Ivy dan mama Jeslyn."

Wajah sendu Haidar dan tatapan yang sulit dijabarkan itu membuat Hannah melemah. Ayahnya pasti sudah melalui banyak hal dengan mama Jeslyn dan Ivy hingga ia tak perlu menikahi Alby. Hannah tau ayahnya butuh dukungan, tapi bukankah selama ini sudah banyak Hannah mengalah? Kali ini saja dia ingin bersikap egois.

Pernikahan bagi Hannah bukan hanya sekedar komitmen. Namun juga penyatuan cinta dari dua hati. Begitulah pernikahan yang dia harapkan, bersama seseorang yang mengharapkan dirinya juga. Bukan pernikahan kesepakatan dengan keluarga Klien ini. Tidak diharapkan, hanya sebagai syarat memperkuat posisi keluarga. Tanpa cinta.

"Jangan lemah, Hannah. Kali ini saja, biarkan Ivy yang menanggungnya. Selama ini kamu sudah banyak mengalah. Jangan lemah Hannah." Hannah menguatkan hati ketika mulai lemah. Tak tega pada Ivy, tak kuat dengan tatapan benci mama Jeslyn dan wajah ayahnya yang sedih serta sesal.

"Semua sudah siap, mempelai wanita bisa segera ke altar."

Seorang wanita muncul, mengagetkan Hannah yang melamun. Gadis yang sudah cantik dengan riasan di wajahnya menoleh mencari sosok Ivy di ruangan itu.

"Dimana mempelai wanitanya? Ivy?"

Mata Hannah mengedar, hanya ada beberapa asisten penata rias yang sedang berkemas.

"Ayah?"

Hannah mulai panik, tak ada siapapun yang ia kenal di ruangan itu.

Tiba-tiba wanita yang muncul itu memasangkan tudung pengantin di kepala Hannah, membuat gadis itu terkejut bukan main.

"Kita harus cepat, acara sudah dimulai," ujarnya menarik tangan Hannah.

"Tu-tunggu. Bukan aku mempelainya," kata Hannah menolak.

Ucapan Hannah tidak diindahkan, wanita itu terus menarik tangan Hannah sampai di ujung pintu masuk ke ruang pesta.

"Aku hanya pengiring pengantin, sungguh bukan aku..."

Pintu di buka, mata Hannah melebar melihat nama yang terpampang di tempat itu.

Hannah dan Alby.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status